Selesai ujian Intan segera keluar dari ruangan ujian dan hendak pergi ke parkiran. Tapi tiba - tiba ada suara yang memanggilnya sehingga Intan menoleh ke belakang.
"Ada apa?" Tanya Intan.
"Kenapa buru - buru? Jalan - jalan yuk?" Ajak Melly yang kebetulan 1 ruangan dengan Intan.
"Nggak bisa Mel, aku buru - buru." Tolak Intan.
"Mau kemana?" Tanya Melly penasaran.
"Ke KUA sama Mas Ricko." Jawab Intan berbisik takut ada yang mendengarnya.
"Ngapain?" Tanya Melly
"Ambil surat nikah. Udah dulu ya nanti Mas Ricko nunggu aku kelamaan." Jawab Intan lalu pergi ke parkiran.
Di parkiran Adit sudah menunggu Intan. Adit senang akhirnya sebentar lagi mereka akan lulus dari SMA dan berharap bapaknya Intan mengijinkan Intan untuk berpacaran. Sudah 2 tahun Adit menunggu Intan. Tanpa Adit tahu bahwa Intan sudah menikah dan penantiannya selama ini sia - sia. Intan tahu Adit menyukainya sejak dulu tapi Intan belum bisa mempublikasikan pernikahannya pada siapapun termasuk Adit.
"Mau kemana dulu Ntan?" Tanya Adit saat Intan sudah duduk di boncengannya.
"Langsung pulang saja Dit." Jawab Intan. Adit pun melajukan motornya pelan - pelan agar bisa lebih lama berduaan dengan Intan. Intan yang di bonceng bener - bener greget sama Adit.
'Ni motor kecepatan berapa sich? Lama banget nyampenya. Panas banget lagi tadi lupa nggak bawa jaket.' Batin Intan kesal.
"Dit, cepetin dikit dong. Panas nich!" Ujar Intan pada Adit. Adit pun menambah kecepatan motornya alias ngebut. Intan kaget dan berpegangan erat pada pinggang Adit. Adit semakin senang Intan menempel pada tubuhnya.
"Dit, pelan - pelan dong! Jangan ngebut gini!" Ujar Intan sedikit berteriak di telinga Adit sambil memukuli bahu Adit.
"Katanya tadi minta di cepetin Ntan?" Tanya Adit pura - pura bodoh.
"Tapi nggak ngebut gini juga kale?" Jawab Intan. Adit pun menurunkan kecepatan motornya.
Setelah sampai di rumah, Intan segera turun dari motor Adit dan mengucapkan terima kasih lalu membuka gerbang dan masuk.
"Eh nggak di suruh mampir nich?" Tanya Adit berharap Intan ngebolehin masuk dan ngobrol lebih lama.
"Nggak. Di rumah nggak ada orang Dit." Jawab Intan.
"Emang kamu tinggal disini sama siapa?" Tanya Adit penasaran.
"Sepupuku." Jawab Intan.
"Berdua aja? Nggak takut di apa -apa in?" Tanya Adit khawatir.
Tin tin tin suara klakson mobil Ricko yang baru datang menghentikan obrolan mereka. Adit pun menggeser motornya supaya mobil Ricko bisa lewat. Sedangkan Intan membuka pintu pagar lebar - lebar. Setelah memarkirkan mobilnya di halaman rumah, Ricko keluar dari mobilnya dan melihat Intan sedang ngobrol dengan laki - laki yang waktu itu.
"Kalau sudah selesai segera masuk!" Perintah Ricko pada Intan lalu masuk ke dalam rumah.
"Udah dulu ya Dit. Aku masuk dulu." Ucap Intan mengusir Adit secara halus. Adit pun segera melajukan motornya pergi dari rumah Ricko.
Ketika Intan masuk ke dalam rumah Ricko sudah menunggunya di ruang keluarga. Intan pura - pura tidak melihatnya dan pergi menuju kamarnya. Sebelum Intan sempat membuka pintu kamarnya Ricko mengeluarkan suaranya.
"Siapa dia?" Tanya Ricko ingin tahu.
"Temanku Mas..." Jawab Intan sambil memegang gagang pintu tanpa menoleh ke arah Ricko.
"Jangan jalan sama dia lagi!" Perintah Ricko.
"Kenapa?" Tanya Intan berbalik menghadap Ricko.
"Aku tidak suka. Sepertinya dia menyukaimu." Ucap Ricko jujur.
"Nggak bisa Mas. Aku harus alasan apa sama dia? Aku sudah mengatakan kamu sepupuku dan aku nggak mungkin bilang kalau aku sudah menikah." Balas Intan masih berdiri di depan pintu kamarnya.
"Apa kamu menyukainya?" Tanya Ricko curiga.
"Dia baik. Aku tidak ada alasan untuk menjauhinya. Aku mau ganti baju dulu Mas." Ujar Intan menyudahi perdebatan mereka lalu masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya.