Setelah itu Intan melihat – lihat pakaian wanita. Ia terbiasa memakai kaos dan kemeja sederhana. Tapi kali ini ia harus merubah selera pakaiannya karena Ricko menyuruhnya memakai pakaian yang longgar untuk persiapan saat perutnya membesar nanti.
Saat melewati sebuah patung yang mengenakan lingeria, Ricko pun tersenyum nakal. Ia ingin Intan membeli itu dan memakainya. Ia pun memanggil Intan supaya mendekat.
“Ada apa, Mas?” tanya Intan pada Ricko.
“Lihatlah ini (menyentuh lingeria di patung), kamu pasti sangat cantik jika memakai ini nanti malam,” ujar Ricko pada Intan sambil tersenyum berharap Intan mau memakainya. Intan pun membelalakkan matanya saat melihat lingeria itu.
“Enggak mau, sama saja dengan telanjang kalau aku memakai itu,” balas Intan lalu pergi. Ricko pun mengejarnya dan memegang lengannya.
“Ayolah sayang… ya, ya, ya,” bujuk Ricko berharap Intan menyetujuinya. Intan pun menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu mengerlingkan matanya pada Ricko.
“Okey,” balas Intan lalu kembali ke patung tadi untuk mengambil lingeria itu.
Setelah mendapatkan beberapa pakaian dan lingeria serta pakaian dalam baru, kini mereka masuk ke dalam toko buku. Intan memilih beberapa buku bacaan untuk persiapan kuliahnya nanti, sedangkan Ricko mengambil buku seputaran ibu hamil. Ricko juga ingin belajar menjadi ayah siaga yang baik untuk istri dan anaknya.
Saat akan membayar ke kasir, Intan terkejut dengan judul buku yang ada di tangan Ricko. Ia tidak menyangka Ricko akan membeli buku yang bahkan ia sendiri tidak berpikir untuk membelinya. Ia pun menjadi terharu dan matanya berkaca – kaca sambil tersenyum.
Setelah mendapat semua barang yang diperlukan, kini Intan dan Ricko masuk ke dalam foodcourt untuk mengisi perut mereka sekaligus beristirahat setelah berkeliling mall untuk berbelanja.
“Apa kamu senang?” tanya Ricko pada Intan sambil menunggu makanan pesanan mereka datang.
“Iya Mas, aku senang sekali…” balas Intan dengan senyuman manja. Ricko pun ikut tersenyum puas bisa membuat senang istri kecilnya itu.
Tidak berapa lama, makanan pesanan mereka datang. Seperti biasa Ricko akan menyuapi Intan. Ini adalah hobby baru Ricko semenjak kehadiran Intan di hidupnya. Ia menyayangi dan mencintai Intan. Ia juga tidak tahu kapan perasaan itu hadir di hatinya, yang jelas ia tidak mau membuat Intan bersedih apalagi kehilangannya.
“Buka mulut!” perintah Ricko pada Intan.
“Tidak mau. Aku mau makan sendiri saja Mas, ini tempat umum, aku malu…” tolak Intan sambil cemberut karena Ricko selalu memperlakukannya seperti anak kecil semenjak ia hamil.
“Tidak apa – apa. Ayo buka mulut atau aku suapi dengan mulut,” ancam Ricko seperti biasanya yang membuat Intan mau membuka mulutnya.
Tanpa mereka sadari, tidak jauh dari meja mereka ada 3 pasang mata yang sedang memperhatikan kemesraan mereka. Mereka adalah Vina,Rita, dan Melly yang kebetulan juga sedang nongkrong di mall. Mereka sengaja tidak mengajak Intan karena mereka mengira Intan masih beristirahat setelah pesta pernikahan kemarin. Tidak tahunya malah melihat Intan sedang bermesraan di mall bersama suaminya.
“Enaknya jadi Intan, aku juga pengen punya suami kayak Mas Ricko,” ujar Vina pada kedua temannya sambil memegang kedua pipinya.
“Sama, aku juga,” sahut Rita sambil tetap memandang ke arah di mana Ricko dan Intan berada.
“Emang kalian sudah siap hamil kayak Intan?” tanya Melly setelah meminum jus alpukatnya.
“Enggak,” jawab Rita dan Melly hampir bersamaan.
“Yuk pulang, aku udah capek nih,” ajak Melly sambil menyandang tas-nya.
“Enggak nyamperin Intan?” tanya Vina.
“Jangan mengganggu kemesraan mereka, yuk pulang aja deh,” balas Rita lalu berdiri mengikuti Melly.
Akhirnya mereka bertiga pun pulang dan meninggalkan Intan dan Ricko yang sedang makan dengan mesranya.