Setelah makan nasi tumpeng bersama, kini Intan dan Ricko sudah merasa kekenyangan. Intan lemas sambil bersandar pada sandaran kursi dan mengelus perutnya yang kekeyangan. Ricko tersenyum melihatnya. Tidak lama kemudian Ricko bertepuk tangan tiga kali. Intan terkejut dan bangkit dari bersandarnya.
“Mas, aku sudah sangat kenyang, kamu pesan apa lagi?” gerutu Intan sudah tidak kuat kalau disuruh makan lagi. Nasi tumpeng tadi saja Ricko memaksanya makan sebanyak mungkin hingga kekeyangan.
Ricko hanya menatap Intan dengan tersenyum lembut. Tidak berapa lama kemudian seorang pelayan membawa sebuah nampan tertutup. Intan membelalakkan matanya lalu menelan ludahnya dengan susah payah. Saat ini rasanya ia ingin menggali lubang untuk bersembunyi. Ia tidak mau dipaksa makan lagi sama suaminya.
“Mas, aku tidak kuat makan lagi. Sebentar lagi aku akan muntah nih … “ ucap Intan mengancam Ricko.
“Siapa yang menyuruhmu makan lagi?” tanya Ricko balik seraya tersenyum lucu.
Setelah pelayan itu menaruh nampan di meja dan pergi, Ricko membuka penutup nampan itu dan tampaklah sebuah kotak berwarna merah. Ricko mengambil kotak itu dan membukanya. Tampaklah cincin berlian berkilauan karena terkena sinar lampu ruangan itu. Intan menyipitkan matanya karena kilauan berlian itu masuk ke retina matanya.
Ricko mengambil cincin itu lalu berlutut di samping kursi Intan. Intan memutar tubuhnya menghadap Ricko.
“Menikahlah denganku … “ ucap Ricko sambil menyematkan cincin itu di jari tengah Intan. Karena jari manisnya sudah terisi cincin yang dulu mereka beli di toko emas milik Ricko. Intan mengulum senyum menahan tawa.
“Mas, kamu apa-apaan sih? Bukannya kita sudah menikah? Bahkan sekarang aku sedang mengandung anak kita,” tutur Intan.
“Iya aku tahu, tapi dulu kita menikah karena dipaksa. Aku belum pernah melamarmu secara resmi kan?” jawab Ricko lembut. Intan pun terharu dengan setiap perlakuan manis Ricko padanya. Matanya pun berkaca-kaca hingga akhirnya air mata pun lolos dari pelupuk matanya. Ia memeluk Ricko dengan sangat erat.
“Terima kasih Mas. Aku mencintaimu … “ ucap Intan dengan terisak tangis.
“Aku juga mencintaimu … “ balas Ricko seraya membalas pelukan Intan.
Setelah itu Ricko mengajak Intan keluar dari ruangan itu dan masuk ke dalam lift. Setelah turun beberapa lantai, pintu lift itu terbuka. Ricko keluar lift sambil menggandeng tangan Intan. Intan pasrah diajak Ricko kemanapun. Hingga akhirnya sampailah mereka di depan sebuah pintu kamar hotel. Intan merasa tidak asing dengan pintu kamar itu. Ricko membuka pintu kamar itu dan tampaklah kamar yang sangat indah. Lagi-lagi bunga mawar bertebaran di mana-mana. baunya sangat harum menusuk hidung karena ini bunga mawar segar. Pegawai hotel baru menebarnya beberapa menit sebelum mereka masuk ke dalam kamar barusan. Karena Ricko mengancam mereka, apabila bunga mawarnya layu, Ricko akan memecat pegawai yang bagian mengurus ini.
“Mas, kita tidur di sini malam ini?” tanya Intan seraya duduk di tepi tempat tidur. Ini adalah kamar yang sama saat resepsi pernikahan mereka waktu itu.
“Iya. Anggap saja kita sedang bulan madu. Karena kamu sedang hamil, aku tidak mau membawamu ke luar negeri,” jawab Ricko sambil melepas jasnya dan melonggarkan dasi di lehernya.
“Tapi kita enggak bawa baju tidur Mas … “ ucap Intan merasa tidak nyaman kalau harus tidur menggunakan gaun.
“Siapa yang menyuruhmu tidur pakai baju tidur? Aku bilang kita bulan madu, bukan pindah tidur,” ujar Ricko seraya menghampiri Intan.
“Jadi?” tanya Intan seraya mengeryitkan dahinya.
“Ah kelamaan … “ sahut Ricko seraya melepas gaun Intan dan menerkamnya.
“Mas, sabar dong … hahaha,” ucap Intan seraya tertawa karena Ricko menggelitikinya hingga akhirnya wik-wik pun terjadi.
Follow instagram saya sifa.syafii supaya tahu kapan update dan kapan libur. Terkadang saya belum bisa update karena ada kesibukan di dunia nyata kadang juga mulai merasa tidak enak badan. Terima kasih banyak untuk yang sudah menunggu dengan SABAR, LIKE, VOTE, dan KOMEN POSITIF. ^^