Setelah Lia keluar dari dalam kamar mandi, ia segera menuju ke meja nomor 13 seperti petunjuk yang diberikan Dina. Saat ia sudah sampai di dekat meja nomor 13, ia mengeryitkan dahinya saat melihat postur tubuh Dina dari belakang. Dina di depannya bukanlah Dina temannya sendiri, melainkan orang lain. Ia pun segera mengeluarkan ponselnya lalu menelepon Dina yang mengiriminya pesan selama ini. Lia melihat orang di meja nomor 13 itu menerima panggilan telepon dengan semangat.
“Hallo … “ sapa Dina dengan suara yang dibuat selembut mungkin saat melihat nama Ricko di layar ponselnya.
“kamu Dina?” tanya Lia sembari mengeryitkan dahinya. Begitu juga dengan Dina ia merasa heran saat mendengar suara Lia.
“Iya saya Dina,” jawab Dina dengan gugup.
Siapa ini? Apa istrinya Kak Ricko ya? Batin Dina.
Lia pun memutuskan sambungan teleponnya lalu menghampiri meja nomor 13.
“Kamu Dina?” tanya Lia lagi seraya duduk di depan Dina. Dina terkejut saat Lia tiba-tiba duduk di depannya dan menyapanya.
“I-iya,” jawab Dina sembari menatap Lia dengan gugup.
“Kamu dapat nomor ponsel saya dari mana?” tanya Lia. Dina mengernyitkan dahinya tidak mengerti.
“Kamu kan yang mengajak saya ketemuan hari ini?” tanya Lia lagi.
“Loh? Yang saya ajak ketemuan Kak Ricko, tapi kenapa yang datang kamu?” tanya Dina semakin bingung.
“Hah? Pak Ricko?” tanya Lia terkejut.
“Jadi kamu dapat nomor ponsel saya dari Pak Ricko?” imbuh Lia.
“Sebentar, sebenarnya kamu ini siapanya Kak Ricko?” tanya Dina meminta penjelasan.
“Saya Lia. Sekretarisnya Pak Ricko,” jawab Lia santai.
“Lalu Kak Rickonya mana? Kok kamu yang datang?” tanya Dina kecewa.
“Pak Ricko ya di rumahnya lah,” jawab Lia lalu melambaikan tangannya memanggil pelayan hendak memesan minuman.
“Kenapa dia tidak datang?” tanya Dina lagi ingin tahu.
“Begini ya Dik. Aku tanya dulu, kamu dapat nomorku dari Pak Ricko?” tanya Lia. Dina mengangguk.
“Pak Ricko tidak pernah memberikan nomor ponsel pribadinya pada siapapun. Bahkan pada klien bisnisnya sekalipun. Beliau tidak mau kehidupan pribadinya terganggu. Jadi ketika ada yang meminta nomor ponselnya, beliau akan memberikan nomor saya sebagai sekretarisnya,” tutur Lia menjelaskan.
“Oh begitu … “ sahut Dina kecewa lalu menghembuskan napas melalui hidungnya dengan kasar.
“Jadi yang selama ini berkirim pesan sama saya Mbak Lia?” tanya Dina lagi untuk memperjelas.
“Iya,” balas Lia singkat.
“Kenapa enggak bilang?” tanya Dina kecewa.
“Aku juga enggak tahu kalau kamu Dina yang lain. Aku kira kamu Dina temanku semasa SMA dulu,” jawab Lia dengan entengnya.
Dina pun cemberut. Ia merasa sia-sia dandan cantik dari tadi, tapi yang ia temui bukan Ricko yang ia harapkan. Ia sudah besar kepala semenjak beberapa bulan yang lalu waktu bertemu dengan Ricko untuk yang pertama kalinya. Apalagi setiap ia mengirim pesan, Lia yang ia anggap Ricko selalu membalas pesannya. Hatinya selalu berbunga bunga saat melihat balasan pesan dari Lia. Meskipun tidak ada kata romantis di antara mereka, tapi Dina sudah sangat senang bukan kepalang.
“Boleh saya minta nomor ponselnya Kak Ricko?” tanya Dina pada Lia.
“Maaf, tidak bisa. Nanti saya dipecat kalau sampai nomor ponsel Pak Ricko menyebar,” tolak Lia dengan sopan.
Dina pun semakin cemberut karena laki-laki yang ia harapkan menjadi jodohnya ternyata susah untuk digenggam.
***
Selamat Hari Raya Iduf Fitri 1441 H / 2020 M. Minal Aidin Wal Faidzin. Mohon maaf lahir dan batin.
Author Mangatoon / Noveltoon : Sifa (DI PAKSA MENIKAH, KISAH CINTA ARKA, SUAMIKU KAMU SATU SELAMANYA, SIAPA JODOHKU?)