Dua puluh lima menit kemudian bel rumah Ricko berbunyi. Semua orang yang ada di dalam kamar Intan merasa terkejut saat mendengarnya. Mereka bertanya-tanya siapa yang datang. Mereka juga takut kalau yang datang itu adalah Ricko. Susi pun segera keluar kamar untuk membuka pintu ruang tamu. Kalau pun yang datang Ricko, ia tidak akan terkejut karena tadi memang dia yang menghubungi Ricko.
Saat Susi membuka pintu, tampaklah dokter Amanda dengan senyum manisnya. Susi tertegun sebentar lalu mempersilakan dokter Amanda masuk. Ia tidak menyangka kalau Ricko dengan cepat dan tanggap memanggil dokter untuk istrinya.
Setelah memeriksa Intan, dokter Amanda memasang selang infus pada tangan kiri Intan. Tidak lama kemudian Ricko datang dan segera masuk ke dalam kamarnya. Ia melihat Intan yang berbaring lemah di atas tepat tidur.
“Bagaimana keadaannya?” tanya Ricko pada dokter Amanda.
“Sepertinya dia sangat tertekan dan syock berat. Apakah ada beban pikiran yang sedang ia pikirkan?” tanya dokter Amanda.
Ricko menatap Melly dan Vina yang duduk di sofa dengan ketakutan sedari tadi. Ia yakin pasti pingsannya Intan berhubungan dengan mereka.
“Apa yang kalian lakukan tadi sehingga istriku pingsan?” tanya Ricko dengan nada menyelidik.
Melly dan Vina menatap Ricko dengan menggigit bibir bawah mereka. Mereka benar-benar ketakutan.
“Kami tadi membaca surat dan menonton video dari Rita,” jawab Melly dengan gugup.
Ricko pun menyeringai jahat dan geram. Ia benar-benar marah. Seharusnya ia membuang kotak itu tadi pagi dari pada membuat istrinya seperti ini.
“Siapa Rita?” tanya dokter Amanda seraya mengernyitkan dahinya.
“Teman kami yang baru saja meninggal,” jawab Vina.
“Oh jadi seperti itu. Istrimu pasti sangat terpukul Rick. Aku harap kamu tetap menjaga mood dan emosi istrimu tetap stabil. Aku sudah memasang infus dan akan memberikan obat untuk diminum setelah ia sadar,” ucap dokter Amanda.
“Okey. Terima kasih Amanda,” balas Ricko lalu menghampiri ranjang Intan dan duduk di sampingnya. Ia merapikan anak rambut Intan yang menutupi wajahnya.
Melly dan Vina segera keluar dari kamar Intan lalu mengambil compact disc yang ada di dalam video player dan membawanya pergi bersama surat dan kotak dari Rita. Mereka tidak mau Intan melihat ini lagi yang bisa membuatnya drop.
Satu jam kemudian Intan membuka matanya dan merasa nyeri pada kepala dan tangan kirinya. Ia melihat tangan kirinya yang terpasang selang Infus dan Ricko yang berbaring di sampingnya. Ia membelai wajah Ricko yang tidur dengan damai di sampingnya.
“Mas … “ panggil Intan. Ricko pun membuka matanya.
“Iya?” balas Ricko setelah melihat istrinya sudah sadar.
“Aku lapar,” rengek Intan pada suaminya.
“Mau makan apa? Aku akan meminta Susi dan bi Ani membuatkannya,” ujar Ricko seraya bangkit dan turun dari atas tempat tidur.
“Apa saja yang ada. Aku tidak sedang mengidam, aku hanya lapar,” jawab Intan seraya tersenyum dan membelai perutnya.
“Okey. Tunggu sebentar,” ucap Ricko seraya berjalan keluar dari kamarnya menuju dapur.
Tidak lama kemudian Ricko kembali masuk ke dalam kamar dengan membawa nampan berisi segelas air putih, sepiring nasi, dan semangkuk sup daging. Ricko pun menyuapi Intan dengan sayang. Ia sangat tidak tega melihat istrinya yang tersiksa. Intan pun makan dengan lahap karena bau kaldu daging yang sangat menggugah selera. Setelah menghabiskan makanannya, Ricko memberikan obat yang tadi diberikan dokter Amanda.
***
Banyak yang menanyakan buku fisiknya Di Paksa Menikah ya? Sampai saat ini novel Di paksa Menikah belum ada bukunya karena ceritanya belum tamat. Dan juga novel ini tidak menang lomba jadi saya tidak tahu bisa terbit apa tidak. Setelah tamat akan saya diskusikan denga pihak NovelToon, semoga bisa segera terbit dan bisa dipeluk pembaca semua. Terima kasih_
Oh iya jangan lupa vote, Insya Allah akan update setiap hari kalau votenya kenceng. ;