Chapter 389 - Rencana Untuk Melampaui Poin Geno Sakral

Ning Yue tidak menghentikan Han Sen tapi masih mengutus seseorang untuk membuntutinya. Meskipun Han Sen merasa dia diikuti, dia tidak bermaksud menyingkirkan penguntitnya. Han Sen kembali ke Penampungan Baju Baja seperti biasa.

Ning Yue menerima pesan dan mengerutkan dahi. 'Apa betul dia tidak membunuh makhluk super itu?'

Makhluk super itu setidaknya memiliki 400 kilo daging. Salam waktu singkat, mustahil Han Sen menghabiskan daging itu. Jika dia menyembunyikan daging itu di suatu tempat, maka dia tidak akan kembali ke Penampungan Baju Baja.

Lagi pula, daging itu mudah membusuk. Jika Han Sen menyembunyikannya, setelah dia kembali ke Penampungan Baju Baja, dagingnya tidak akan bisa dimakan lagi.

'Jika dia tidak membunuh makhluk itu, ke mana makhluk itu pergi?' Ning Yue merasa ada yang janggal tapi tidak bisa mengatakan letak kesalahannya.

Han Sen kembali ke Penampungan Baju Baja, memikirkan di mana dia bisa membunuh beberapa makhluk berdarah sakral untuk melampaui poin geno sakralnya dan membantu raja cacing batu emas bertransformasi.

'Mungkin aku harus pergi ke Gurun Iblis.' Han Sen masih memikirkan tentang raja rubah berdarah sakral dan raja monster bersayap hitam berdarah sakral. Mereka akan jadi santapan bagus bagi raja cacing.

Han Sen selalu ingin membunuh raja rubah tapi belum menemukan kesempatan yang bagus. Sebelumnya, dia tidak mampu membunuhnya. Saat dia mampu membunuhnya, dia tidak bisa menemukan makhluk itu.

Raja monster bersayap hitam berdarah sakral adalah makhluk yang bisa menghasilkan jiwa binatang berdarah sakral yang langka. Sungguh disayangkan Han Sen tidak membunuhnya dulu.

Jika Han Sen bisa memperoleh jiwa binatang raja monster bersayap hitam berdarah sakral, dia bisa menjual sayap naga bersayap ungu, yang telah dilihat banyak orang.

Karena Han Sen sudah memutuskannya, dia tidak kembali ke Penampungan Baju Baja, tapi langsung pergi ke Gurun Iblis.

"Rubah… Monster bersayap hitam… Di manakah kalian..." Han Sen menunggangi raja cacing batu emas dan memasuki Gurun Iblis.

Meskipun raja cacing batu emas belum bertransformasi, ukurannya cukup besar dan jalannya sangat cepat di pasir dibandingkan dengan Meowth.

Saat memasuki gurun lagi, Han Sen sulit menjelaskan perasaannya. Dia sudah terbiasa dikejar mati-matian oleh raja rubah berdarah sakral tapi kini dia bisa membunuhnya dengan satu serangan, tidak peduli betapa liciknya makhluk itu.

Tidak lama setelah Han Sen memasuki Gurun Iblis, dia melihat banyak makhluk yang mati. Sepertinya beberapa orang telah membuka jalannya.

Saat Han Sen mempertimbangkan untuk memilih arah yang berbeda, dia mendengar raungan para makhluk dan teriakan para manusia.Karena suaranya tidak begitu jauh, Han Sen menyuruh raja cacing batu emas untuk ke sana.

Han Sen melihat sekelompok orang yang berburu. Komplotan itu dipimpin oleh Yuan dan Qing.

Raja cacing batu emas sangat mencolok sampai-sampai Yuan dan Qing bisa melihatnya dari jauh. Mereka mengenali itu adalah peliharaan Han Sen dan merasa lega. Karena mereka sedang berburu ular batu, mereka tidak mengucapkan salam dan bertarung semakin sengit.

Komplotan itu cukup teratur seperti pasukan tentara. Mudah bagi mereka untuk memburu ular batu, jadi Han Sen tidak ikut bergabung, tapi menontonnya dari gundukan pasir di dekatnya.

Menyaksikan Qing dan Tuan membantai makhluk itu, Han Sen merasa waktu telah lama berlalu. Dua bocah itu adalah anak baru yang pernah dia bimbing dan lindungi. Akan tetapi, mereka telah menjadi ahli yang bisa melindungi diri sendiri, yang membuat Han Sen merasa sedikit emosional.

'Apa aku bertambah tua?' Han Sen menyentuh dagunya, yang sangat halus, dan teringat bahwa dia hanya hampir berumur 20 tahun.

Karena dia berlatih Kulit Giok, Han Sen memiliki kulit yang sangat lembut bagaikan gadis remaja. Meski dia terpapar oleh angin dan sinar matahari di alam liar untuk beberapa waktu, kulitnya masih tetap halus dan mulus.

'Ini ciri-ciri yang sangat menonjol.' pikir Han Sen. Jika dirinya tidak ereksi setiap pagi, dia akan berpikir apakah dia akan jadi wanita jika terus berlatih seni geno hyper tersebut.

Han Sen tampak seperti berumur delapan belas tahun, lebih muda dari umurnya yang sebenarnya. Untungnya, dia memiliki ciri wajah yang kelaki-lakian. Jika tidak, dia akan disangka perempuan sungguhan. Lagi pula, jarang ada pria yang meiliki kulit seperti ini.

"Saudaraku, mengapa kau ada di sini?" Saat Han Sen sedang melamun, Yuan dan Qing telah selesai memburu ular batu dan berjalan ke arah Han Sen.

"Aku berencana memburu beberapa makhluk berdarah sakral di Gurun Iblis dan melampaui poin geno sakralku. Aku tidak menyangka akan bertemu kalian di sini," Han Sen turun dari punggung raja cacing batu emas dan berkata sambil tersenyum.

"Oh, kau akan pergi lebih jauh ke dalam gurun? Bawalah kami denganmu! Kami akan hanya menontonmu dan jangan khawatir soal kami mencuri makhlukmu," kata Yuan sambil memandang Han Sen penuh harap.

"Oke. Kita bisa pergi bersama-sama. Kau juga bisa memburu makhluk lainnya, yang tentunya menyenangkan," Han Sen tersenyum dan berkata.

Han Sen sebenarnya berpikir, 'Maaf, Yuan dan Qing. Bunuhlah makhluk mutan sebanyak yang kalian mau, tapi makhluk berdarah sakral semuanya milikku."

Saat ini, Han Sen dipersenjatai oleh busur dan panah berdarah sakral. Dengan kemampuan memanah dan kekuatannya, makhluk berdarah sakral bahkan tidak bisa menahan panah darinya. Mustahil dua bocah itu bisa merebut makhluk berdarah sakral dari Han Sen.

"Ha-ha, kalau begitu kami akan berusaha sebaik mungkin. Jangan kesal jika kami merebut makhluk darimu," kata Yuan sambil menyeringai.

"Jangan cemas. Aku hampir melampaui poin geno sakral dan bisa menungu satu atau dua hari. Selain itu, tidah mudah bagi kalian untuk merebut makhluk dariku. Jika kau memiliki kemampuan seperti itu, aku akan senang, bukannya marah," kata Han Sen tersenyum.

"Melampaui poin geno sakral bukanlah hal besar, apa lagi kau juga belum mencapainya," kata seorang pemuda sambil melengkungkan bibirnya. Pemuda itu berumur sekitar tujuh belas tahun dan memiliki rambut cepak. Tampaknya dia tidak senang karena Han Sen memperlakukan mereka seperti anak-anak.

"Memang bukan hal besar. Aku memasuki Tempat Suci Para Dewa dua tahun lebih dulu dari pada kalian semua," kata Han Sen tersenyum sambil melihat Yuan dan Qing mengedip padanya. Han Sen tidak ingin terlalu serius menghadapi seorang remaja.

"Memasuki Tempat Suci Para Dewa lebih dahulu tidak berarti kau lebih kuat. Karena kau berkata kami bebas untuk memburu para makhluk, mari kita lihat siapa yang bisa memburu makhluk berdarah sakral terlebih dahulu," pemuda itu bersikeras.

"Oke," Han Sen mengangguk dan berkata.