Bisa dilatih oleh Jia Sidao sendiri adalah impian banyak selebriti dan bangsawan. Akan tetapi, Han Sen tidak benar-benar tertarik untuk itu.
Mungkin dahulu, Han Sen akan mempertimbangkannya. Lagi pula Jia Sidao adalah setengah dewa, dan Tangan Besi adalah salah satu seni geno hyper yang sangat terkenal.
Akan tetapi, setelah dia mendapat Dongxuan Sutra, Han Sen telah mempelajari bahasa kuno. Meskipun dia belum memahami semuanya, bagian yang dia mengerti membuatnya sangat senang.
Dari pada membuang waktu belajar Tangan Besi, Han Sen lebih baik menghabiskan waktunya dengan bahasa kuno. Jika dia bisa memahami Dongxuan Sutra, akan mudah baginya untuk menjadi setengah dewa.
Betapa kuatnya Tangan Besi, jurus itu tidak bisa membuatnya menembus ruang hampa, apa lagi berteleportasi ke Tempat Suci Para Dewa dengan tubuhnya sendiri.
"Terima kasih. Tapi benar-benar ada hal yang harus kulakukan. Aku rasa kau harus pergi sendirian." Han Sen melambaikan tangannya dan berkata.
Empat orang itu sangat terkejut mendengar perkataan Han Sen. Mereka tidak mengerti mengapa seseorang menolak tawaran menjadi murid setengah dewa.
"Kawan, mungkin kau tidak percaya padaku. Tidak apa-apa. Aku akan mengajarimu beberapa jurus Tangan Besi sekarang. Bagaimana jika kau menunjukkan jalan setelah mempelajarinya?" Jia Changfeng berpikir dan memutuskan kalau Han Sen pasti berpikir kalau mereka berbohong, yang merupakan alasan satu-satunya dia tidak tertarik.
Han Sen tidak bisa berkata apa-apa, karena dia memang tidak tertarik mempelajari Tangan Besi.
Akan tetapi, karena orang-orang itu tidak bermaksud jahat, Han Sen tidak mau mengecewakan mereka. Dia bertanya pada Jia Changfeng, "Dalam perjalananmu kemari, apa kau melihat gunung salju? Aku mencari-cari gunung itu, dan jika kau bisa membawaku menemukannya, aku bisa membawamu setelah menyelesaikan urusanku."
Jia Changfeng tercengang, dan paham bahwa Han Sen sungguh-sungguh tidak tertarik mempelajari Tangan Besi. Dia pun tersipu.
"Gunung salju, apa maksudmu yang satu itu?" Mendengar perkataan Han Sen, salah satu gadis tiba-tiba menatapnya dan bertanya, "Apa maksudmu sebuah gunung besar yang puncaknya tertutup salju?"
"Iya. Kau melihatnya?" Han Sen kegirangan. Dia hanya mencoba peruntungannya, karena jika mereka mendekati gunung dan bertemu burung api, sangat tidak mungkin bagi mereka untuk bisa selamat.
"Kami melihatnya, tapi ada beberapa makhluk kuat di dekatnya, dan kami tidak berani mendekatinya..." kata gadis itu.
"Bagus sekali. Jika kau membawaku ke sana, kita bisa keluar bersama-sama setelah aku menyelesaikan urusanku," kata Han Sen cepat-cepat.
"Kawan, kau tidak mencoba untuk memburu jin iblis kan? Aku rasa sebaiknya kau lupakan itu. Setidaknya ada seribu dari mereka, dan di antaranya ada sedikitnya dua puluh mutan dan satu yang berdarah sakral. Gerombolan itu membutuhkan lebih dari hanya beberapa orang, apa lagi kau seorang diri," kata Xiao Lingfeng.
Han Sen mengerutkan dahi. Terakhir kali dia ke sana, dia tidak melihat ada makhluk lain. Akan tetapi, menurut empat orang itu, ada sekelompok makhluk dengan raja berdarah sakral.
Seperti apa pun sama saja bagi Han Sen. Dia akan merasa senang melihat sekelompok makhluk di sana karena dia masih membutuhkan tiga poin geno berdarah sakral.
"Jika kalian bersedia membawaku ke sana, aku akan sangat berterima kasih. Jika tidak, kau bisa menunjukkan padaku arahnya dan aku tetap akan sangat berterima kasih."Han Sen tidak ingin pergi bersama dengan kelompok itu.
Meskipun tunggangan mereka bagus, dibandingkan dengan singa emas, mereka terlalu lambat. Banyak waktu yang akan terbuang karena dia harus memperlambat kecepatan demi orang-orang ini.
"Kami bisa membawamu ke sana, tapi apa kau punya cukup air untuk kita semua sampai keluar gurun?" Setelah berdiskusi, Jia Changfeng bertanya pada Han Sen.
"Airnya cukup." Han Sen menepuk kantung air yang ditumpuk di sebelahnya.
Dia membawa banyak air karena dia berencana untuk langsung pergi ke salah satu lokasi yang dikatakan Ning Yue setelah dia membunuh si burung api.
Karena Han Sen memiliki cukup air, empat orang itu merasa lega. Setelah beristirahat semalam, mereka bersiap-siap pergi keesokan paginya.
"Kawan, bawaanmu banyak sekali. Pasti kau butuh beberapa tunggangan untuk membawa ini semua bersamamu, betul?" Xiao Lingfeng bertanya, melihat semua barang bawaan Han Sen.
"Cuma satu," kata Han Sen dan memanggil singa emas. Dia tidak ingin menakuti kelompok itu dan menggunakan wujud terkecil si singa, yang besarnya seperti gajah.
"Tunggangan yang begitu besar!" Mereka masih terkejut oleh si singa emas.
Han Sen tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa. Dia mengangkut semuanya di punggung singa emas dan menaikinya.
Lima orang itu pun memulai perjalanan. Karena empat orang itu hanya memiliki satu tunggangan berdarah sakral, dan tiga lainnya adalah mutan, kecepatan mereka tidak terlalu bagus.
Sambil merasa kesal, Han Sen harus mengontrol kecepatan singa emas untuk mengikuti mereka.
Untungnya, lokasi gunung salju tidak begitu jauh. Perlu satu hari untuk sampai di sana, dan itulah mengapa Han Sen tidak terlalu khawatir soal waktu.
Han Sen mulai mengenal mereka sedikit lebih baik. Jia Changfeng adalah cucu Jia Sidao. Xiao Lingfeng adalah murid Jia Sidao. Kemudian dua gadis itu, yang tembam bernama Jia Yan, dan yang langsing bernama Xiao Wei.
Jia Yan adalah adik atau sepupu Jia Changfeng, dan Xiao Wei adalah kakak Xiao Lingfeng.
"Han Sen, apakah tungganganmu jiwa binatang berdarah sakral? Jia Yan berjalan di sebelah Han Sen di atas monster rusa, dengan penasaran bertanya sambil memperhatikan singa emas.
"Iya," jawab Han Sen santai.
"Kau pasti dari keluarga terpandang sampai memiliki tunggangan sedemikian rupa. Mengapa aku belum pernah mendengar tentang kau sebelumnya?" tanya Jia Yan sambil berkedip.
"Aku dari keluarga biasa, bukan dari keluarga terkenal atau bangsawan. Aku hanya lebih beruntung dari yang lainnya." Han Sen mengutarakan pendapatnya. Meskipun dia pekerja keras, kesuksesannya sebagian besar karena keberuntungannya.
Mendengar bahwa Han Sen bukan dari keluarga terpandang, Jia Yan semakin penasaran dan bertanya, "Lalu mengapa kau tidak tertarik menjadi murid kakekku? Apa kau tahu artinya menjadi murid Setengah Dewa Bertangan Besi?"
Tiga orang lainnya juga mendengarkan dengan seksama, ingin mengetahui mengapa Han Sen menolak tawaran seperti itu.
"Aku suka kebebasan dan tidak suka terikat pada aturan. Jika aku membuat kesal kakekmu dan diusir, itu tidak baik untukku," jawab Han Sen tersenyum.
"Kau lucu," Jia Yan menyeringai mendengar perkataan Han Sen.
Karena Han Sen bersikap santai dan mereka semua sepantaran, mereka dengan cepat mulai mengobrol sambil bergegas menuju tujuan mereka.
"Lihat. Tujuan kita ada di sana!" Setelah berjalan seharian, Jia Yan tiba-tiba berseru, menunjuk sebuah gunung dari kejauhan.
Han Sen memiliki daya penglihatan yang lebih baik dari Jia Yan. Sebenarnya, dia telah melihat gunung itu sedari tadi. Akan tetapi, Han Sen mengerutkan dahi karena gunung itu terlihat berbeda dari yang dia ingat.