Peraturan mengenai teleportasi adalah kau bisa melewati perangkat teleportasi yang sama digunakan untuk memasuki Tempat Suci Para Dewa, tidak peduli di mana kau berada di Tempat Suci Para Dewa.
Jika perangkat teleportasi rusak, maka orang itu akan berpindah ke perangkat terdekat. Peraturannya tidak pernah diubah. Han Sen tidak percaya ada kebetulan sampai-sampai Zero berteleportasi ke Tempat Suci Para Dewa melalui preangkat yang sama persis dengannya. Sungguh tidak bisa dipercaya.
Han Sen pikir dia bisa menyingkirkannya saat meninggalkan Tempat Suci Para Dewa, tapi sepertinya dia tetap bisa mengikutinya, yang membuat Han Sen mengerutkan dahi.
Gadis ini bom waktu super, jadi Han Sen tidak berani membawanya pulang. Akan tetapi, jika dia mengatakan Zero adalah Shura dan menyerahkannya pada Aliansi, menilai dari penampilannya yang 100% manusia, Ailiansi hanya akan berpikir Han Sen sudah gila atau mencoba memfitnah Zero.
Han Sen tercengang menatap Zero. Kemudian dia tiba-tiba mendapat ide dan memutuskan untuk kembali ke stasiun teleportasi, pergi lagi ke Tempat Suci Para Dewa.
Sambil berdiri di ruangannya di Penampungan Baju Baja, Han Sen dengan seksama menatap perangkat teleportasi di ruangannya. Lalu, apa yang dia khawatirkan sepertinya terjadi.
Dalam sekejap, Zero segera muncul di perangkat teleportasi dan keluar dengan cantiknya.
Perangkat teleportasi di kamar penampungan biasanya hanya bisa digunakan oleh pemilik kamar. Jika tidak punya kamar, seseorang harus menggunakan perangkat teleportasi umum di Plaza. Akan tetapi, Zero mampu menggunakan perangkat teleportasi di ruangan Han Sen dan berakhir di tempat yang sama dengannya. Saat dia kembali, Zero masih bisa mengikutinya kembali ke kamarnya.
"Sialan! Mengapa ini terjadi?" kutuk Han Sen dalam hati. Tapi tidak ada yang bisa dilakukannya soal Zero. Han Sen berteleportasi sekali lagi ke Aliansi dan diikuti Zero seperti yang diduga. Meskipun Han Sen tahu ini akan terjadi, dia masih merasa kesal.
"Sepertinya aku hanya bisa menyingkirkannya saat aku berevolusi ke Tempat Suci Para Dewa Kedua." Han Sen memasuki sebuah ruangan, mencoba membaca kartu memori dengan jaringa komunikasinya untuk mendapatkan informasi yang berguna.
Dengan cepat, Han Sen merasa kecewa. Meskipun ada banyak informasi yang tersimpan di dalam kartu memori, sebagian besar isinya mengenai cara memproduksi cairan geno. Hampir tidak ada apa-apa lagi selain informasi teknologi.
Han Sen tidak begitu tertarik dengan cairan geno. Itu bukan keahlian khususnya, jadi dia tidak mengerti banyak tentang hal itu.
Dia tidak menemukan informasi tentang Zero dan tidak bisa membawanya pulang, jadi Han Sen terpaksa kembali ke Penampungan Baju Baja.
Han Sen memutuskan untuk membawa Zero untuk memburu beberapa makhluk, karena dia masih memerlukan tiga lagi poin geno sakral. Dengan tiga poin geno sakral dan kristal sari kehidupan yang tersisa, Han Sen mungkin bisa berevolusi dan menjadi evolver.
Han Sen penasaran apakah keberuntungannya sudah ahbis, atau mungkin karena Zero mengikutinya dan membawa kesialan. Selama beberapa hari, Han Sen berkeliaran di Gurun Iblis, tapi tidak menemukan satu pun makhluk berdarah sakral.
Setelah dia menghabiskan sari kehidupan, dia akhirnya memiliki sembilan puluh sembilan poin geno super, satu poin lagi sebelum melampauinya. Sungguh sial! Namun, Zero mengikutinya diam-diam seperti bayangan. Dia tidak berbicara atau membuat masalah sama sekali. Bahkan jika Han Sen ingin memarahinya, dia tidak bisa melakukannya.
Selain itu, dengan fisik Zero, Han Sen tidak berani membuatnya kesal. Jika dia marah, hanya tuhan yang tahu apa yang akan dilakukannya.
Han Sen terpaksa berkeliaran di Gurun Iblis. Mungkin saja keberuntungannya akhirnya datang. Han Sen melihat sebuah gunung dari jauh yang tampak seperti gunung berapi dengan puncak tertutup salju. Itu persis dengan gunung di mana dia melihat makhluk seperti burung api.
Han Sen pun kegirangan. Selama dia membunuh makhluk itu, dia bisa memperoleh poin geno super terakhirnya yang kurang dan berevolusi. Saat itulah dia bisa menyingkirkan Zero, si bom waktu yang mengerikan itu.
Raja cacing batu emas dan jubah peliharaan super hampir hancur karena Zero. Saat ini, mereka memulihkan diri di benak Han Sen dan tidak bisa digunakan dalam waktu dekat.
Han Sen segera memanggil malaikat suci dan mengirimnya untuk memeriksa gunung itu. Han Sen masih ragu tentang burung api dan tidak mau mengambil resiko sendirian.
Malaikat suci mengepakkan sayapnya dan pergi ke puncak gunung. Dia tiba-tiba mendengar pekik kicauan burung dari puncak gunung saat mendekat. Burung aneh menyala dengan api berwarna emas dan merah turun dari gunung menghampiri malaikat suci bagaikan burung api.
Rambut panjang berombak malaikat suci terbang tertiup angin. Kegelapan tampak di mata emasnya. Dia mengepakkan sayap dan terbang menjauh dari burung yang menghampirinya.
Burung api mencicit dan mengejar malaikat suci. Gadis dan burung itu mulai bertarung di udara, Malaikat suci terus menghindari serangan dari burung api, mengelakkan diri dari jilatan api. Di sisi lain, burung api juga sangat berhati-hati, tidak ingin menunjukkan kelemahannya di hadapan malaikat suci.
Meskipun pertarungan itu tampak sengit, dua-duanya tidak terlalu banyak bertukar serangan. Han Sen melihat malaikat suci bahkan takut akan api dari burung api itu dan tidak berani mengambil resiko.
Tingkat kemampuan Han Sen bahkan lebih rendah dari makhluk super. Karena malaikat suci tidak ingin terkena api, itu akan lebih membahayakan Han Sen. Jadi, bahkan jika dia ingin pergi, dia tidak akan membantu banyak.
Akan tetapi, Han Sen gelisah melihat malaikat suci dan burung api yang cukup sebanding. Sepertinya sulit bagi mereka untuk saling mengungguli. Dua-duanya cukup konservatif dan tidak bisa mengalahkan lawan dengan cepat.
The firebird might have been killed already if that was the case. Namun, Han Sen tidak punya solusi untuk itu. Jika jubah peliharaan super tidak dirusak oleh Zero, malaikat suci tinggal mengenakan jubah itu, yang mungkin bisa melindunginya dari api si burung api.
"Sungguh sial." Han Sen melirik Zero yang berdiri di sebelahnya dan merasa cukup kesal.
Setelah melihat Zero, mata Han Sen tiba-tiba berbinar. Dia berpikir, 'Aku penasaran apakah dia akan menolongku jika aku memintanya membunuh burung api. Lagi pula dia tidak tertarik dengan sari kehidupan, jadi aku tidak khawatir soal dia menyimpan sari kehidupan untuk dirinya.'
"Ehem, Zero. Apa kau bisa membantuku?" Han Sen berdeham dan bertanya.
Zero bahkan tidak menoleh pada Han Sen. Dia tiba-tiba melompat dan mencapai gunung hanya dalam beberapa gerakan. Dengan lompatan jauh, dia mengulurkan tangan dan memegang burung api yang bertarung dengan malaikat suci.