Biro Sertifikasi sangat ramai. Semua jendela pelayanan memiliki antrian panjang di hadapannya, tapi sebagian besar orang di sana untuk sertifikasi sebagai evolver mutan dan evolver primitif. Meskipun evolver mutan juga memiliki status bangsawan, status mereka jauh lebih rendah dari bangsawan berdarah sakral.
Manusia semakin lebih maju di Tempat Suci Para Dewa, dan semakin banyak orang yang mampu membunuh makhluk super. Akan tetapi, mereka yang bisa melampaui poin geno sakralnya masih cukup terbatas.
Melihat betapa sesaknya tempat itu, Han Sen masuk ke antrian yang lebih pendek dan menunggu di sana. Antriannya bergerak cukup lambat, dan tidak ada yang bisa Han Sen lakukan selain menunggu.
Karena beberapa tes harus dilakukan, mustahil baginya untuk mendaftar online. Han Sen harus datang langsung dan menunggu.
"Bung, kau terlalu muda untuk menjadi evolver. Umurmu pasti di bawah dua puluh tiga?" Seseorang di depan Han Sen, yang tampak sekitar tiga puluh tahun cukup cerewet dan mulai mengobrol dengan Han Sen, melihat antrian yang tidak bergerak.
"Hampir." Han Sen tersenyum. Sebenarnya, dia bahkan belum berulang tahun yang kedua puluh satu.
"Kau pasti sudah melampaui poin geno primitifmu?" tanya pria itu lagi.
"Iya, poin geno primitifku telah kulampaui." Han Sen mengangguk.
"Anak muda jaman sekarang sungguh hebat. Melampaui poin geno primitif begitu muda. Dulu saat aku mulai, hanya ada sedikit petarung ahli. Setiap kali kami membunuh makhluk primitif, kami harus bekerja sama, dan beberapa dari kami selalu terluka..." Pria itu bernostalgia.
"Saudaraku, kau pasti telah melampaui poin geno mutanmu?" Han Sen cepat-cepat bertanya.
Pria itu menegakkan badannya dan berkata dengan puas, "Setelah bertahun-tahun, aku akhirnya melampauinya. Bung, kau seharusnya tinggal untuk beberapa tahun lagi. Ada perbedaan besar antara melampaui poin geno mutan dengan poin geno primitif. Status bangsawan mutan akan membuat hidupmu lebih mudah..."
Banyak orang di sekitar mereka menatap iri pria itu. Melampaui poin geno mutan dan menjadi evolver adalah impian orang biasa. Lagi pula, bagi manusia modern, umur tiga puluh hanyalah permulaan, dengan masa depan cerah di hadapannya.
Bagi evolver mutan, tiga puluh tahun adalah muda. Banyak orang bersabar yang menunggu melampaui poin geno mutannya saat mereka empat puluh atau lima puluh tahun. Karena evolver memiliki masa hidup 300 tahun, tidak masalah bagi seseorang untuk menjadi evolver mutan saat mereka lima puluh atau enam puluh tahun.
Tentu saja, ada banyak anak muda yang tidak bisa menunggu. Dan banyak di antara mereka yang memilih berevolusi hanya dengan melampaui poin geno primitif mereka. Setiap orang memiliki strategi dan rencana hidup yang berbeda, dan tidak ada yang benar atau salah tentang itu.
"Buat apa pamer? Bukankah memalukan berevolusi dengan poin geno mutan saat kau berumur tiga puluh tahun. Kalau aku jadi kau, aku bahkan tidak mau menunjukkan wajahku di depan umum karena malu," cemooh pemuda ikut mengantri, kesal karena kata-kata pria itu.
Pria itu tersipu dan berseru marah, "Apa salahnya berumur tiga puluh tahun? Lagi pula aku evolver mutan, yang jauh lebih baik dari evolver primitif sepertimu."
"Siapa bilang aku evolver primitif? Kau pikir semua orang itu bodoh sepertimu dan telat berevolusi? Apa kau pernah melihat pria berumur dua puluh tahun yang telah melampaui poin geno mutan? Aku ini satu dekade lebih cepat dari kau," kata pemuda itu dengan sombong.
Pria itu tiba-tiba diam, wajahnya merona dan tangannya mengepal. Namun, dia tak berdaya untuk membalasnya.
Evolver lainnya yang mengantri merasa iri dengan pemuda itu, mendengar dia telah melampaui poin geno mutannya. Beberapa gadis bahkan mulai mengedipkan mata padanya.
Evolver mutan yang muda berumur dua puluh tahun memiliki masa depan yang cerah di hadapannya. Pria sukses seperti ini sangat populer di antara para gadis.
"Kawan, jangan begitu. Jika tidak ada generasi sebelumnya yang bertarung dan mempelajari tentang makhluk di Tempat Suci Para Dewa, jika bukan karena daging dan jiwa binatang yang mereka bawa kembali, bagaimana kita bisa memiliki daging untuk dimakan, jiwa binatang untuk bergantung, dan pengalaman untuk belajar? Dan bagaimana kau bisa melampaui poin geno mutanmu segera? Kita hanya meraih pencapaian ini karena bantuan mereka. Kau tidak perlu berterima kasih, tapi jangan tidak menghormati mereka," Han Sen terpaksa mengatakannya.
Berkat generasi sebelumnya, manusia bisa melakukan pencapaian hari ini. Semakin awal seseorang memasuki Tempat Suci Para Dewa, semakin mereka menderita. Orang-orang di Tempat Suci Para Dewa Pertama kini sangatlah beruntung.
"Bung, sungguh bijak," kata pria itu.
Orang-orang yang lebih tua merasa tersentuh dengan perkataan Han Sen. Dua atau tiga dekade lalu, lingkungan Tempat Suci Para Dewa Pertama jauh lebih buruk dari saat ini. Saat itu, jangankan makhluk berdarah sakral, seseorang bahkan harus mengambil resiko besar saat berburu makhluk mutan.
Keadaannya sangat jauh berbeda. Selama orang itu sabar, mudah bagi seseorang untuk melampaui poin geno mutan mereka di umur 30 sampai 40 tahun.
"Si lemah dan si payah. Omong kosong. Apa intinya berakting baik jika kau hanya evolver primitif?" Pemuda itu memelototi Han Sen dan berkata merendahkan.
"Tidak peduli kuat atau lemah, kau harus memiliki dasar kesopanan. Jika tidak, apa bedanya kau dengan makhluk itu?" kata Han Sen pelan.
Paras pemuda itu berubah. Dia merasa malu dan berkata dengan mata yang terpaku pada Han Sen, "Pecundang selalu punya segala macam alasan. Jika kau mampu, kita seharusnya bertarung dengan tinju. Jika kau bisa mengalahkanku, kau boleh mengatakan apapun yang kau mau. Jika tidak, diamlah."
Han Sen mengangkat bahu dan tidak mengatakan apa-apa. Dia telah menempuh banyak hal sampai-sampai tidak lagi tertarik dalam debat kosong. Karena tidak tertarik membuang semenit pun untuk pemuda itu, Han Sen tidak akan pernah bertengkar fisik dengannya.
Melihat Han Sen tidak merespon, pemuda itu merasa Han Sen pasti takut dengannya. Dia melontarkan ucapan sarkastik, dan Han Sen mengabaikannya.
Pria itu tidak tahan lagi melihatnya dan ingin berdebat dengan si pemuda. Akan tetapi, Han Sen menariknya dan berkata, "Saudaraku, hampir giliranmu. Fokus saja dengan urusanmu dan jangan menanggapi serius bocah itu."
"Sampah penuh dengan alasan," kata pemuda dengan masam
Han Sen tidak mempedulikannya. Orang seperti si pemuda hanya berani menjadi arogan di Aliansi. Jika di dalam Gladiator, dia jelas akan dipukuli. Jika dia bersikap seperti ini di Tempat Suci Para Dewa, dia mungkin sudah mati.
Pemuda itu merasa tidak nyaman di bawah perhatian publik dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Semuanya kembali menunggu.
Setelah sekian lama, pria di depan Han Sen telah menyelesaikan sertifikasinya sebagai evolver mutan, dan kini giliran Han Sen.