Han Sen menatap burung hitam dan laba-laba salju raksasa yang hampir tercekik mati. Jika dia menyerang mereka pada saat yang tepat, dia mungkin akan memperoleh jiwa binatang berdarah sakral.
Namun, sebelum Han Sen menemukan kesempatan yang tepat, terdengar suara longlongan binatang dari ujung lainnya dalam lembah es diikuti dengan suara detakan tapak.
Apakah ada makhluk berdarah sakral lainnya? Han Sen terkejut.
Han Sen segera menemukan bahwa ternyata dugaannya salah. Tidak ada makhluk berdarah sakral, tetapi komplotan binatang berbaju baja es berlari seperti prajurit yang terlatih. Ada sekurang-kurangnya 300 atau 400 jumlahnya. Binatang- binatang berbaju baja es melemparkan dirinya pada monster bertentakel, menggigit tentakelnya. Monster itu menyapukan tentakelnya dan berhasil menyingkirkan beberapa binatang- binatang berbaju baja es, namun ada lebih banyak lagi yang datang menyerangnya.
Setelah binatang- binatang berbaju baja es, Han Sen melihat beruang kutub raksasa, serigala unicorn, dan wendigo. Setiap makhluk tampak sangat kuat dan ganas.
Di akhir pasukan ada seekor harimau putih bergaris-garis merah yang ditunggangi oleh seorang wanita yang anggun dengan jubah pendeta yang mewah. Wanita itu memiliki mata dan rambut berwarna ungu, memegang sebuah tongkat yang tampaknya terbuat dari kristal, matanya tertuju pada monster, burung hitam dan laba-laba salju.
Wanita pendeta itu menunjukkan tongkatnya pada monster. Beruang kutub, serigala, dan wendigo melonglong dengan kencang dan melemparkan diri mereka ke monster.
Secara alami, makhluk dengan tingkat lebih rendah merasa takut dengan makhluk dengan tingkat yang lebih tinggi daripada mereka, maka mereka tidak berani bertarung dengan makhluk yang lebih tinggi tingkatannya. Namun, beruang kutub, binatang- binatang berbaju baja es, dan wendigo yang tampak seperti makhluk mutan tidak merasa takut dengan monster tentakel berdarah sakral. Di bawah perintah wanita pendeta, mereka menerima kematian dengan tenang dan bersama-sama bertarung dengan monster itu.
"Arwah!" Han Sen bersembunyi di balik dinding es, mengamati wanita pendeta dengan takjub. Arwah itu memiliki kulit yang hampir transparan. Matanya seperti kucing dan kupingnya lancip. Tidak mungkin dia adalah manusia.
Han Sen hanya mengetahui ada arwah bangsawan dalam tempat penampungan arwah di gunung, yang seharusnya adalah dia.
Makhluk-makhluk itu juga mirip dengan yang pernah Han Sen dengar. Namun, Han Sen tidak tahu apa yang ingin dia lakukan. Menilai dari jumlah mahluk, dia seharusnya telah mengerahkan semua kekuatan dari tempat penampungannya.
Walaupun ada banyak makhluk di sisinya, mereka bukan tandingan monster. Binatang- binatang berbaju baja es bahkan tidak sanggup melukai kulit monster. Serangan dari makhluk-makhluk mutan hanya meninggalkan bekas bayangan pada monster, yang tampaknya tidak terlalu efektif.
Sebaliknya, sekali monster itu menyapukan tentakelnya, beberapa binatang- binatang berbaju baja es akan tersingkirkan dan terluka parah bahkan ada yang langsung terbunuh.
Sementara Han Sen berpikir mengapa arwah bangsawan melakukan ini, dia tiba-tiba mengangkat tongkat kristalnya.
Tongkat kristal mengeluarkan ombak-ombak kecil yang akhirnya menyelubungi seluruh tubuhnya. Dalam sesaat, semua bebatuan di jubahnya mulai hidup dan bersinar, mengelilingi tubuhnya dengan cahaya.
Ketika cahaya itu secara perlahan-lahan redup, Han Sen melihat penampakan dirinya dan menatap matanya yang lebar.
Pada saat ini, arwah bangsawan tertutup dengan baju baja kristal dengan pola berwarna merah. Baju baja itu tampak misterius dan mewah, membuat dia lebih terlihat megah.
Tongkat kristal sekarang berubah menjadi tombak kristal dengan garis-garis merah. Arwah bangsawan memegang tombak di belakang tubuhnya, matanya tertuju pada monster tentakel.
"Bunuh!" Arwah bangsawan berseru dengan dingin. Tunggangannya, harimau putih bergaris-garis merah dengan cepat berlari menuju monster tentakel dan dalam waktu singkat berada di dekat monster.
Berpegang pada dua makhluk berdarah sakral dan di bawah pengepungan begitu banyak makhluk mutan, monster tentakel tidak dapat fokus, walaupun dia tidak terluka. Dia tidak dapat melihat harimau putih bergaris-garis merah yang telah menuju ke kepalanya.
Menunggangi harimau di udara, arwah bangsawan menatap kepala monster dengan dingin. Pada saat harimau disapu oleh monster, tombak di tangan arwah akhirnya bergerak.
Seperti kilat yang dingin, tombak kristal menusuk mata juling monster. Dengan sebuah longlongan, monster itu tiba-tiba mengayunkan belasan tentakelnya dengan sembarangan, menghempaskan kedua makhluk berdarah sakral dan makhluk-makhluk mutan.
Namun, arwah bangsawan tetap bertahan di sana. Harimaunya menyerang monster itu kembali.
Bum!
Kali ini, tidak ada yang menyita perhatian monster, jadi dia memperhatikan harimau. Sebuah tentakel tiba-tiba menghempaskan harimau putih bergaris-garis merah.
Pada saat harimau terkena pukulan, arwah bangsawan yang megah menggerakan kaki jenjangnya yang tertutup dengan baju baja. Dia menapak pada punggung harimau dan tubuhnya yang berlekuk indah melompat ke udara. Memegangi tombak kristal bergaris-garis merah, dia menusuk mata monster yang lainnya.
Grrrr!
Mata monster lainnya juga tertusuk, diapun berteriak kesakitan. Kali ini, dia tidak menggunakan tentakelnya, sebaliknya dia dengan cepat membenamkan dirinya ke dalam kolam air es, membawa arwah bangsawan bersamanya, menimbulkan semburan yang sangat besar.
Han Sen terpana. Arwah bangsawan bahkan lebih kuat daripada dugaannya. Dia seharusnya memiliki indeks kebugaran sekitar 80, yang membuatnya arwah bangsawan tingkat atas.
Yang lebih penting, arwah bangsawan sangat piawai dengan ilmu bela diri. Ketika dia sedang bertarung, dia menggunakan gerakan kaki dan keahlian tombak tingkat tinggi, dapat dibandingkan dengan manusia evolver.
Singkat kata, kolam menjadi tenang. Dengan semburan lainnya, arwah bangsawan muncul dari dalam kolam yang dingin, dengan tubuh yang basah. Rambut ungunya basah, menempel pada baju baja kristal, membuatnya terlihat menarik dengan gaya yang berbeda.
Han Sen melihat dengan jelas bahwa arwah bangsawan hanya menyerang kelemahan monster, yaitu matanya. Monster itu hanya terpaksa kembali ke kolam. Dia tidak sanggup membunuhnya.