Han Sen bersembunyi dalam goa es, menggigit dendeng daging sambil mengamati situasi di luar dari celah yang sengaja dia buat.
Sejumlah besar ikan ular mulai memanjat keluar dari sungai es dan mencapai pantai yang tertutup dengan es. Semakin banyak ikan yang tiba, tetapi tidak ada orang yang mengetahui apa yang ingin mereka lakukan. Lebih dari 1000 orang dari Tempat Penampungan Dewa Hitam berkumpul, berburu ikan ular yang telah tiba.
Ikan ular tampak seperti ular laut. Sebenarnya, berbeda dengan ular laut, karena mereka tidak memiliki taring maupun gigi.
Karena tubuh mereka tertutup oleh lender, senjata yang digunakan dengan mudah tergelincir di kulit mereka. Jika seseorang dililit oleh makhluk ini, sisik perutnya yang tajam dapat mematahkan tulang orang itu.
Jika tidak berburu ikan ular dalam kelompok besar bersama-sama, orang-orang akan dengan mudah dikepung oleh ikan ular ini dan terbunuh. Orang-orang biasa tidak memiliki persyaratan yang memadai untuk membunuh mereka. Hanya pasukan besar seperti Dewa Hitam dapat mengorganisir beberapa orang untuk berburu ikan ular bersama-sama.
Karena raja ikan ular berdarah sakral belum muncul, para evolver yang kuat dengan tingkat kebugaran di atas 100 termasuk Dewa Hitam sendiri tidak bergerak. Mereka hanya memimpin ribuan evolver untuk berburu makhluk-makhluk di pantai.
Ikan ular primitif berwarna hitam. Kadang-kadang, beberapa ikan ular yang lebih besar dengan garis emas di punggungnya dapat terlihat, yang merupakan jenis mutan.
Han Sen belum melihat raja ikan ular berdarah sakral, tetapi dia mendengar bahwa ukuran raja ikan mungkin lebih kecil, bahkan lebih kecil daripada yang primitif. Mungkin seukuran kobra biasa.
Oleh karena itu, Han Sen ingin mencuri raja ikan ular berdarah sakral. Jika ukurannya lebih besar, dia tidak akan dapat membawanya setelah mencuri ikan itu. Raja ikan ular berdarah sakral ukurannya sempurna.
Ikan-ikan ular ini akan menghabiskan waktu 2 sampai 3 hari di pantai sebelum kembali ke lautan, maka Han Sen tidak terburu-buru.
Udara dingin di luar goa tidak terlalu berpengaruh pada Han Sen. Namun, dia merasa tidak nyaman untuk merangkak dan harus menggunakan Kulit Giok untuk membuatnya merasa lebih nyaman karena dia tidak dapat bergerak.
Untungnya, pada hari kedua sejak ular ikan tiba di pantai, Han Sen mendengar suara teriakan dari kerumunan itu. Dia cepat-cepat mengintip dari celah dan melihat sebuah bola besar yang terdiri dari ikan ular tiba di pantai. Di atas bola itu, seekor ikan ular merah tua kecil duduk dengan kepala tegak ke atas. Ikan ular merah tua ini panjangnya lebih dari 6 kaki. Berdiri di atas bila, dia memiliki sepasang sirip atau sayap di belakang kepalanya. Ketika sirip-sirip itu bergerak, menimbulkan suara yang aneh.
"Raja ikan ular berdarah sakral akhirnya tiba," Han Sen tiba-tiba merasa bersemangat, mengamati kondisi di luar. Ketika dia mendapatkan kesempatan, dia akan maju dan menangkap raja ikan ular.
Dia telah merencanakan jalur untuk melarikan diri. Saat ini adalah musim ikan ular. Karena ikan ular akan datang, maka tidak ada makhluk lainnya di sekitar lautan.
Setelah Han Sen membawa raja ikan ular, dia akan bergegas masuk ke dalam lautan. Mengendarai belut perak, di dapat melarikan diri dengan mudah. Sebanyak apapun orang dari Tempat Penampungan Dewa Hitam, mereka tidak dapat mengejarnya dan harus melihatnya pergi.
Setelah raja ikan ular muncul, ikan ular lainnya menjadi semakin menggila, bergegas ke pantai. Petarung tingkat tinggi di Tempat Penampungan Dewa Hitam akhirnya bergerak. 5 atau 6 evolver dengan kebugaran di atas 100 membunuh ikan-ikan ular yang menghalangi jalan mereka, dipimpin oleh Dewa Hitam.
Orang-orang lainnya menjaga posisi masing-masing, membunuh ikan ular lainnya. Mereka tidak terlihat gelisah sama sekali. Mereka jelas cukup berpengalaman.
Dewa Hitam dan rekan-rekannya bergegas dan ikan ular primitif tidak dapat menghalangi jalan mereka sama sekali. Mereka dalam waktu singkat sudah berada di dekat raja ikan ular. Raja ikan ular mengeluarkan suara mencicit yang aneh dan melambungkan dirinya ke udara. Sirip-siripnya bergerak, dia terbang ke udara seperti burung.
Sayap-sayap kecilnya terlalu kecil. Di belakang kepalanya, mereka terlihat seperti sepasang kupung yang agak besar. Tanpa diduga, dia dapat terbang dengan sayap-sayap itu.
Dewa Hitam dan yang lainnya mengepung raja ikan. Ketika berusaha untuk menyerangnya dengan senjata mereka, senjata mereka tergelincir. Mereka tidak dapat membunuh makhluk itu dalam waktu singkat.
Raja ikan ular 100 kali lebih licin daripada belut. Bahkan pedang jiwa binatang berdarah sakral akan tergelincir di tubuhnya, tanpa meninggalkan bekas.
Pisau Tornado Dewa Hitam juga tidak berguna, sehingga membuat Han Sen merasa cukup terkejut. Jika mereka tidak dapat melukai raja ikan ular, bagaimana Dewa Hitam dan yang lainnya membunuhnya di masa lalu?
Orang-orang ini tidak menggunakan metode khusus untuk menyerang raja ikan ular tetapi menyerangnya bersama-sama sambil membunuh ikan ular primitif yang mendekati mereka.
Setelah mengamati beberapa waktu, Han Sen dapat menebak apa yang ingin mereka lakukan. Walaupun raja ikan ular dapat terbang, jelas dia tidak dapat terbang terlalu lama di udara karena sayapnya yang kecil.
Pertama kalinya dia terbang, dia dapat bertahan selama 15 menit di udara. Namun, perlahan-lahan, waktunya di udara semakin berkurang dan harus mendarat.
Saat di udara, tidak ada titik yang menahan raja ular. Namun ketika berada di darat, ada tempat yang menahannya. Ketika senjata digunakan lagi, mereka tidak tergelincir dengan terlalu mudah.
Setelah menonton selama lebih dari setengah jam, Han Sen memperhatikan bahwa raja ikan ular menjadi semakin lemah. Dia tahu bahwa ini adalah kesempatannya, menyingkirkan salju di luar, dan merangkak keluar dari goa es.
Sekarang adalah waktu yang genting untuk berburu raja ikan ular. Karena raja ikan ular merasa terancam dan terus menerus berteriak, sehingga membuat ikan-ikan ular lainnya semakin menggila. Semua orang berusaha keras untuk berburu ikan ular, dan tidak ada orang yang memiliki energi tambahan untuk memperhatikan orang lain.
Selain itu, mereka telah membersihkan pantai dan menghalangi jalan ke pantai, maka mereka tidak menduga ada kehadiran orang luar di sana.
Han Sen masuk ke dalam kelompok ribuan orang, dan tidak ada yang menyadari bahwa dia adalah penyelinap. Han Sen membunuh beberapa ikan ular dengan santai dan perlahan-lahan mendekat.
Dewa Hitam dan yang lainnya telah mengepung raja ikan ular dari arah yang berbeda, agar dia tidak dapat melarikan diri ke dalam lautan. Raja ikan ular semakin sulit untuk terbang. Dia terlihat sekarat.
Ketika dia kehilangan kemampuan untuk terbang dan hanya dapat menggeliat di tanah, dia akan dapat dibunuh dengan mudah.
Han Sen perlahan-lahan mendekat Dewa Hitam dan rekan-rekannya, berfokus pada gerakan mereka. Han Sen pikir, ini adalah kesempatan yang bagus. Jika dia dapat membunuh Dewa Hitam di sini, maka Tempat Penampungan Dewa Hitam tidak memiliki pimpinan, sehingga akan jauh lebih mudah menaklukkan tempat penampungan itu.
Awalnya, Han Sen hanya ingin mencuri raja ikan ular. Tetapi sekarang dia mendapatkan kesempatan untuk membunuh Dewa Hitam, dia tidak akan menyia-nyiakannya. Han Sen berfokus pada Dewa Hitam dahulu.
Tidak lama kemudian, raja ikan ular tidak dapat terbang. Dewa Hitam merasa sangat senang, menemukan kesempatan dan bergegas untuk membelahnya.