"Tuan Han, aku sudah lama mengagumimu. Hari ini, aku akhirnya dapat bertemu denganmu!" Di Tempat Penampungan Dewa Hitam, seorang pria muda menjabat tangan Han Sen dengan tulus.
Han Sen tersenyum dan menatap Qi Xiuwen, pria yang masih muda, tampan, dan sangat ramah. Dia memiliki senyum yang bisa meluluhkan hati seluruh dunia.
Tetapi dalam sosok Qi Xiuwen, Han Sen bisa melihat bayangan Ning Yue. Namun, Qi Xiuwen jauh lebih muda.
Hati dan pikiran Ning Yue bekerja secara bersamaaan, tidak lebih condong ke salah satunya. Dia tidak pernah merasa dilema batin akibat perbedaan yang ditimbulkan dari pikiran dan hati. Qi Xiuwen tidak berbeda dengannya dalam hal ini.
Di mata Han Sen, Qi Xiuwen adalah seorang gadis kecil dalam pakaian ibunya, mengenakan terlalu banyak make-up dan bergemetar dengan sepatu hak tingginya. Dia jelas berusaha keras untuk tampil dewasa.
Meskipun penampilannya jauh dari harapan, dia bermaksud baik. Mungkin dia akan terkenal suatu hari nanti, tetapi untuk sekarang, dia jelas masih terlalu muda.
Han Sen terus mengamati Qi Xiuwen. Dia mengangguk tetapi tidak terlalu peduli padanya dan tidak menganggapnya sebagai ancaman. Tidak ada tandingan Han Sen di sekitar Tempat Penampungan Dewa Hitam. Menurut Han Sen, ini adalah tempat yang kecil dan tidak layak untuk dilanjutkan.
"Kakak Han, kau harus menjagaku nanti. Aku baru saja tiba di tempat penampungan, jadi apakah kau dapat memberikan beberapa daging mutan dan jiwa binatang? Akan lebih baik jika mereka berdarah sakral! " Qi Xiuwen merendah, seperti seorang pemula.
"Tentu, tidak masalah," Han Sen menyetujuinya.
Qi Xiuwen menjadi sangat senang , dan berkata, "Kalau begitu aku akan mengandalkanmu di masa depan! Ayah bilang ada banyak hal yang harus kupelajari darimu. Kalau tidak merepotkan, bisakah kau membawaku bersama ketika pergi berburu makhluk? "
"Tentu," Han Sen setuju.
Han Sen meminta Yang Manli menjual daging dan jiwa binatang yang diinginkan Qi Xiuwen. Jika dia bersedia membayar, tidak ada alasan untuk menolak permintaannya.
"Tuan Qi, mengapa Anda bersikap sopan kepada Han Sen? Tempat Perlindungan Dewa Hitam dan orang-orangnya adalah milik kita. Perintahkan saja dan kita akan mengusirnya." Seorang evolver berbicara pada Qi Xiuwen dengan licik, begitu Han Sen pergi.
Qi Xiuwen berkata dengan tenang, "Tidak seperti yang kau liat. Han Sen benar-benar sesuatu dan mengusirnya tidak akan menyelesaikan masalah. Urus tanggung jawabmu sendiri dan jangan melawannya. Aku akan bersamanya untuk sementara untuk mendiskusikan beberapa hal."
"Mengapa?" Beberapa evolver lain memandang Qi Xiuwen dengan bingung.
"Jika kau ingin mengalahkan seseorang, lebih mudah ketika kau dekat dengan mereka," kata Qi Xiuwen dengan tenang.
...
Yang Manli sangat bingung. Dia menduga banyak hal akan berubah ketika Qi Xiuwen tiba di Tempat Penampungan Dewa Hitam tetapi semuanya hampir sama. Semua orang terus mendengarkan perintah Han Sen dan semuanya berjalan seperti biasa.
Namun Qi Xiuwen mengikuti Han Sen kemanapun dia pergi seperti bayangannya. Seolah-olah Han Sen adalah tuan, sedangkan Qi Xiuwen adalah pelayannya. Atau seperti guru dan murid.
Tapi Yang Manli berpikir ada yang tidak beres dengan perilaku Qi Xiuwen. Meskipun Qi Xiuwen tampaknya menghormati Han Sen, Yang Manli tetap saja merasa agak paranoid seperti ada udang di balik batu.
"Aku pikir ada yang tidak beres dengan Qi Xiuwen. Tolong, hati-hati dan jangan terlalu dekat dengannya." Yang Manli selalu mengingatkan Han Sen, setiap kali mereka punya waktu pribadi.
"Paham," Han Sen setuju, tetapi dia tampaknya tidak terlalu kuatir. Setiap kali Qi Xiuwen menanyakan sesuatu kepadanya, Han Sen akan mengajari dan menjelaskan banyak hal.
Yang Manli selalu mengingatkan Han Sen tentang kecurigaannya, tetapi Han Sen tidak melakukan perubahan apa pun.
"Aku pikir kita perlu berbicara tentang masalah Qi Xiuwen." Yang Manli mendekati Han Sen, yang bersiap untuk pergi berburu.
"Baik. Bicaralah." Han Sen tersenyum, duduk, dan memandang Yang Manli.
"Qi Xiuwen itu berbahaya. Dia berusaha untuk menyenangkan semua orang di sekitarmu. Dia adalah ular berkepala dua." Yang Manli mengatakan dengan terus terang, berharap dapat meyakinkan Han Sen dan menarik perhatiannya.
"Aku tahu," Han Sen mengangguk.
"Jika kau tahu, mengapa kau tetap mengikuti semua permintaannya?" Yang Manli menatap matanya dan berkata.
Han Sen berhenti dan berpikir sejenak, lalu dia memiringkan kepalanya dan menjawab, "Manli, apakah kau pernah memiliki hewan peliharaan?"
"Aku berbicara tentang sesuatu yang serius di sini!" Yang Manli mulai terdengar jengkel.
"Kenapa aku tidak serius? Aku hanya ingin tahu, apakah kau pernah memiliki hewan peliharaan?" Han Sen tersenyum dan bertanya.
"Tidak." Yang Manli tidak peduli, tetapi tetap menjawab.
"Dulu aku kenal tetangga yang memiliki kucing. Panther yang sangat besar dan tampan. Bulunya hitam lebat dan para tetangga sangat menyukainya. Dia merawat kucing itu setiap hari, memberinya makan makanan kucing mewah, dan menyediakannya rumah kucing yang luar biasa."
Han Sen tersenyum dan kemudian melanjutkan, "Setiap kali aku berjalan melewati rumahnya, aku melihat panther itu berjemur di halaman seperti seorang tuan, berperilaku seperti tuan rumah. Setiap kali dia marah, dia akan menggigit sepatu di rumah dan setiap kali tuannya tidak memperhatikan, panther itu akan merobek buku-buku yang sedang dibacanya. "
Wajah Yang Manli bersinar, seolah dia baru menyadari sesuatu. Kemudian dia mulai melihat Han Sen dengan mata bertanya-tanya, seolah-olah dia sedang berpikir keras.
"Aku ingin tahu. Jadi, aku pergi bertanya kepada tetangga mengapa dia memanjakan kucing seperti itu," kata Han Sen.
"Dan jawaban apa yang kau terima?" Yang Manli bertanya dengan penasaran
Han Sen menghela nafas dan berkata, "Nah, tetangga hanya memutar matanya dan berkata, 'Apakah kau tidak tahu itu hanya kucing? Dunianya cukup kecil dan sebagai tuannya, aku adalah segalanya. Sebaliknya, dalam pandanganmu, itu hanya kucing."
Setelah dia mengatakan itu, Han Sen menepuk pundak Yang Manli dan berkata, "Kau lakukan apa yang kau mau. Dunia kita bukan di sini."
Melihat bayangan Han Sen meninggalkan ruangan, perasaan Yang Manli menjadi kacau. Namun, yang jelas dia merasa terkejut.
"Jadi, sebenarnya, dia tidak menghargai Qi Xiuwen. Dan dia tidak memprioritaskan kesejahteraan medan es atau Tempat Penampungan Dewa Hitam di dalam hatinya?" Mata Yang Manli tampak bingung, dan dia terus berbicara pada dirinya sendiri. "Bagimu, Qi Xiuwen hanyalah hewan peliharaan yang menyenangkan."
Setelah Han Sen meninggalkan tempat perlindungan, dia naik ke Istana Kristal dan pergi mencari lebih banyak makhluk mutan untuk berburu. Daging makhluk mutan yang telah diburu sebelumnya semuanya telah dimakan, dan telah meningkatkan jumlah poin geno mutannya menjadi 76. Sudah hampir maksimal.
Walaupun ada banyak makhluk mutan di laut, membutuhkan waktu yang lama untuk memakan daging mereka, karena kelangkaan makhluk mutan kecil di luar sana.
Rubah perak bertengger di pundak Han Sen sambil menggoyangkan ekornya. Dia menyaksikan ikan-ikan di luar dengan mata takjub.
"Di Istana Kristal, kehadiran rubah perak tampaknya tidak diperhatikan oleh makhluk laut. Mungkin ini adalah kesempatanku," pikir Han Sen.