Han Sen merasa kagum. Melihat seekor makhluk mengajak makan anak-anaknya adalah pemandangan yang sangat langka.
Ketika kura-kura salju mulai menggali makanan mereka, pekikan burung muncul dari langit. Seekor burung emas muncul. Seolah-olah telah mencari kura-kura itu, dia turun dengan kecepatan yang sangat tinggi dan mengangkat cakarnya untuk menerkam mereka.
Pop!
Sebelum burung itu mencapai mereka, kura-kura salju besar menembakkan bunga es ke arahnya. Detik berikutnya, burung itu berubah menjadi balok es. Jatuh dari ketinggian, burung itu menghantam tanah dengan keras dan hancur berkeping-keping.
"Astaga! Ini makhluk super," Han Sen menatap kura-kura dengan mata lebar.
Ini adalah pertama kalinya Han Sen melihat begitu banyak bayi makhluk super di satu tempat. Mereka berdelapan sekarang, Han Sen bahkan takut untuk bernapas. Hal terakhir yang dia inginkan adalah kura-kura salju mengetahui kehadirannya.
Rubah perak saja sudah sangat kuat, walaupun masih bayi. Tapi di sini, ada delapan anak makhluk super dan ibu mereka. Celakalah dia jika mereka menganggap Han Sen adalah musuhnya.
Melihat burung emas hancur menjadi kepingan es, Han Sen merasa menggigil di tulang punggungnya. Karena takut bernafas, dia memberikan tugas itu ke sel-selnya agar dia dapat terus mengamati sembilan kura-kura itu makan.
Setelah kura-kura kecil memakan jamur merah, tubuh makhluk-makhluk itu mulai bersinar merah. Pada awalnya, kura-kura itu seputih salju. Tapi sekarang, mereka tampak seperti kura-kura darah.
Kura-kura kecil itu benar-benar masih muda, sesuai dengan ukuran mereka. Jadi, mereka tidak bisa makan banyak, dan setelah memakan jamur seukuran kepalan tangan seorang pria, mereka merasa kenyang. Tetapi kura-kura besar itu benar-benar lapar, dan memakan sekitar sepuluh jamur sebelum berubah menjadi merah.
Tampaknya semua kura-kura merasa puas, dan setelah itu kura-kura besar mengubur jamur merah di bawah salju lagi. Kemudian membawa kura-kura kecil kembali ke gua es tempat mereka pertama kali muncul.
Han Sen menunggu sampai mereka semua memasuki gua dan berenang di bawah air. Kura-kura besar masuk terakhir, dan sebelum turun dalam, dia mengeluarkan bunga es untuk menutup kembali gua es tempat mereka keluar. Tidak ada yang bisa mengetahui bahwa ada yang tinggal di bawah sana.
Han Sen menunggu beberapa saat lagi, dan ketika dia memastikan tidak ada gerakan lagi, dia berlari ke tempat dimana kura-kura salju makan dan menggali salju untuk mencari jamur merah.
Mereka tampak seperti jamur yang biasa kita makan. Seukuran kepalan tangan, dengan kilauan yang jernih. Mereka juga memancarkan aroma yang semerbak, dan Han Sen berani bertaruh bahwa rasanya pasti enak.
Han Sen pernah mengikuti seorang ahli botani, dan melalui dia, dia belajar banyak tips dan trik yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi tanaman, tumbuhan, dan jamur. Dia melihat jamur merah dan memperhatikan hanya ada tiga yang tersisa. Sisanya sudah dimakan oleh kura-kura.
Tapi dilihat dari penampilan mereka, mereka tampaknya tidak beracun. Ada banyak tanaman aneh di tempat penampungan yang tidak berani dimakan Han Sen.
Han Sen mengeluarkan tas dan mengambil satu jamur untuk dimasukkan ke dalamnya. Dia tidak mengambil lebih banyak jamur lagi, dan berpikir itu mungkin akan berguna.
Dia menutupi jamur yang lain dengan salju sekali lagi dan memanggil Pencerewet Emasnya. Dia mengumpulkan dan merakit kembali tubuh burung yang hancur dan meletakkannya di atas Pencerewet Emas. Dia tampak seperti makhluk berdarah sakral, dan bahkan jika dia hanya mutan, Han Sen tidak ingin menyia-nyiakannya. Ini adalah pemberian gratis yang tidak akan dilewatkan begitu saja.
Kembali ke dalam Istana Kristal, Han Sen meminta Nol untuk memasak daging burung emas. Kemudian, dia mendengarkan suara, " Burung Sayap Emas Berdarah Sakral telah dikonsumsi. Poin geno sakral yang diperoleh adalah nol."
Karena dia makan sangat sedikit, dia tidak dapat meningkatkan jumlah total geno poin sakralnya. Tapi itu tetap membuat Han Sen merasa cukup senang. Walaupun dia gagal memburu naga bersisik merah, daging gratis dari Burung Sayap Emas berdarah sakral dapat menutupi rasa kecewanya.
Dia memakan seluruh daging Burung Sayap Emas berdarah sakral, tapi poinnya tidak bertambah. Namun, masih ada banyak daging yang tersisa, jadi Han Sen menyimpannya dimakan perlahan-lahan. Burung itu tidak terlalu besar, jadi dia pikir dia akan dapat menghabiskannya dalam sepuluh hari.
Kembali di Persekutuan, Han Sen mencari cara untuk menghubungi Profesor Sun Minghua. Walaupun Profesor Sun menghabiskan seluruh hidupnya di Tempat Suci Para Dewa Tahap Pertama, kontribusinya dalam dunia botani sangat besar. Han Sen memberinya detail jamur merah yang dia kumpulkan dan bercerita tentang kura-kura. Dia ingin sang profesor mencari tahu apakah jamur itu bermanfaat baginya.
Sayang sekali dia tidak dapat membawa jamur keluar dari tempat penampungan; kalau tidak, dia akan membawanya untuk dilihat profesor.
Profesor Sun dengan seksama mendengarkan deskripsi Han Sen tentang jamur itu dan kemudian mengajukan beberapa pertanyaan. Setelah jeda singkat, dia berkata, "Berdasarkan apa yang kau katakan padaku, jamur merah ini terdengar seperti sesuatu yang sangat kuat."
"Profesor Sun, menurutmu apakah jamur merah ini bermanfaat bagi manusia?" Han Sen berpikir kura-kura salju ini memiliki kemampuan untuk menemukan tanaman langka untuk dimakan.
Makanan yang dikonsumsi makhluk super seharusnya adalah sesuatu yang baik, tetapi manusia secara biologis berbeda dari makhluk, jadi Han Sen tidak yakin apakah manusia bisa memakannya juga.
"Tanaman di tempat penampungan memiliki kekuatan yang hebat. Mereka seharusnya cukup efektif pada manusia, tetapi tubuh manusia sangat berbeda. Sulit untuk mengatakan apakah efeknya akan bermanfaat bagimu."
Setelah itu, Profesor Sun berhenti. Dia ragu-ragu untuk sementara waktu, tetapi kemudian mulai berbicara dengan Han Sen lagi. "Aku akan memberitahumu sesuatu. Tapi setelah aku melakukannya, aku ingin kau melupakannya. Dan aku benar-benar tidak ingin kau memberitahu orang lain."
"Aku mengerti," jawab Han Sen dengan ragu.
Profesor Sun kemudian berkata, "Di Tempat Suci Para Dewa Tahap Ketiga, ada beberapa tanaman menakjubkan yang dapat meningkatkan gen seseorang. Namun, manusia belum dapat sepenuhnya mengungkap mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya. Cara memakannya sangat berpengaruh. Jika dimakan secara tidak benar, manfaat yang diharapkan malah akan bisa mematikan. "
Han Sen berpikir apa yang dikatakan profesor itu sangat aneh, jadi dia menjawab, "Jika manusia tidak dapat menentukan efek yang akan diberikan tanaman, bagaimana kita bisa mengetahui mana yang dapat meningkatkan gen manusia?"
"Aku tidak akan menjawab pertanyaan ini, tetapi setelah kau mengunjungi Tempat Suci Para Dewa Tahap Ketiga, kamu akan mengerti." Profesor Sun tampaknya menghindari pertanyaan Han Sen, dan dia dengan cepat merubah topik pembicaraan. Dia hanya memberitahu Han Sen beberapa metode sederhana tentang bagaimana cara mengkonsumsi jamur merah.
Han Sen merasa sangat penasaran. Sangat sedikit manusia surpasser, sekurang-kurangnya beberapa ratus ribu. Walaupun demikian, informasi mengenai Tempat Suci Para Dewa Tahap Ketiga cukup terbatas. Para surpasser tidak pernah membicarakannya, dan hanya sedikit informasi tentang itu yang dapat ditemukan di Persekutuan.
Karena Profesor Sun tidak mau berbicara tentang Tempat Suci Para Dewa Tahap Ketiga lagi, keingintahuan Han Sen tentang tempat itu semakin meningkat.
Berdasarkan saran dari Profesor Sun, Han Sen akan memberikan jamur merah kepada makhluk lain untuk dicoba. Mungkin dia akan dapat melihat efek yang bisa diberikannya.
Han Sen kemudian berpikir, "Aku ingin tahu apakah rubah perak mau memakannya?"
Kembali ke Istana Kristal, Han Sen mengambil rubah perak dan meletakkan jamur merah di depan mulutnya. Dia ingin melihat bagaimana reaksinya.