Chapter 689 - Kepik Emas

Tetapi ada yang lebih cepat dari Han Sen. Ular merah muda menggunakan pasukan ularnya sebagai pelindung, dan dia tidak tahu kapan mereka berhasil mendekat. Ular kecil itu sangat kurus seperti sumpit, tetapi saat membuka mulut, lebarnya cukup untuk menelan seluruh persik.

Melihat persik hampir ditelan ular merah muda, bayangan emas lainnya keluar dari dalam lubang pohon. Dalam satu pukulan, ular merah muda pun melayang.

Itu adalah kepik bersayap emas lainnya. Dia menggenggam ular merah muda dan menunjukkan taringnya, siap untuk menancapkannya pada musuhnya yang melata itu.

Akan tetapi tubuh ular merah muda mengeluarkan sejenis kabut merah seperti persik itu. Serangga itu melepaskannya dan melangkah mundur, tampak linglung.

Ular merah muda menggunakan kesempatan ini untuk melarikan diri dari serangga bersayap emas. Tetapi ketika serangga itu pulih dari rasa pusingnya, dia langsung mengejar ular itu.

Pada saat itu, Han Sen menyadari dua kepik bersayap emas lainnya keluar dari dalam lubang pohon. Hal ini membuatnya cukup kaget.

Ada dua kepik bersayap emas lagi; serangga yang hampir sama kuatnya dengan makhluk super. Empat ekor telah meninggalkan lubang, dan tidak ada yang tahu ada berapa banyak lagi yang masih ada di dalamnya.

Dari tambahan dua kepik bersayap emas, yang satu menargetkan monster biru, sementara yang lain menargetkan Han Sen.

Han Sen menggertakkan giginya, mengepakkan sayap, dan sedikit mundur ke belakang. Dia tidak yakin apakah masih ada lagi di dalam lubang atau tidak, sehingga dia tidak berani menyerang. Jika dia melakukannya, dia mungkin akan kehilangan kesempatan mendapatkan persik tersebut.

Kepik bersayap emas menghampiri Han Sen, dan sebaliknya, Han Sen mengayunkan jarum rex miliknya pada sosok emas itu. Tetapi serangga itu terlalu lincah, dan dia menghindari serangan dengan mudah. Dia terus maju dengan kecepatan penuh.

Rubah perak merespon dengan tatapan marah, dan seluruh bulu tubuhnya meregang. Aliran listrik berderik dan memercik di sekujur tubuhnya, yang menghasilkan kilatan petir yang melompat ke arah musuh yang menghampiri.

Kepik bersayap emas mengepakkan sayapnya untuk menghindari serangan rubah perak dan lanjut terbang mengejar Han Sen.

Sudah terlalu lambat untuk mengangkat jarum rex lagi, dan jantungnya dengan cepat melonjak. Busur silang merak muncul di tangannya, dan dengan itu, dia menghantam serangga yang datang untuk memakannya.

Pang!

Busur silang merak dan kepik bersayap emas beradu. Akan tetapi, tekanan luar biasa mengalir ke tangan Han Sen, dan dia pun terlempar. Dia terjatuh belasan meter jauhnya tetapi mampu menjaga keseimbangannya. Tangannya berdarah dan terasa kebas.

"Itu kekuatan yang mengerikan. Serangga kecil aneh itu tidak lebih lemah dari makhluk super rata-rata." Han Sen terkejut, tetapi dia dengan cepat menyadari kepik bersayap emas lanjut mengejarnya.

Han Sen dan rubah perak menghadapi kepik itu bersama-sama, tetapi mereka masih kalah unggul. Han Sen harus menggunakan indranya yang tajam, yang diperkuat oleh Kitab Dongxuan, tetapi bahkan dengan bantuan rubah perak, dia sulit mempertahankan dirinya.

Sulit untuk melihat siapa pemenang pertempuran yang terjadi di antara kepik bersayap emas lainnya dan monster biru. Dia terkadang bisa melihat sekelebat sosok biru yang diikuti dengan raungan.

Beruang besar dan kecil menggunakan kesempatan ini untuk menghancurkan pertahanan para serangga hitam. Mereka naik ke pohon persik secepat mungkin, dan dengan bulu dan kulit tebal mereka, mereka tidak takut digigit oleh para serangga. Saat mereka tiba di dekat persik itu, tubuh mereka menghitam, diselimuti serangga yang menggigitnya.

Tetapi kali ini, beruang besar memiliki rencana. Dia menatap lubang di pohon sambil membiarkan beruang kecil mengambil persik itu.

Ada pergerakan lagi di dalamnya, dan benar saja, sesuatu yang lain siap untuk keluar.

Tetapi kali ini, itu bukanlah kepik bersayap emas. Itu adalah kepik yang seluruhnya berwarna emas. Kepalanya dua kali lebih besar dari kepik bersayap emas.

Dia mengepakkan sayap emasnya dan terbang keluar lubang menuju anak beruang bagaikan bayangan emas.

Beruang besar meraung, seakan memperingatkan anak beruang itu. Tetapi anak beruang, yang hampir mencapai persik itu, tidak ingin menyerah. Dia menjulurkan tangannya dan mencoba memetiknya.

Pang!

Kepik emas memukul anak beruang, dan dia pun jatuh dari pohon. Lubang besar tercipta di tanah saat dia mendarat. Dari bawah, anak beruang itu berteriak kesakitan.

Beruang besar tidak peduli lagi dengan persik, dan dia lalu melompat ke bawah dari pohon, meraung dengan marah sambil mengejar kepik emas. Dia ingin menyelamatkan anaknya dari bahaya.

Han Sen membeku. Dia penasaran dengan serangga itu, dan tampaknya dia sejenis dengan kepik bersayap emas. Namun, satu hal yang pasti; dia jauh lebih kuat.

Dua beruang itu menghadapinya, tetapi mereka tidak menang. Mulut serangga itu sangat tajam, dan bahkan bulu sekeras batu beruang itu tidak bisa menahan gigitannya. Anak beruang itu terbalut oleh luka dari serangga penyerang tersebut, tetapi untungnya, itu tidak mematikan.

Cakar beruang hitam menghantam tempurung kepik emas dengan tamparan yang sangat keras, tetapi tidak rusak sedikit pun. Terlebih lagi, dia tampak tidak terpengaruh sama sekali.

Dua beruang itu dihajar habis-habisan saat bertarung dengan kepik emas.

Dan selama itu pula, tidak ada yang memiliki ruang ataupun waktu bebas untuk mengambil persik itu. Sekarang dengan tanpa perlawanan, serangga hitam yang lebih kecil melanjutkan membentuk diri mereka seperti tangan dan mencoba mengambil persik itu lagi.

Semangat memancar di mata Han Sen. Dia mengatupkan mulutnya dan memanggil malaikat suci. Tubuh suci muncul di udara dan bertengger di puncak pohon. Dia mengayunkan pedang besar transparannya dan memotong tangan yang telah dibentuk oleh serangga hitam. Saat dia melakukan hal ini, dia menggunakan tangan lainnya untuk mengambil persik. Tetapi saat dia mencoba memetiknya, dia tidak bisa menariknya sampai lepas.

Matanya menjadi dingin, dan dia mengayunkan pedang besarnya untuk melepaskan persik yang dengan keras kepala menempel di ranting itu. Saat dia melakukannya, persik itu akhirnya lepas ke dalam tangannya.

Han Sen senang melihat hal ini. Tidak ada serangga yang keluar dari lubang pohon itu lagi, jadi tinggal ada lima ekor dari mereka. Dan kini, persik suci ada di tangan malaikat suci.

Han Sen mengangkat tangan, dan dia memerintahkan malaikat suci itu untuk meninggalkan arena. Jika tidak, apabila ada yang melihatnya memegang persik, dia akan menjadi musuh utama bagi semua makhluk super di hutan itu.

Duar!

Malaikat suci mengepakkan sayapnya dan terbang ke angkasa.

Lalu lima kepik dan para makhluk super memang kembali menaruh perhatian mereka pada malaikat suci itu. Mereka semua meraung, berteriak, dan memekik dengan nafsu untuk menghancurkan malaikat suci tersebut. Mereka pun mengejarnya.

Han Sen melihat hal ini, sehingga dia menggertakkan gigi dan mengeluarkan jarum rex miliknya. Dia berjalan ke buah persik yang lain, yang belum sepenuhnya matang.

Dia tidak pernah menyangka ada lima kepik makhluk super yang menjaga buah itu di sana. Dia beruntung karena malaikat suci berhasil memetik persik saat itu.

Akan tetapi, jika dia kembali saat yang satunya matang, dia tidak yakin apakah dia mampu untuk mendapatkannya atau tidak. Jika mereka sadar malaikat suci itu milik Han Sen, dan dialah yang memperoleh buah itu, makhluk lainnya pasti akan lebih waspada dengannya.

Lima kepik emas terlalu kuat untuk dia hadapi, dan dia tidak ingin mempertaruhkan nyawanya lagi.

Jika dia ingin mempertaruhkan nyawanya kembali, dia pikir dia sebaiknya mengambil persik lainnya saat dia ada di sana. Meskipun belum sepenuhnya matang, itu seharusnya akan bermanfaat. Mungkin buah itu akan kurang efisien, tetapi lebih baik daripada tidak ada sama sekali.