Lubang tersebut cukup kecil, dan Han Sen hanya bisa merangkak. Dia menyimpan tenaganya dan merangkak sejauh seratus meter sebelum mencapai titik akhir. Trenggiling tersebut telah menggali sejauh ini, dan makhluk tersebut masih sibuk menggali.
"Apa yang makhluk ini lakukan?" Han Sen memandangnya sejenak, mengamati betapa cepat trenggiling itu bekerja. Dia tampak seakan sedang menggali jalan ke belakang gua tempat di mana raja semut melindungi jalan masuk utama.
"Tampaknya raja semut menjaga gua kecil itu untuk suatu alasan. Pasti ada alasan baginya untuk melakukan hal itu; aku penasaran akan hal itu. Apapun itu, itu pasti cukup menarik bagi si trenggiling untuk datang kemari." Han Sen mengamati trenggiling ini dari jarak aman.
Akan tetapi, tidak lama kemudian, dia mendengar sesuatu terjatuh. Bebatuan bergulir jatuh saat trenggiling itu mencapai potongan terakhir dinding gua yang mengarah ke ruangan lain. Trenggiling itu pun buru-buru masuk.
Han Sen mengeluarkan busur silang meraknya dan mengisinya dengan anak panah gagak. Dia merangkak di sepanjang lorong, dan berjalan ke arah bebatuan yang berdebu itu tanpa ragu.
Saat Han Sen melihat isi gua tersebut, dia langsung terpana dan wajahnya membeku.
Gua raksasa itu seperti ruang penyimpanan, terisi oleh telur-telur putih yang tampak seperti bola ping-pong. Sudah jelas, telur-telur itu milik si semut iblis.
Makhluk yang seperti trenggiling itu tampak girang dan mulai melahap telur-telur tersebut.
Han Sen memanjat keluar dari lorong yang digali oleh trenggiling itu dan mengejutkannya. Dia berbalik melihat Han Sen dengan waspada, tetapi tidak menyerang.
Han Sen membidik trenggiling itu dengan busur silang merak untuk berjaga-jaga tetapi dia merasa bimbang. Trenggiling itu sangat aneh, dia tidak tahu apa-apa mengenainya, dan tubuhnya terlalu lemah sampai dia tidak ingin memulai pertarungan yang tidak mampu diselesaikannya.
Mereka berdua mematung, mata mereka pun saling berpandangan. Tak satupun dari mereka yang mengenali satu sama lain. Trenggiling itu memutar matanya yang kelam dan kemudian berdiri dengan dua kaki seperti manusia. Cakarnya menunjuk ke arah pintu masuk.
Han Sen mengerti apa yang dia maksud. Trenggiling itu menunjuk ke arah lokasi raja semut, dan dia tidak ingin Han Sen memberitahukan keberadaan mereka.
"Kecerdasan makhluk ini tidak kurang dari raja rubah yang aku temui di Penampungan Pertama." Han Sen memandang trenggiling itu dengan heran.
Trenggiling itu lalu menunjuk telur-telur di lantai. Dia menunjuk Han Sen, lalu menunjuk dirinya sendiri. Dia adalah makhluk kecil yang lucu.
Tetapi, Han Sen mengerti lagi apa yang dia maksud. Dia mengatakan pada Han Sen bahwa ada banyak telur untuk mereka berdua, dan mereka bebas untuk makan sebanyak yang mereka inginkan, selama mereka tidak saling mengganggu.
Han Sen menatap trenggiling itu, kemudian dia melonggarkan tarikannya pada busur silang merak. Trenggiling itu kembali duduk di tanah dan melanjutkan makan besarnya.
Han Sen tidak merasa nyaman dengan adanya kehadiran trenggiling itu. Dia memastikan untuk mengawasinya, di antara pengamatannya terhadap gua itu dan telur-telur yang mengisinya.
Telur-telur semut itu semuanya terlihat identik. Mereka semua putih, hampir seperti bola ping-pong, dan juga cukup tembus pandang.
Tetapi Han Sen sadar ada sesuatu yang kurang. Biasanya, telur semut dikeluarkan oleh ratu semut, bukan raja semut. Ada sesuatu yang cukup berbeda dari telur-telur ini.
Jika mereka semua adalah telur-telur raja semut, maka mereka semua adalah makhluk super. Tetapi di sana ada setidaknya seratus ribu telur di dalam gua. Jika mereka semua adalah makhluk super, semut iblis akan menguasai seluruh Tempat Suci Para Dewa Kedua tanpa perlawanan.
Jika mereka semua dihasilkan oleh raja semut, mereka tidak mungkin adalah makhluk super. Mereka pasti adalah sesuatu yang lain.
Han Sen menginjak salah satu dari telur itu.
"Makhluk mutan bayi semut iblis bawah tanah dibunuh. Tidak mendapatkan jiwa binatang. Makan dagingnya untuk memperoleh poin geno mutan secara acak dari nol sampai sepuluh."
"Ah, jadi mereka bukan makhluk super." Han Sen menginjak beberapa lagi untuk memeriksanya. Dia berhasil untuk menghancurkan beberapa jenis mutan, termasuk juga jenis biasa. Namun, dia tidak bisa menemukan jenis yang berdarah sakral.
Trenggiling tersebut juga terlihat sadar mengenai hal ini. Terkadang dia berhenti makan, seakan untuk menguji kualitas rasa yang dia konsumsi. Caranya memilih telur juga menunjukkan bahwa dia juga mencari makhluk super.
Han Sen membungkuk dan mengambil sebuah telur, mengamatinya sebaik mungkin.
Ada begitu banyak telur semut di sana sampai-sampai jika dia memakannya sembarangan seperti si trenggiling, dia tidak akan pernah menemukan apa yang dia cari. Han Sen perlu mencari sebuah tanda, atau cara untuk membedakan satu telur dengan yang lainnya, untuk menemukan telur makhluk super yang dia cari.
Telur-telur itu setengah transparan. Saat dia menggenggam mereka dengan tangannya, telur-telur itu cukup elastis. Parabola bulat berbentuk pingpong itu tidak bau. Mereka juga cukup kering. Tetapi saat dia melihat isinya, Han Sen dengan mudah mengamati cairan kental di dalamnya. Mereka terasa seperti agar-agar, tetapi lebih kenyal. Tidak ada tanda juga di bagian luarnya; telur-telur itu tidak memiliki cela.
Han Sen memeriksanya lagi dan menyadari mereka semua sebagian besar identik, dan kelas mereka tidak bisa dibedakan secara kasat mata.
Para semut ini cerdas. Dengan mengumpulkan banyak telur yang mirip bersama-sama, tidak ada yang bisa mengetahui di mana jenis yang paling berharga bersembunyi.
Tetapi untuk Han Sen, hal itu berbeda. Memang, penampilan mereka semua sama. Dan membedakan isinya adalah hal yang bahkan tidak bisa dilakukan oleh trenggiling.
Han Sen dengan mudah mengetahui ketidak mampuannya untuk memastikan jenis telur dari caranya memilih mereka satu per satu. Terkadang trenggiling itu memasukkannya ke dalam mulut, seakan sedang mencicipi rasanya.
Han Sen memiliki Kitab Dongxuan, dengan kunci gen pertamanya yang terbuka. Dia menggunakannya, dan aura dongxua miliknya menyebar. Energi kehidupan telur-telur itu dengan mudah dideteksi oleh Han Sen.
Meskipun mereka hanyalah telur, energi kehidupan mereka tidak jauh berbeda dengan setelah mereka menetas. Makhluk super adalah makhluk super, jadi jika mereka ada di suatu tempat di antara telur-telur lainnya, energi kehidupan mereka pastilah bersinar menonjol.
Han Sen memindai seluruh telur semut dan dengan segera menemukan sebuah telur dengan energi kehidupan yang lebih kuat dari yang lainnya.
Han Sen berjalan kesana dan menghancurkan telur itu, yang dengan sekejap memperdengarkan pemberitahuan yang dia ingin dengar.
"Makhluk berdarah sakral bayi semut iblis bawah tanah dibunuh. Tidak mendapatkan jiwa binatang. Makan dagingnya untuk memperoleh poin geno sakral secara acak dari nol sampai sepuluh."
"Sesuai dugaan, ini adalah telur kelas berdarah sakral." Han Sen memasukkan telur yang hancur ke dalam mulutnya dan rasanya sangat segar, seperti udang. Ditambah lagi telur itu tidak berbau seperti makanan laut.
Han Sen terus menggunakan kemampuannya untuk merasakan energi kehidupan telur-telur itu dan terus menjelajahi gua untuk mencari lebih banyak lagi. Tidak lama kemudian dia menemukan tiga telur berdarah sakral lagi.
Tiba-tiba, sebuah energi kehidupan tampak menonjol. Telur itu tampak seperti bara, bersinar di dalam kegelapan. Energi kehidupannya jauh lebih kuat dari telur berdarah sakral manapun.
"Aku menemukannya!" Dengan sangat gembira, Han Sen buru-buru memungutnya.