28 Makanan Mahal

"Kawan, siapa namamu?" Lin Beifeng melemparkan pemantik ke arah Han Sen.

"Han Sen." Han Sen menangkap pemantik itu dan menyalakan rokoknya. Terbuat dari tembakau yang dihasilkan Schwarzwald, rokok tersebut aman bagi tubuh dan sangat menyegarkan.

Bagi siapapun yang mempertaruhkan hidupnya di Tempat Suci Para Dewa, rokok Schwarzwald tentunya kiriman dari langit.

"Sen, percayalah, saat kita kembali ke penampungan, kau bisa memiliki uang sebanyak yang kau mau. Hal yang bisa diselesaikan dengan uang bukanlah masalh untukku..."

Mereka mengobrol sebentar, dan Han Sen paham apa yang terjadi. Lin Beifeng tidak hanya kaya, tapi super kaya-raya. Dia juga beruntung ditempatkan di penampungan yang mana dia memiliki kenalan dekat. Jadi dia membeli banyak jiwa binatang mutan: baju baja, senjata,tunggangan, petarung, dan seterusnya. Dia juga mempekerjakan sebuah kelompok untuk berburu dengannya, bermaksud untuk memburu makhluk berdarah sakral. Dengan keberuntungannya, mereka memang menangkap seekor makhluk berdarah sakral, tapi setelahnya tidak begitu beruntung. Orang-orang yang dia rekrut meninggal atau kabur, dan dia berlari ke atas gunung. Setelah semua mara bahaya tersebut, dia mampu bertahan, tapi kehilangan hampir semua jiwa binatang yang dia beli. Jika bukan karena Han Sen, dia telah mati dibunuh binatang mammo.

"Sen, seberapa jauh Penampungan Agung dari sini?" tanya Lin Beifeng.

"Di sinilah Penampungan Agungmu" Han Sen tertawa.

"Lin Beifeng kaget. "Sen, kau bercanda ya?"

"Aku datang dari Penampungan Baju Baja, dan butuh dua minggu untuk kembali ke sana."

"Sial! Aku benar-benar di daerah penampungan yang lain." Lin Beifeng sangat depresi.

Dia memiliki teman di Penampungan Agung, dan mudah baginya untuk membeli daging dan jiwa binatang. Tapi tidak ada yang dikenalnya di penampungan lain, jadi bahkan dengan uangnya akan sulit untuk membeli daging dan jiwa binatang tingkat tinggi.

"Hey, apa yang kau lakukan dengan binatang mammo? Mereka sungguh keras kepala." Han Sen melihat kebawah lagi dan binatang mammo masih di sana, meraung dan berdiri dengan kaki belakangnya, mencoba memanjat ke atas pijakan batu.

"Uh, aku sedang berjalan dan merasa lapar. Jadi aku melihat mammo muda yang sedang makan rumput, dan..." kata Lin Beifeng dengan getir.

"Sungguh sial. Sepertinya kita terjebak di sini untuk beberapa waktu, jadi sebelum mereka pergi, mari berakrab ria." Han Sen tertawa.

"Baik, ayo kita lakukan." Lin Beifeng tersenyum setuju dan mendekati Han Sen, "Sen, aku haus. Apa aku bisa minum dari botolmu?"

"Sepuluh ribu per gelas," kata Han Sen memicingkan matanya.

"Sial! Apanya yang bersikap baik?" seru Lin Beifeng.

"Kamu bayar, aku jual. Bukankah itu indah?"

"Tapi airmu kemahalan. Bahkan lebih mahal dari air Planet Snowspring. Dan sepuluh ribu bisa membeli beberapa botol air itu. Tidak mungkin air Planet Snowspring yang kau punya." kata Lin Beifeng melirik botol air Han Sen.

Meskipun ini air dari kolam, kau tidak tahu berapa lama kita terperangkap di sini. Air itu nyawa saat ini, dan kita akan mati dalam seminggu tanpa air. Dan menurutmu itu tidak berharga?" Han Sen tersenyum.

"Itu berharga... tapi dompetku hilang di tengah jalan. Bisakah kau memberiku hutang dan aku akan membayarmu dua kali lipat saat kita tiba di penampungan," kata Lin Beifeng.

"Kita tidak kenal satu sama lain, dan kau masih berhutang padaku biaya penyelamatan nyawa. San sekarang kau mau minta airku secara kredit. Kamu mempersulit diriku." Han Sen terlihat ragu-ragu.

"Tiga kali.... tidak... empat kali..."

"Deal."

"Han Sen mengeluarkan gelasnya dan menuangkan segelas air untuk Lin Beifeng. Lin Beifeng minum dalam satu tegukan dan memberikan gelas kosong itu tiga kali lagi untuk diisi air.

"Cukup untuk hari ini. Aku tidak punya banyak air dan harus menyimpannya. Kita tidak tahu kapan binatang mammo itu pergi."Han Sen menjauhkan botol airnya saat Lin Beifeng meminta untuk keempat kalinya.

"Sen, kau begitu kuat, begitu berani, dan begitu impresif sampai kau mampu berburu sendirian di tengah gunung"

"Apa yang kau inginkan" Han Sen memutar bola matanya.

Lin Beifeng mendekati Han Sen dan berkata, "Sen, jiwa binatangku seluruhnya hancur dalam perjalanan kemari. Sekarang aku merasa tidak aman tanpa jiwa binatang padaku. Apa kau punya jiwa binatang ekstra untuk dijual?"

Omong-omong soal jiwa binatang, Han Sen telah membunuh cukup banyak jiwa binatang primitif belakangan ini dan tidak memperoleh jiwa binatang. Dia mungkin telah menggunakan keberuntungannya untuk dua jiwa binatang berdarah sakral yang dia dapatkan.

"Tidak ada jiwa binatang. Apa kau mau beberapa dendeng daging primitif?"

"Ya, tentu."

"Sepuluh ribu satunya."

"Sen, sepotongnya begitu kecil!"

Terjebak di batu pijakan selama delapan hari, mereka tidak merasa binatang mammo akan pergi meninggalkan mereka.

"Kita tidak bisa menunggu lagi. Kita harus cari jalan keluar," kata Han Sen pada Lin Beifeng serius.

"Kita masih punya makanan dan air. Mari kita tunggu. Dan mungkin kawanan ini akan pergi." Lin Beifeng masih merasa ketakutan pada binatang mammo.

"Kita masih punya air dan makanan, dan juga kekuatan fisik. Jika kita menggunakan semuanya, kita akan kehilangan kesempatan." kata Han Sen.

"Tapi bagaimana mungkin dengan kawanan seperti itu?" kata Lin Beifeng pahit.

"Jadi kita akan memanjat." Han Sen menunjuk tebing di atasnya.

Lin Beifeng memandang tebing yang berdiri tegak menembus awan dan tiba-tiba gemetaran, "Apa kita bisa melakukannya?"

"Harus. Lebih baik daripada menunggu ajal, dan kita tidak perlu memanjat jauh. Jika kita memanjat sedikit dan menemukan tempat untuk berdiri, kita bisa jalan memutar dan turun ke sisi lain dari tebing ini.," kata han Sen.

"Sen, aku setuju," kata Lin Beifeng cepat.

"Bagus. Kita akan mulai memanjat sekarang menggunakan sulur ini." Han Sen menggenggam satu sulur, memastikan bahwa itu cukup kuat dan mulai memanjat.