120 Pacarku Ji Yanran

"Saudaraku, apa kau masih mau busur berdarah sakral itu? Aku tidak bisa menghubungimu dan Pria Peninju sudah memasuki Tempat Suci Para Dewa Ke-Dua." Han Sen menjawab panggilan dan segera mendengar keluhan Fang Jingqi.

Han Sen langsung menepuk jidatnya dan berseru, "Maaf. Aku berada di pelatihan militer dan tidak diizinkan menggunakan jaringan komunikasi. Aku benar-benar lupa tentang itu. Apa busurnya masih di sana?"

"Iya. Pria Peninju memberikannya pada Jempol, tapi..." Fang Jingqi berhenti.

"Tapi apa?" tanya Han Sen.

"Aku mau menanyakan sesuatu dan kau harus jujur padaku. Apa kau mendapatkan jiwa binatang dari trenggiling bersisik itu? Apa kau berseda menukarnya?" tanya Fang Jingqi.

Han Sen ragu-ragu, lalu berkata, "Ya aku punya. Apa mereka mau menukarnya dengan busur?"

"Tipe jiwa binatang apa itu?" tanya Fang Jingqi.

"Perisai bulat besar berduri," balas Han Sen.

"Ha-ha, boleh lah. Jika kau mau menukarnya, aku akan menghubungi Jempol dan kalian berdua bisa bertemu dan mendiskusikannya sendiri." Fang Jingqwi tertawa.

"Tolong hubungi dia." Han Sen bukan tipe orang yang hanya mengandalkan tenaga brutal, jadi perisai kurang berguna untuknya. Jika dia bisa menukarnya dengan busur, itu akan sangat fantastis.

"Oke, aku akan menghubungimu lagi."

Han Sen menutup teleponnya dan memandang Lu Meng dan Shi Zhikang yang mengantri, dan berjalan ke arah stasiun teleportasi di sekolah.

Makhluk yang mulai diberi makan sebelum latihan militer harusnya sudah berevolusi menjadi makhluk berdarah sakral saat ini. Makhluk itu akan memberikan sedikit nutrisi untuknya.

Sebelum Han Sen sampai di stasiun teleportasi, Fang Jingqi menelponnya lagi dan bertanya apakah dia punya waktu untuk bertemu Jempol segera. Han Sen memasuki Tempat Suci Para Dewa mengetahui waktu dan tempat untuk bertemu.

"Perisai yang bagus. Benar-benar mahakarya!" Di hutan kecil, Jempol membelai perisai itu seperti seorang kekasih.

"Busur ini juga merupakan busur yang keren." Sambil memegang busur besar tanduk hitam, Han Sen juga terobsesi.

"Bagaimana kita bertransaksi?" Jempol melihat Han Sen bersemangat.

"Satu barang yang berharga dengan yang lainnya." Han Sen berkata dengan perlahan.

"Orang cerdas berpandangan serupa." Jempol mengacungkan jempolnya pada Han Sen dengan riang.

"Kak Jempol, aku doakan kau tak terhentikan kemanapun kau pergi dengan perisai ini." Han Sen tertawa.

Thumb mengayunkan perisai berduri, tertawa dan berkata, "Dan adik Han, aku doakan kau tak akan terkalahkan oleh siapapun yang kau lawan dengan busur ini."

Keduanya saling tersenyum, menyimpan harta mereka dan meninggalkan hutan, mereka sangat puas dengan transaksi yang dilakukan.

Han Sen kembali ke kamarnya di penampungan dan bermain dengan busur tanduk itu.

Busur tanduk itu adalah jiwa binatang dari ular bertanduk sihir. Jarak efektifnya hampir enam ribu kaki, dan itu masih belum jarak maksimumnya.

Kekuatan yang diperlukan untuk menarik senar busur ini bahkan masih kurang dari Doomsday, jadi busur ini merupakan impian segala pemanah.

Han Sen percaya dia bisa menggunakannya untuk memanah lalat sejauh enam ribu kaki dengan daya penglihatan ratu peri.

"Kuda yang bagus harus ditemani oleh pelana yang bagus. Jika aku bisa mendapatkan panah jjiwa binatang berdarah sakral, itu akan sempurna." Han Sen menelusuri lekukan ular bertanduk sihir dan berpikir gembira.

Tentu saja, panah jiwa binatang berdarah sakral tidak mudah ditemukan. Untungnya, binatang awan yang Han Sen beri makan telah berevolusi menjadi makhluk berdarah sakral, jadi dia membunuhnya untuk memasak sepanci sup.

Han Sen menyesali kemampuan memasaknya yang dibawah rata-rata. Dia hanya bisa memasak sup dan meskipun terasa enak, dia sudah bosan dengan menu yang sama sepanjang waktu.

saat terdengar suara dia memperoleh satu poin geno sakral, Han Sen masih sangat kegirangan.

Pada akhirnya, binatang berdarah sakral memberikan lima lagi poin geno sakral dan poin geno sakral Han Sen telah mencapai 39.

Qin Xuan paham jadwalnya akan padat karena dia baru bergabung dan tidak menemuinya, yang membuat Han Sen memiliki waktu untuk bersantai sendirian.

Han Sen kembali ke asrama saat malam dan melihat ketiga teman sekamarnya bermain Tangan Tuhan.

Melihat Han Sen kembali, Shi Zhikang menghampirinya, merangkul pundak Han Sen, dan menyeringai, "Sen, kami lagi bermain Tangan Tuhan. Bergabunglah! Saudara yang baik berbagi segalanya."

Lu Meng mencibir dan berkata, "Kemampuanmu sangat jelek sampai-sampai jika dia bergabung, dia masih akan mengalahkanmu."

"Sudahlah. Kau menang dua kali dan itu karena aku tidak memperhatikan. Kalau aku serius, kamu pasti kalah total." Shi Zhikang tersenyum dan berkata pada Han Sen, "Sen, ayo main bersama. Lagipula kau juga sedang senggang. Berlatihlah denganku."

"Oke, di Jaringan Langit?" Han Sen tersenyum.

"Our school has a special Battlenet designed for Hand of God. You can register an account and add me. My ID is Optimus Prime." Shi Zhikang carefully taught Han Sen how to register. "Sekolah kita punya Jaringan Pertandingan khusus yang didesain untuk Tangan Tuhan. Kau bisa mendaftar satu akun dan menambahkanku. ID-ku adalah Optimus Prime.

Han Sen mendaftar akun Jaringan Pertandingan, dan menamai ID-nya "Pacarku- Ji-Yanran."

Dia berhasil mendaftar dan Shi Zhikang tergesa-gesa menyuruhnya masuk dalam permainan.

Han Sen masuk ke permainan dan mengirim permintaan pertemanan ke Shi Zhikang.

"Sial, Sen, ID-mu cukup keren," Shi Zhikang melihat ID Han Sen dan berseru.

Lu Meng dengan cepat meliriknya dan menyunggingkan senyum, "Sen, kau mencari masalah di Jaringan Pertandingan dengan ID ini. Semua pemain di permainan ini menganggap Ji Yanran sebagai dewi mereka."

"Aku tidak tahu kau punya ambisi besar. Aku suka." Zhang Yang melihatnya dan menepuk pundak Han Sen, merasa puas.

"Cukup basa-basinya. Biarkan aku mengalahkanmu... tidak... Biarkan kami berlatih..." Shi Zhikang sangat bersemangat sampai dia terpeleset lidah dan buru-buru mengoreksi dirinya.

"Aku datang." Han Sen menerima undangan Shi Zhikang dna masuk ke ruang permainan. Shi Zhikang memilih tingkat kesulitan dan memulai permainan.

Setelah hitungan mundur berakhir, permainan pun dimulai.

Lu Meng dan Zhang Yang tidak berminat menonton pertandingan dan masing-masing menemukan lawan on-line dan mulai bermain.

Shi Zhikang sangat bersemangat karena dia terus kalah dari Zhang Yang dan Lu Meng dalam permainan sepanjang hari dan akhirnya menemukan kepercayaan dirinya kembali dengan bermain bersama Han Sen. Dia pikir dia harus mengalah dari Han Sen di ronde pertama apabila Han Sen menyerah begitu cepat. Selama dia membiarkan Han Sen menang dengan skor tipis, dia bisa membuat Han Sen bermain dengannya beberapa ronde, dan memuaskan keinginannya.