Setelah kelas berakhir, Han Sen berjalan menuju lapangan latihan ilmu silat. Ji Yanran sedang berlatih di sana dan dia telah mengatakan akan menjemputnya untuk makan siang bersama.
Sekarang hubungan mereka telah diketahui umum, dan semua orang sudah mengetahuinya. Mereka tidak perlu menyembunyikannya lagi dan mulai muncul bersama-sama, membuat murid-murid yang jomblo merasa iri.
Ketika Han Sen tiba di lapangan latihan, Ji Yanran masih sedang berlatih dengan yang lain di bawah pengawasan professor, jadi dia duduk di tribun.
Ji Yanran berada dalam Departemen Kerangka Perang, tetapi ilmu silat adalah mata pelajaran wajib untuk semua jurusan.
"Itu si jenius! Dia pasti datang untuk menjemput si cantik."
"Tentu saja. Tidak mungkin dia datang untuk mengunjungi kita."
"Kulitnya sangat bagus. Aku benar-benar ingin merasakannya."
…
Banyak murid yang berbisik-bisik. Karena Ji Yanran sekarang sedang menjalin hubungan dengan Han Sen dan semua murid sudah mengetahuinya, dia menjadi terbiasa dengan hal tersebut. Mendengar komentar orang-orang di sekitarnya, dia bahkan tidak tersipu dan sebaliknya dia merasa puas.
"Yanran, apakah kau merasa senang pamer seperti ini setiap hari?" Qu Lili menyentuh Ji dengan sikunya, mengeluh.
"Aku rasa ini sangat menyenangkan," Ji Yanran tersenyum dan berkata, "Jika kau mau, kau juga boleh mencari seorang pacar."
"Aku tidak seberuntung dirimu, memiliki seorang pria yang kuat dan tampan jatuh ke pelukanmu." Qu Lili berkata dengan iri.
"Apa boleh buat? Aku bahkan tidak meminta kecantikan ini," kata Ji Yanran sambil tersenyum.
Qu Lili menatap Ji dengan getir. "Yanran, aku rasa sejak kau bersamanya, kau menjadi semakin tidak tahu malu. Dia berpengaruh buruk."
"Penelitian memperlihatkan bahwa setelah sepasang suami istri menghabiskan waktu bersama, mereka mereka secara perlahan akan terpengaruhi oleh gen yang lainnya. Apakah kau tidak memperhatikan kalau Han Sen menjadi semakin tampan akhir-akhir ini?" Ji Yanran berkedip dan berkata.
"Kau memang dua sejoli." Qu Lili memutar matanya. Di masa lalu, lelucon kotor akan membuat Ji Yanran tersipu, dan sekarang Ji bahkan dapat melemparkan lelucon yang lebih kotor.
"Sial kau Han Sen. Aku ingin teman sekamarku yang polos kembali," Qu Lili berpikir dengan getir.
Profesor Chen Ling yang sedang mengajarkan ilmu silat adalah seorang wanita gendut yang berusia tiga puluhan. Dia melihat kelasnya terganggu dengan kehadiran Han Sen dan berkata sambil tersenyum, "Seorang bintang memang berbeda. Jadi, tampaknya kalian sudah tidak berniat untuk melanjutkan latihan. Bagaimana kalau kita memintanya untuk melakukan demo tinju hitam dan putih?"
"Baik, Profesor Chen kau yang terbaik.."
Para murid bersorak sorai, karena mereka semua mengetahui bahwa Han Sent telah mengalahkan Yu Zhiming dalam kelas Profesor Yan.
"Han Sen, kau cukup terkenal. Mari lakukan demo untuk teman-teman sekelasmu." Chen Ling tersenyum dan berkata pada Han Sen.
"Untuk Profesor Chen, tentu saja," Han Sen berkata sambil tersenyum, dan turun dari tribun.
Sorak sorai kembali terdengar, dan Chen Ling berkata, "Apakah kau mau memilih sendiri lawanmu, atau kau ingin aku memilih untukmu?"
"Professor Chen, tidak perlu. Pasti harus Ji Yanran, si cantik kita," seorang murid bercanda.
Tiba-tiba semua orang tertawa. Walaupun Ji Yanran merasa agak malu sekarang, dia tersipu sambil tertawa.
"Kalau begitu, Nona Ji orangnya." Chen Ling juga tersenyum.
Walaupun sedikit gelisah, Ji Yanran maju untuk demo dengan Han Sen.
Para murid menantikan untuk melihat keahlian tinju hitam dan putih Han Sen yang legendaris, tetapi dia kalah dengan Ji dalam setiap ronde, membuat para murid dan Chen Ling tertegun.
"Tampaknya si jenius ini sangat dikuasai oleh istrinya seperti aku!"
"Si cantik kita telah melatihnya dengan baik."
"Jangan takut, bung! Kau dapat meminta ampun di rumah, tetapi kau harus mempertahankan harga dirimu di muka umum."
…
Han Sen bertindak seolah-olah dia tidak mendengar apa-apa dan kalah lebih dari 20 poin berturut-turut.
Para murid merasa terhibur, sedangkan Chen Ling merasa terkejut. Dalam tinju hitam dan putih, tidak mudah untuk menang, tetapi juga sulit untuk kalah, terutama untuk kalah dengan alami seperti yang dilakukan Han Sen. Dia harus dapat menilai pergerakan Ji Yanran dengan sempurna agar dapat kalah dengan sempurna.
Mudah untuk kalah dalam beberapa ronde, tetapi tidak menang sama sekali membuatnya terkejut. Lagi pula, Han Sen belum berevolusi.
Setelah sesi latihan telah berakhir, Han Sen sedang bersiap-siap untuk pergi ke kantin bersama Ji Yanran. Chen Ling menghampirinya dan berkata, "Han Sen, aku ingin berbicara denganmu. Boleh meminta waktumu sebentar?"
Han Sen dan Ji Yanran keduanya merasa heran. Chen Ling tidak mengajar di Departemen Panahan dan mereka tidak saling mengenal dengan baik. Han Sen tidak tahu apa yang ingin dia bicarakan.
"Bolehkah kita pergi bersama?" Han Sen melihat Ji Yanran dan Qu Lili.
"Tentu saja. Mari makan siang bersama. Aku yang traktir." Chen Ling berkata dan berjalan keluar.
Han Sen, Ji Yanran dan Qu Lili cepat-cepat mengikutinya. Mereka merasa penasaran dangan apa keperluan Chen Ling.
Chen Ling membawa mereka ke kantin sekolah dan memesan ruang privasi.
Setelah Han Sen dan para gadis memesan, dia berkata, "Han Sen, dalam beberapa hari lagi akan akan kompetisi tinju hitam dan putih di Jaringan Langit, dan itu adalah pertandingan tim. Elang Hitam telah mendaftar, tetapi karena alasan tertentu, kita kekurangan satu orang. Apakah kau dapat membantuku?"
Ji Yanran dan Qu Lili keduanya merasa terkejut, tidak menduga Chen Ling akan mengundang Han Sen untuk pergi. Han Sen bahkan tidak berada dalam Departemen Ilmu Silat maupun Perkumpulan Ilmu Silat, dan para kontestan untuk pertandingan sejenis ini biasanya akan dipilih dari kedua tempat ini.
"Xu Qian dan teman-temannya telah menemuiku, dan aku telah berjanji untuk bergabung dengan mereka dalam pertandingan sekolah St. Germain. Tetapi aku tidak dapat menjamin mempunyai waktu untuk pergi ke pertandingan lainnya," Han Sen tersenyum dan berkata.
Chen Ling tiba-tiba merasa sangat senang. "Jadi mereka telah membereskannya. Bagus! Bagus sekali kau dapat bergabung. Kita tidak dapat kalah dari St. Germain. Elang Hitam mengandalkanmu."