198 Pria Simpanan

Setelah Wen Xiuxiu selesai wawancara, harapannya pada Blackhawk semakin rendah karena dia tidak melihat Ouyang Xiaosan selama wawancara.

"Kalau begitu, aku akan mempelajari St. Germain lebih banyak lagi dan memberikan porsi berita untuk mereka lebih banyak saat siaran langsung nanti." Wen Xiuxiu kembali ke ruangan yang diatur untuknya di kampus, dengan santai menulis warta berita, dan mengecek tim St.Germain secara online.

Dia melakukan acara tinju hitam putih karena tertarik. Wajar saja dia mengenal baik banyak tim. Dengan cepat dia menemukan data St. Germain dan melihat banyak video mereka di komunitas online.

Penggemar St. Germain begitu gembira karena lawan pertama mereka adalah Blackhawk dan berpikir mereka bisa menang dengan mudah.

Faktanya kurang lebih hampir sama. Empat dari lima anggota inti St. Germain adalah 20 besar di Aliansi dan Nalan Chengnuo bahkan di peringkat dua.

Sementara kecuali Ouyang Xiaosan, Blackhawk hanya memiliki satu pemain yang berada di 100 besar. Dengan perbandingan ini, mustahil Blackhawk akan menang.

Karena data tersebut, Ouyang Xiaosan sebelumnya ragu-ragu menyiakan waktunya untuk berpartisipasi.

Semakin lama Wen Xiuxiu mencari info, semakin dia merasa betapa tidak mendebarkan kompetisi tersebut. Dia tidak mengerti mengapa Fang Mingquan membiarkannya melakukan acara itu.

Menurut pandangan Wen Xiuxiu, Fang Mingquan tidak berusaha membuatnya bersinar dan dia memutuskan untuk mengalihkan pusat acaranya pada St.Germain.

Han Sen, Shi Zhikang dan Lu Meng sedang berlatih kerangka perang di anggar ketujuh. Hari pertandingan hampir tiba, jadi Han Sen tidak pergi ke Tempat Suci Para Dewa meski lukanya telah sembuh.

"Sen, kemana para siswi?"

"Mana aku tahu?" kata Han Sen santai.

Sebenarnya, dia tahu kalau Wang Mengmeng menghabiskan waktu di Tempat Suci Para Dewa. Dengan pengaruh keluarganya, mustahil baginya gagal dalam pelajaran. Dan bahkan karirnya setelah lulus telah diatur. Tugas utamanya sekarang adalah meningkatkan kemampuannya dan berevolusi sesegera mungkin. Itulah mengapa dia jarang terlihat di sekolah.

Tanpa Wang Mengmeng di sini, teman-temannya tidak akan muncul karena mereka tidak tertarik pada kerangka perang. Pengunjung rutin hanyalah si Gendut dan si Kurus. Bahkan Han Sen dan teman sekamarnya hanya datang sesekali. Si Pendek telah pindah ke Perkumpulan Kerangka Perang berat.

Si Gendut dan si Kurus datang setelah mereka selesai. Ke lima pemuda itu dengan sendirinya mulai membicarakan para gadis.

"Sudah dengar belum? Katanya ada murid pindahan baru. Dia sangat cantik dan payudaranya itu! Wow!" si Gendut bercerita dengan semangat.

"Semuanya sudah pada tahu! Namanya Huangfu Pingqing!"

"Biarkan aku selesai bicara! Kalian semua tahu namanya, tapi apa kamu tahu latar belakangnya?" kata si Gendut cepat-cepat.

"Mana kami tahu! Memangnya kau tahu?" Shi Zhikang menatap si Gendut dan bertanya.

"Tentu saja! Kau belum tahu siapa aku!" kata si Gendut bangga, "Huangfu tidak hanya cantik, tapi juga dari keluarga terpandang."

"Gendut, ayo ceritakan!" si Kurus memotongnya.

Si Gendut berdehem dan berkata dengan nada misterius, "Kalian pernah dengar Aula Bela Diri Ares?"

"Tentu saja! Siapa sih yang belum pernah dengar salah satu aula bela diri terbaik di Aliansi? Mereka punya cabang di seluruh Aliansi," Shi Zhikang mencibir dan berkata.

"Iya, yang satu itu! jadi kau juga dengar presiden Aula Bela Diri Ares adalah Huangfu Xiongcheng kan? Dia itu kakek Huangfu Pingqing," kata si Gendut.

"Ya ampun! Benarkah?" para siswa lainnya terbelalak.

"Memang benar. Ayahku bekerja di Aula Bela Diri Ares. Presiden mereka sering membawa Huangfu Pingqing ke perayaan peringatan Aula Bela Diri Ares," kata si Gendut.

"Sungguh mencengangkan. Siapapun yang memenangkan hatinya juga akan memenangkan hartanya.Apapun yang Huangfu Xiongceng rela berikan sudah cukup untuk kita hidup senang." si Kurus berkata penuh hasrat.

"Hei, mana mungkin semudah itu? Gadis sepertinya tidak akan memilih kita." si Gendut tertawa.

"Sayang sekali Sen sudah punya pacar. Kalau tidak, Huangfu mungkin akan memacarinya karena kulitnya begitu mulus." Shi tertawa.

"Begitulah, tapi aku tidak yakin kalau kakak Han akan melakukannya." Tiba-tiba suara feminim berbicara. Para pemuda itu kaget.

Buru-buru mencari suara itu berasal, mereka melihat seorang wanita seksi dengan kaki jenjang masuk ke dalam anggar sambil tersenyum.

"Huangfu Pingqing!" Para pemuda itu terbelalak dan terkesima melihatnya.

Gadis yang mereka bicarakan tiba-tiba datang, dan itu cukup mengejutkan.

Huangfu berjalan lurus ke arah Han Sen, mengedip dan berbisik, "Kak Han, maukah kau menjadi simpananku? Aku terima berapapun harga yang kau ajukan."

Mulut mereka pun ternganga, dan menatap Han Sen ganjil.

"Ehem! Nona Huangfu, jangan bergurau seperti itu." Han Sen tidak berpikir wanita ini menginginkannya. Dia hanya menginginkannya di perusahannya.

"Aku tidak bercanda. Kalau kau mau, Aku akan memberimu 100 juta per tahun." Huangfu tersenyum samar.

"Haruskah kita... membicarakannya di tempat lain?" Han Sen buru-buru berdiri dan memberi usul. Dia takut jika dia tinggal lebih lama lagi, teman-temannya akan membunuhnya dengan tatapan mereka.

"Sen memang seorang monster." menyaksikan Han Sen dan Huangfu pergi bersama, Shi berseru.