Setelah ujian semester, Han Sen merayakannya dengan teman sekamarnya, Ji Yanran dan Qu Lili di kantin.
"Han Sen, kita semua adalah manusia. Kenapa kita begitu berbeda? Aku tidak menghabiskan waktu untuk pacaran atau main-main. Yang aku lakukan hanyalah berlatih di Jurusan Panahan dan aku dapat hanya A. Kau tidak pernah ada di kelas dan mengendarai kerangka perang dan bermain-main dengan pacarmu sepanjang waktu. Bagaimana bisa kau dapat nilai S? Ini tidak adil," seru Shi Zhikang.
"Ayolah. Kau juga di Perkumpulan Kerangka Perang Berat sepanjang waktu." kata Lu Meng.
"Lu, kau memihak siapa sih?" Shi Zhikang menatap Lu Meng.
"Bukan kau." Lu Meng tertawa.
...
Setelah makan malam, sekelompok kawanan itu pergi karaoke dan bermain game sampai larut malam. Han Sen memberi kode pada Shi Zhikang untuk mengajak Qu Lili pergi supaya dia bisa menemani pacarnya pulang sendirian.
"Mengapa kau mengikutiku?" di gerbang asrama, Han Sen siap membuntutinya ke lantai atas.
"Aku akan menghangatkan tempat tidurmu." Han Sen menyeringai.
"Aku tidak butuh." Ji Yanran tersipu dan berkata dengan tegas.
"Gadis cantik, apa kau lupa kalau kau baru saja memberiku setengah juta beberapa hari yang lalu? Sebagai orang yang profesional, aku akan melayanimu sebaik mungkin, jadi menghangatkan ranjangmu adalah keharusan." Han Sen mengedipkan mata dan berkata.
"Pergi sana. Kalau ada yang melihat kita, aku tidak akan mengampunimu." Ji Yanran tersipu dan menggigit bibirnya.
"Jadi kalau tidak ada yang melihatku, aku bisa ikut naik ke atas?" tanya Han Sen santai.
"Mana mungkin? Pulang sana." Ji Yan Ran merengut.
Han Sen tidak pergi. Dia berjalan ke sudut dinding di mana kamera tidak mencakupnya dan mengeluarkan jiwa binatang berubah warna berdarah sakral. Tiba-tiba, dia menjadi satu dengan sekelilingnya.
Mata Ji Yanran terbelalak dan melihat pacarnya menghilang di depannya. Dia begitu kaget karena tidak melihat apapun yang berdiri di sampingnya.
Dia harus menyentuhnya untuk memastikan Han Sen masih di sana.
"Jiwa binatang jenis apa ini?" Ji Yanran terkejut.
"Berubah warna. Apa aku bisa naik sekarang?" tanya Han Sen sambil tersenyum.
"Jaga jarakmu. Kalau ada yang melihatmu, habislah kau." pipi Ji Yanran merona dan naik ke lantai atas.
Han Sen mengikutinya pelan-pelan. Untungnya, hari sudah gelap dan tidak ada orang di sekitar sana. Meskipun saat Han Sen bergerak ada suara yang terdengar, tidak ada siapa-siapa yang memergoki mereka, jadi dia bisa pergi langsung ke kamarnya.
Dengan Qu Lili yang diajak pergi oleh teman sekamarnya, dia tidak akan kembali untuk sementara. Ji Yanran membuka pintunya sedikit untuk melihat apakah ada orang di sana sebelum membiarkan pacarnya masuk.
"Apa kau mau makan sesuatu? Kau baru saja minum-minum dan tidak makan banyak." kata Ji Yanran sambil mengecek makanan apa yang dia punya.
"Kamu saja sudah cukup. Aku tidak mau apa-apa lagi." sembari duduk di sofa, Han Sen berkata sambil tersenyum.
"Apa kau bisa serius untuk semenit saja?" Ji Yannran membawakan kue dan air untuknya.
"Aku sedang serius dan profesional, berusaha untuk membuat setengah juta milikmu dihabiskan tanpa percuma." kata Han Sen.
Ji Yanran melihat tampangnya dan tertawa. Lalu dia memutar bola matanya dan berkata, "Yah kalau kau tidak mau makan, aku yang akan makan."
Dia lalu menaruh sepotong kue di piringnya dan mulai makan.
Sambil duduk di sebelahnya, Han Sen memandangi pacarnya.
"Lihat apa sih?" Ji Yanran tersipu-sipu di bawah tatapan matanya.
"Melihatmu. Ada kue di pipimu." Han Sen menjulurkan tangan.
Ji Yanran pikir dia ingin menyeka kue di wajahnya dan tidak bergerak, tetapi tangannya memegang dagunya dan dia malah menjilat kue itu.
Lalu dia menjilati krim di bibirnya dan berkata, "Lezat sekali."
Mata Ji Yanran terbelalak dan tiba-tiba melempari wajahnya dengan kue yang ada di tangannya.
Saat Han Sen terkejut, dia memegang pundaknya dan berkata, "Ada kue di pipimu juga."
Han Sen terkesiap. Dia menggunakan lidah mungilnya untuk menghapus krim di wajahnya dan merona.
Han Sen tidak bisa menahan diri lagi. Dia meraih pinggangnya dan mengecup pipinya, menikmati krim dan kulit lembutnya pada saat yang bersamaan.
Tangannya juga bergerak menuju bokongnya.
Saat keduanya sedang menikmati masa yang manis itu, mereka tiba-tiba mendengar pintu dibuka.
"Sudah kuduga ada sesuatu yang salah. Jenius, kau ternyata juga jenius dalam mencuri hati wanita." Qu Lili masuk sambil tersenyum.
"Ji Yanran melompat menjauh dari pelukan Han Sen, menatap Qu Lili dan tidak bisa berkata apa-apa.
Shi Zhikang, tak seharusnya aku mengandalkanmu. Kenapa kau membiarkannya kembali begitu cepat?" pikir Han Sen. Dia tidak ada pilihan lagi dan terpaksa harus pergi.
Lagipula tidak mungkin dia bisa melanjutkan rencananya malam ini.
Melihatnya pergi, wajah Qu Lili tampak suntuk.
Han Sen belum pergi terlalu jauh sebelum jaringan komunikasinya berdering. Han Sen pikir itu adalah Ji Yanran dan menjawabnya, tetapi dia justru melihat Huangfu Pingqing dengan gaun tidur putih dalam gambar hologram.
"Kakak Han, apa kau masih ingat kesepakatan kita? Apa kau punya waktu besok?" tanya Huangfu sambil tersenyum.
"Iya. Kemana kau mau pergi?" Han Sen menyentuh hidungnya dan berkata.
Saat dia membuat perjanjian dengan Huangfu Pingqing, dia juga berjanji padanya untuk berburu dengannya sekali dan dia harus menepati kata-katanya.