Tidak ada orang yang menjawab pertanyaan Han Sen. Semua orang kembali ke dalam hutan.

"Nona, apa yang terjadi?" Han Sen bertanya pada wanita yang pertama kali dilihatnya.

Wanita itu berkata dengan aceh, "Sekarang kau ada disini, sama seperti dihukum seumur hidup. Kau sekarang mempunyai banyak waktu untuk menelusuri apa yang terjadi."

Dia segera kembali ke hutan seperti yang lain.

Han Sen dapat menebak bahwa mungkin kapal mereka rusak dan berakhir di sini. Namun, dia tetap ingin mengetahui di mana dia berada. Lagi pula, mereka pasti datang ke sini dengan menggunakan kapal dan seharusnya mengetahui lokasi pulau itu dan berapa jauh letaknya dari tempat penampungan terdekat.

Han Sen cepat-cepat mengikuti orang-orang itu, yang juga tidak berniat untuk mengusirnya. Segera, Han Sen mengikuti mereka melintasi hutan dan tiba di sebuah goa.

Di dalam goa ada banyak persediaan yang diproduksi dalam Persekutuan. Ada api unggun dalam goa besar itu, dan terasa hampir seperti berkemah.

Han Sen dapat mengetahui bahwa mereka telah tinggal di sana cukup lama. Jumlah mereka lebih dari belasan orang dan berusia sama.

Dari perspektif Han Sen, orang-orang ini seusia dengan Qin Xuan. Tetapi Qin Xuan tetap tinggal di Tempat Suci Para Dewa Tahap Pertama hanya karena dia ingin memaksimalkan poin geno sakralnya. Sedangkan orang-orang ini jelas tidak memiliki niat yang sama.

"Orang baru, jika kau ingin tinggal di sini, kau harus mematuhi peraturan kami dan lakukan pekerjaanmu. Kalau tidak, kami tidak memiliki makanan tambahan untuk disia-siakan padamu," kata seorang pria yang serius pada Han Sen.

"Ada banyak makhluk di dalam lautan dan di pulau, jadi aku pikir aku akan dapat mencari makan sendiri," Han Sen tersenyum dan berkata.

Kelompok itu memandang Han Sen dengan hina, seolah-olah mereka mendengar sesuatu yang lucu. Namun tidak ada orang yang berbicara. Seolah-olah mereka bahkan tidak berkenan untuk mengejeknya.

Pria itu meneruskan, "Kita semua adalah orang-orang yang tidak beruntung. Aku mengingatkanmu: Pulau Tepi Angin penuh dengan bahaya. Jangan berkeliaran, atau kau mungkin akan kehilangan nyawa."

"Bahaya seperti apa?" Han Sen bertanya dengan heran.

Pria itu tidak berbicara tetapi seorang pria kurus di sampingnya menyela, "Ada makhluk-makhluk berdarah sakral di Pulau Tepi Angin. Apakah kau mampu membunuh mereka?"

"Makhluk-makhluk berdarah sakral? Aku ada bunuh beberapa," Han Sen tertawa.

"Nak, kau seharusnya mengetahui kepada siapa kau membuat sebelum kau membuat. Apakah kau tahu siapa kami?" tanya pria kurus itu dengan mengerutkan bibirnya.

"Aku sangat ingin mengetahuinya." Han Sen merasa penasaran dengan orang-orang ini.

"Apakah kau pernah mendengar tentang pasukan khusus?" tanya pria kurus dengan bangga.

"Kau adalah anggota pasukan khusus?" Han Sen menatap kelompok itu dengan terkejut.

Han Sen tidak menduga akan bertemu dengan orang-orang dari organisasi yang sama di pulau terpencil.

"Karena kau pernah mendengar tentang pasukan khusus, kau pasti adalah orang yang berpengetahuan. Kau seharusnya mengetahui apa yang kami lakukan. Dan karena kita pun sulit untuk bertahan di tempat ini, apakah kau tahu apa yang harus kau lakukan di masa depan?" tanya pria kurus itu.

"Kebetulan sekali. Aku juga berada dalam pasukan khusus. Aku penasaran kalian bertanggung jawab atas tempat penampungan mana?" tanya Han Sen dengan senyuman.

"Apa? Kau juga anggota pasukan khusus?" Pria kurus itu menatap Han Sen dengan terkejut.

Orang-orang lain juga kaget dan tampaknya meragukan perkataan Han Sen. Han Sen tampak masih cukup muda. Perkiraan mereka dia baru berusia 18 tahun.

Walaupun anggota-anggota pasukan khusus dalam Tempat Suci Para Dewa Tahap Pertama cukup muda, tetapi karena persyaratan yang tinggi untuk anggotanya, mereka yang dapat bergabung biasanya berusia di atas 20, yaitu mereka yang memiliki lebih banyak poin geno dan lebih berpengalaman dalam Tempat Suci Para Dewa.

"Namaku Han Sen, Kepala Pasukan Khusus Baju Baja." Han Sen memberitahu mereka identitasnya, yang bukan rahasia, jadi tidak perlu menyembunyikan dari mereka.

"Apakah kau bercanda? Orang seusiamu, sudah cukup beruntung dapat menjadi anggota. Kepala pantatku!" Pria kurus itu mencibir dan tidak percaya Han Sen adalah kepala. Dia kemudian menunjuk pada pria yang pertama kali berbicara dan memberitahu Han Sen, "Nak, lihatlah! Begini potongan seorang kepala. Ini adalah kapten kami, Fu Shan."

"Hai, aku Han Sen dari Pasukan Khusus Baju Baja. Kau berasal dari tempat penampungan mana?" Han Sen merasa beruntung dapat bertemu dengan para anggota dari pasukan khusus.

Pria kurus itu mengira Han Sen sedang berbohong dan merasa marah. Sebelum dia dapat berkata sesuatu, Fu Shan menghentikannya.

Fu Shan melihat Han Sen dari atas ke bawah dan berkata,"Setahuku, Kepala Pasukan Khusus Baju Baja adalah Qin Xuan, dan wakilnya adalah Yang Manli. Mereka berdua adalah wanita dan tidak ada pria dalam pucuk pimpinan. Aku tidak pernah mendengar nama Han Sen."

"Kalian pasti telah terperangkap di sini selama lebih dari setengah tahun?" tatapan Han Sen menyapu seluruh kelompok.

"Terus kenapa?" pria kurus itu menatap Han Sen dan bertanya.

"Pantas saja kalian tidak tahu bahwa Qin Xuan telah pergi ke Tempat Suci Para Dewa Tahap Dua dan aku adalah Kepala Pasukan Khusus Baju Baja yang baru." Han Sen tersenyum dan berkata.

Sayangnya, dia juga tidak membawa serta kartu identitasnya dan tidak dapat menggunakan Jaringan Langit untuk membuktikan identitas dirinya.

"Kami tidak dapat serta merta mempercayai kata-katamu. Tunjukan identitasmu." Pria kurus itu tetap tidak mempercayainya.

"Aku tidak membawa identitasku. Jika kau tidak percaya padaku, aku tidak ada cara untuk membujukmu." Han Sen merentangkan tangannya dan berkata, "Tidak ada gunanya aku berbohong padamu, jadi buat apa aku melakukannya?"

Wanita yang pertama kali melihat Han Sen tiba-tiba melihat Han Sen dan bertanya, "Kau seharusnya mengenal Qin Xuan dengan sangat baik kalau begitu?"

"Iya," Han Sen berpikir tentangnya dan mengangguk.

"Kalau begitu kau pasti mengetahui ada apa di balik telinga kirinya?" Wanita itu bertanya dengan perlahan.

Seluruh kelompok itu mengamati Han Sen, menunggu balasannya.

"Jika aku mengingat dengan tepat, tidak ada apa-apa di balik telinga kiri Qin Xuan, tetapi ada tanda lahir merah kecil di belakang kuping kanannya," kata Han Sen dengan santai. Dia pernah bertarung berkali-kali dengan Qin Xuan dan mengetahui hal ini dengan sangat baik.