Chapter 150 episode 150

Zira dan Ziko sudah selesai melakukan aktivitas makannya, bukan makan pagi tapi makan siang yang kesiangan. Kevin sudah mengemudikan mobil menuju rumah sakit. Hari ini jadwal Zira untuk membuka perban. Zira tidak ingin di antar ke rumah sakit, dia lebih nyaman kalo pergi sendiri. Karena jika bersama suaminya, ruang geraknya di batasi oleh Ziko. Mereka memasuki pintu loby rumah sakit, bagian resepsionis sudah memberikan senyum terbaiknya untuk menyapa mereka. Mereka semua mengenal Ziko. Ziko mempunyai saham di rumah sakit itu sehingga mereka sangat segan dan hormat kepada Ziko.

" Suamiku, kenapa mereka semua tersenyum dengan kita." Ucap Zira penasaran.

Ziko tidak menjawabnya, dia memegang tangan Zira memasuki lift. Mereka pergi menuju ke ruangan dokter Diki. Sebelumnya Kevin sudah menghubungi dokter Diki. Dokter Diki sudah menunggu di ruangannya. Mereka masuk ke dalam ruangan dokter Diki. Zira diperintahkan untuk berbaring di tempat tidur, dua orang perawat sedang membuka perban yang ada di dahi Zira.

Ziko dan dokter Diki sedang mengobrol sesuatu mereka sedang membicarakan tentang proses kehamilan.

" Berapa lama proses seseorang itu mengalami kehamilan?" Ucap Ziko penasaran.

" Biasanya kalo berhubungan dalam masa subur bisa di pastikan dalam waktu dua atau satu bulan sudah hamil." Dokter Diki menjelaskan panjang lebar mengenai proses kehamilan.

" Tapi kenapa istriku belum hamil juga?" Ucap Ziko cepat.

" Apakah kalian sering melakukannya." Ucap dokter Diki pelan.

" Kamu tau kami melakukannya sebanyak tujuh kali tiga kali tujuh dalam semalam." Ucap Ziko bangga sambil tersenyum lebar.

Dokter Diki membelalakkan matanya tidak percaya. Omongan Ziko seperti menunjukkan kehebatannya dalam menaklukkan sebuah kasur.

" Kenapa kamu melihatku seperti itu? Apa kamu enggak percaya?" Ucap Ziko menatap dokter Diki dengan tatapan tajam.

" Aku percaya aku percaya." Dokter Diki menengahi pembicaraannya agar Ziko tidak berkomentar lagi mengenai ketidaknyakinannya.

" Bagaimana apa istriku bisa hamil?" Ucap Ziko masih penasaran.

" Suksesnya kehamilan seseorang bukan hanya dari si wanita tapi juga si pria." Dokter Diki menjelaskan tentang masa subur dari wanita dan pria. Ziko masih mendengarkan dengan seksama.

" Jadi ko, kalo istri belum hamil jangan di vonis mandul, bisa jadi si pria yang tidak subur." Ucap dokter Diki menjelaskan.

" Apakah bisa di cek tentang semua itu." Ucap Ziko lagi dia merasa khawatir mendengar penjelasan dokter Diki.

" Bisa sekali, jaman sekarang peralatan kedokteran sudah semakin canggih belum lagi ilmu kedokteran sudah semakin berkembang, jadi untuk hal itu semua bisa di cek. Tapi ingat semuanya adalah pemberian dari yang Maha Kuasa. Kita sebagai manusia hanya berusaha dan berdoa. Ucapan Dokter Diki sangat menyentuh relung hatinya.

Perban Zira sudah selesai di buka, ada bekas kecil di ujung dahinya. Tapi tidak mengurangi kecantikannya. Zira ingin keluar dari ruangan itu, dia berniat untuk menjenguk Naura. Tapi dia masih mencari waktu yang tepat. Zira memperhatikan dokter Diki berbicara serius dengan Ziko. Dia tidak mengetahui apa yang di bicarakan mereka berdua. Zira mulai memikirkan cara bagaimana pergi ke kamar Naura. Dia tidak ingin memberitahu hal ini karena dia masih mengingat mengenai ancaman Ziko yang akan menghabisi Fiko.

Zira keluar dari ruangan dokter Diki secara perlahan - lahan, dia hendak melangkahkan kakinya menuju lift, tapi Kevin sudah memperhatikannya dari jauh. Zira melambaikan tangannya sambil menunjukkan perutnya. Dia berakting kalo perutnya mules, Kevin mengerti dan menganggukkan kepalanya memberi izin. Zira langsung berlari kecil menuju lift. Kevin merasa curiga karena Zira bukan ke toilet tapi pergi naik lift.

" Mau kemana nona Zira, bukannya toilet juga ada di lantai ini." Gumam Kevin pelan. Kevin mengikuti Zira, dia sudah mengetahui lantai berapa lift Zira berhenti.

Zira masuk ke dalam ruang cempaka, dia mendapati Naura sedang makan sambil di suapin pengasuhnya.

" Tante." Ucap Naura senang. Zira menghampiri tempat tidur Naura, dia memeluk Naura dengan erat dan mengecup dahi Naura secara berulang-ulang.

" Bagaimana keadaan kamu sayang." Ucap Zira sambil memegang tangan Naura.

" Aku sangat sehat Tante." Ucap Naura sambil tersenyum lebar. Keadaan Naura jauh lebih baik di bandingkan kemaren, dia seperti mendapatkan semangat untuk sembuh.

Zira memperhatikan sekeliling ruangan cempaka tapi tidak menemukan Fiko di dalam ruangan itu.

" Papa kamu mana sayang." Ucap Zira lagi sambil menatap Naura.

" Papa pergi ke kantor sebentar, sebentar lagi papa balik." Ucap Naura pelan. Zira merasa kasihan mendengar ucapan Naura, di saat Naura sakit, Fiko tetap harus bekerja untuk menafkahi anaknya. Zira mengerti perasaan Naura, karena tidak di tungguin papanya dan hanya di temanin seorang pengasuhnya.

Zira berbicara panjang lebar dengan Naura, dia memberikan semangat untuk Naura agar tetap semangat untuk sembuh. Zira juga membuat cerita lucu tentang anak-anak, Naura tertawa bahagia mendengar cerita lucu yang di buat Zira. Dia merasa senang dapat membantu Naura kembali tertawa seperti dulu. Zira izin pamit untuk pulang karena sudah waktunya dia kembali. Naura tidak mengizinkannya pulang tapi Zira memberikan pengertian kepadanya.

Zira keluar dari ruang cempaka dan pergi menggunakan tangga darurat menuju ruang melati tempat Susi di rawat. Keadaan Susi sudah mulai membaik, dia menjelaskan kalo hari ini mereka akan segera pulang.

Zira mengobrol dengan Susi dan suaminya. Kevin masih mencari keberadaan Zira yang belum kunjung ketemu. Ziko menghubungi nomor Zira, tapi tidak ada sahutan sama sekali darinya. Ziko mencoba menghubungi nomor Kevin.

" Kamu di mana?" Ucap Ziko cepat.

" Saya sedang di lantai 4 mencari nona Zira." Ucap Kevin masih menunggu di depan toilet.

" Kenapa istriku ada di lantai 4?" Ucap Ziko penasaran.

" Tadi nona pamit mau ke toilet tapi nona sepertinya ke toilet lantai 4." Ucap Kevin cepat masih menunggu di depan toilet.

Ziko menghubungi Kevin masih di dalam ruangan Dokter Diki. Dokter Diki mendengarkan percakapan antara Ziko dan Kevin.

" Kalo lantai 4 tempat pasien anak-anak tapi untuk penyakit yang serius." Ucap Dokter Diki memotong percakapan antara Ziko dan Kevin.

Ziko memutuskan panggilannya sambil mendengarkan ucapan Dokter Diki.

" Kemaren Zira juga datang ke sini." Ucap Dokter Diki cepat.

" Jam berapa dia datang." Ziko mulai curiga, dia mulai mengajukan beberapa pertanyaan kepada Dokter Diki.

Dokter Diki mencoba mengingat kisaran jam pertemuan mereka, antar dirinya dan Zira.

" Hemmmmm kalo enggak salah sebelum makan siang." Ucap Dokter Diki lagi.

Pikiran Ziko berkecamuk, seingat dia pada saat sebelum makan siang belum terjadi baku hantam itu.

" Untuk apa dia ke sini?" Ucap Ziko lagi penasaran.

" Aku Ketemu dengannya di dekat lift, dia seperti sedang buru-buru dan aku melihat di tangannya ada bungkusan plastik obat, dan kalo aku enggak salah dengar dia bilang temannya lagi sakit." Ucap Dokter Diki menjelaskan.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."