Chapter 178 episode 178

Zelin sudah menunggu di sebuah cafe bersama Tia. Tia duduk di ujung cafe, dia mencari tempat pengintaian yang strategis dan aman.

Zelin bolak balik melihat jam di tangannya. Sudah setengah jam dia menunggu di cafe itu tapi belum ada kabar atau berita dari Koko. Pelayan sudah dua kali bertanya kepadanya tentang menu yang akan di pesannya.

Zelin sudah beranjak dari kursinya tapi dari pintu cafe ada sosok Koko yang sedang berjalan menuju mejanya.

" Maaf aku telat." Ucap Koko sambil memberikan buket bunga kepada Zelin. Zelin menerima buket bunga itu sambil tersipu malu dan melirik ke arah Tia. Tia memberikan kodenya dengan jari jempolnya.

Mereka memesan makanan sambil berbicara semua hal. Baik mengenai kampus maupun mengenai pekerjaan Koko.

" Kamu bekerja di mana?" Ucap Zelin bertanya.

" Aku kerja di Raharsya group." Ucap Koko bangga.

Zelin membelalakkan matanya. Di pikirannya mengapa dunia ini begitu sempit, hampir semua orang yang di kenalnya bicara mengenai Raharsya group. Walaupun dia anak dari Raharsya tapi dia selalu menutupi jadi dirinya. Dia tidak mau orang tau kalo dia anak dari Raharsya. Pertama untuk keamanannya dari intaian musuh dan yang kedua untuk bisa terbebas dari pengintaian bodyguard.

Mereka menikmati makanannya. Zelin memperhatikan jari jemari Koko yang lentik.

" Jari kamu lentik banget?" Ucapan Zelin membuat Koko tersedak. Dia takut kalo Zelin curiga mengenai kelainannya dulu.

" Kamu kenapa?"

" Enggak apa - apa, mungkin karena aku tidak membaca doa." Ucap Koko sambil menyembunyikan jarinya di bawah meja. Zelin mengangguk dan kembali menyantap makanannya. Tapi Koko tidak melanjutkan makannya, dia malu dengan jari jemarinya yang seperti wanita.

Aku harus membuat jariku seperti jempol semua. Pantesan nona Zira memerintahkan aku untuk memasukkan jariku ke dalam saku, ternyata itu sebabnya.

Koko melamun sedang memikirkan cara membesarkan jari jemarinya.

" Kamu kenapa enggak makan? Apa enggak enak?"

" Eh enak kok, cuma aku sudah kenyang." Gugup.

Zelin tidak bertanya lagi, dia merasa heran dengan pria di depannya yang mengatakan kenyang. Karena makanan Koko masih utuh.

Mungkin dia malu.

Koko hanya menatap jari jemarinya.

Aduh Tuhan kenapa aku di beri jari seperti cewek.

Di mansion.

Zira sudah tampil secantik mungkin dengan gaun merah marun, membuatnya tampil lebih seksi. Sedangkan Ziko sudah mengenakan setelan tuksedo berwarna hitam dan dasi berwarna hitam.

Ziko melihat penampilan istrinya sangat mempesona. Tapi Ziko merasa risih dengan bagian bahu Zira yang terbuka.

" Bagaimana penampilanku?" Ucap Zira sambil menggerakkan-gerakkan gaunnya ke kanan dan ke kiri.

" Tutupi bagian atas." Ucap Ziko menunjuk ke bahu istrinya.

" Yang ini?" Ucap Zira menunjuk ke bahunya. Ziko menganggukkan kepalanya.

" Kalo di tutupi enggak Kelihatan dong modelnya." Gerutu Zira.

" Apa kamu mau menunjukkan kepada semua orang kalo bahumu bagus." Ucap Ziko protes.

" Aku harus menutupinya pakai apa?" Ucap Zira bingung karena memang gaun itu terbuka bagian atas dan tidak akan indah kalo di tutupi.

Ziko membongkar semua isi lemari untuk mencari sesuatu yang dapat menutupi bahu istrinya. Tapi tidak ada wanita senada yang cocok untuk menutupinya.

" Bagaimana?"

" Ganti saja gaunmu." Ucap Ziko cepat.

" Aih enak saja kamu bilang ganti, aku sudah mempersiapkan gaun ini dengan ekstrak kilat. Baik aku ganti gaunku, tapi apapun yang akan aku kenakan jangan kamu komplain."

" Iya." Ucap Ziko malas. Zira langsung mengganti gaunnya, dia memang sengaja membuat gaun yang sedikit terbuka agar rencana ke acara Vita gagal karena masalah gaun.

Zira keluar dari kamar sambil mengenakan daster. Ziko langsung membelalakkan matanya.

" Punya siapa itu kamu pakai?" Ucap Ziko enggak suka.

" Punya nenekku." Ucap Zira cepat.

" Enggak lucu, cepat ganti yang lebih bagus." Ucap Ziko cepat.

" Maaf suamiku, di lemari tidak ada gaun, hanya ada baju kerja dan baju santai saja." Zira berharap kalo suaminya membatalkan acaranya.

Memang didalam lemari Zira hanya ada baju yang di belikan Ziko. Gaun hanya ada di apartemennya.

" Ya sudah pakai gaun yang tadi." Ucap Ziko cepat. Zira kembali lagi mengenakkan gaunnya, gaun berwarna merah marun.

Mereka turun bergandengan tangan menuju mobil. Sudah ada Kevin yang juga mengenakan tuksedo berwarna hitam. Mobil langsung meluncur ke tempat acara itu berlangsung. Acara itu di adakan di sebuah aula besar. Kedatangan Ziko menjadi pusat perhatian, banyak media yang mengambil foto mereka berdua.

Vita menyambut kedatangan Ziko dan Zira. Vita memperkenalkan mereka kepada direktur percetakan Karyaku. Direktur percetakan merasa sangat senang dengan kehadiran orang nomor satu di kota itu. Direktur mempersilahkan pasangan suami istri itu untuk duduk di kursi depan berderetan dengan tamu-tamu penting lainnya.

Host yang memandu acara itu langsung, langsung membuka acara.

" Acara pertama kata sambutan dari direktur percetakan karyaku." Tepukan dari tamu undangan. Direktur memberikan sepatah dua kata. Setelah selesai di lanjutkan dengan acara berikutnya sampai acara mempromosikan beberapa buku termasuk di dalamnya buku Vita. Vita dan beberapa orang lainnya yang berperan sebagai penulis menyampaikan beberapa katanya sambil memberikan sedikit bocoran mengenai isi bukunya masing-masing.

Setelah selesai dengan sepatah dua kata dari penulis. Pihak perusahaan memberikan kesempatan kapada penulis untuk menandatangani semua buku yang di promosikan dalam acara itu.

Ziko merasa jenuh dengan acara seperti itu. Terlalu banyak kamera yang mengabadikannya foto mereka berdua. Zira memperhatikan wajah suaminya yang jutek.

" Suamiku kalo kamu lelah kita pulang saja." Ucap Zira berbisik.

Ziko menganggukkan kepalanya. Dia hendak pergi, tapi Vita memanggil namanya.

" Ziko tunggu." Ucap Vita sedikit berlari.

Ziko dan Zira membalikkan badannya. Zira agak malas melihat wanita yang ada didepannya.

" Kalian mau kemana?"

" Kami mau pulang." Ucap Kevin dari belakang Vita. Vita langsung melihat suara seseorang berada di balik punggungnya.

" Maaf kalo acara ini sedikit membosankan. Ambilah ini sebagai cenderamata dariku." Ucap Vita memberikan bukunya kepada Zira. Zira menerima pemberian dari Vita. Vita menyalami Zira sambil membisikkan sesuatu kepadanya.

" Ada sebuah catatan kecil di dalam buku itu, nanti kamu baca ya." Ucap Vita sambil membisikkan ke telinga Zira.

Ziko dan Zira pergi meninggalkan acara tersebut. Mereka sudah masuk ke dalam mobil.

" Apa yang di ucapkannya tadi ketelingamu?" Ucap Ziko tanpa menatap ke arah Istrinya. Ziko lebih memilih menatap ke depan.

Zira gugup harus berkata jujur apa tidak.

" Oh dia tadi mengucapkan selamat atas pernikahan kita."

Ziko diam dengan lamunannya. Melamunkan tentang semua ucapan Vita.

Di mansion.

Zelin sudah menunggu kakak iparnya di ruang keluarga. Begitu mereka datang Zelin langsung menghampirinya. Ziko meninggalkan mereka berdua.

" Kakak ipar aku mau bicara."

Zira sudah bisa menebak apa yang akan di bicarakan adiknya. Zira harus menghindari curhatan adik iparnya. Dia lebih memilih tidak tau dari pada harus terlibat lebih jauh.

" Besok saja ya? Kakak capek." Ucap Zira pelan. Zelin menghembuskan nafasnya secara kasar. Sambil menganggukkan kepalanya.

Di kamar Ziko sudah mengganti tuksedonya dengan baju tidur. Zira pergi kekamar mandi sambil membuka buku pemberian Vita. Zira membuka perlembar demi perlembar. Ada kertas kecil di pertengahan buku. Zira membuka kertas kecil itu ada sebuah tulisan tangan.

Zira aku minta maaf tentang semuanya, pada saat di Belanda aku tidak tau kalo Ziko sudah menikah. Kalo aku mengetahui dia sudah menikah aku pasti akan menjauh. Kedatangan ku kesini bukan sebagai benalu dalam rumah tangga kalian. Kamu jangan khawatir walaupun rasa itu pernah ada dan masih ada, tapi aku tidak akan merebutnya dari mu. Aku sadar karena aku tidak pantas untuknya karena aku bukan perempuan yang sempurna. Tetaplah mendampinginya baik dalam suka maupun duka. Semoga pernikahan kalian tetap abadi selamanya.

Vita

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."