Chapter 197 episode 197

Kevin sudah masuk ke dalam ruang VVIP tempat Zira di rawat. Dia melihat wanita tersebut sudah cukup membaik.

" Maaf saya hanya bisa membawakan buah ini, buah mangga muda saya tidak bisa menemukannya lagi." Ucap Kevin pelan sambil meletakkan di atas meja.

" Hahaha. terimakasih atas perhatian anda." Ucap Zira tersenyum.

Kevin tidak duduk, dia masih berdiri di dekat pintu sambil mengintip ke luar. Dia merasa cemas kalau tiba-tiba dokter Diki datang ke ruangan itu.

" Kamu kenapa?" Ucap Zira penasaran.

" Saya baru bertemu dengan dokter Diki." Ucap Kevin cepat sambil mengintip keluar.

" Apa?" Zira membelalakkan matanya.

" Dimana kamu bertemu dokter Diki? Apa dokter Diki tau, kamu berada di sini?" Zira mengajukan pertanyaan beruntun.

Kevin menjelaskan tentang pertemuannya mendadak dengan dokter Diki. Dan dia juga menceritakan tentang informasi yang di dapat dari dokter tersebut.

" Informasi apa?" Ucap Zira penasaran.

Kevin menyampaikan semua yang di ucapkan dokter Diki kepadanya, tentang tangan Ziko yang robek dan tidak makan dua hari.

Zira terdiam sejenak mendengar pria yang dicintainya telah terluka.

" Pada saat kami berbicara, tiba-tiba tuan muda datang." Ucap Kevin cepat.

" Apa? Dia juga ada di sini? Untuk apa dia ke sini?" Ucap Zira cepat.

" Mungkin mau memeriksa kondisinya setelah dua hari sakit."

" Sepertinya itu alasan dokter Diki saja yang menyebutkan kalau manusia es itu sakit. Agar kamu menyampaikannya kepada ku. Buktinya manusia es batu itu masih bisa berdiri tegak di rumah sakit ini." Gerutu Zira.

" Tapi menurut saya dokter Diki memang tidak mengerti hal ini. Dia berpikir kalo saya masih bekerja di Raharsya group. Tapi tidak tau kalau sekarang, mungkin saja tuan muda sudah menceritakannya." Ucap Kevin cepat.

" Sebaiknya aku keluar ini hari?" Ucap Zira cepat.

" Nona bagaimana dengan kondisi kesehatan anda? Pikirkan juga tentang janin di dalam perut anda." Ucap Kevin cepat.

" Aku dalam keadaan baik-baik saja." Ucap Zira cepat.

" Sebaiknya kita menunggu penjelasan dari dokter." Ucap Kevin cepat sambil pergi keluar ruangan, menemui perawat jaga. Dia menanyakan perihal jam Visit dokter. Setelah mendapatkan informasi dari dokter jaga Kevin kembali lagi ke ruangan Zira.

" Nona kata perawat biasanya jam segini dokter sudah Visit."

Dokter Diki memeriksa keadaan temannya. Dari perut semua di periksanya.

" Ko, kalo menurut hasil pemeriksaan kamu tidak mengalami sakit apapun." Ucap Dokter Diki menjelaskan.

" Bagaimana tidak sakit, aku mual terus dan pusing. Seperti itu kamu bilang tidak sakit." Ucap Ziko ketus.

" Begini saja, aku beri resep untuk menghilangkan rasa pusingnya tapi kalo untuk mual-mualnya aku tidak bisa memberikan resepnya. Karena memang kamu tidak sakit." Ucap Dokter Diki tegas.

" Baiklah kalo begitu, mana resepnya." Ucap Ziko mengulurkan tangannya. Dokter Diki menulis resepnya di atas kertas resep.

" Tadi aku perhatikan ditangannya dia, sedang membawa sekeranjang buah? Dia mau menjenguk siapa?" Ucap Ziko penasaran.

" Maksudnya kamu Kevin?" Ucap Dokter Diki lagi.

" Iya."

" Mungkin menjenguk Naura?" Ucap Dokter Diki cepat.

" Siapa Naura? Pacarnya?" Ucap Ziko penasaran.

Dokter Diki tertawa lebar mendengar tebakan Ziko yang asal.

" Hahaha. Naura itu masih kecil, apa kamu lupa kalo Naura itu anaknya Fiko. Kan kamu yang membiayai perobatannya di sini." Ucap Dokter Diki menjelaskan.

" Yang sakit kanker itu ya?" Ucap Ziko seperti mengingat sesuatu. Ziko memang tidak mengingat nama anak yang terkena sakit kanker itu, nama orang tuanya pun dia tidak ingat tapi wajah orang tuanya masih sangat jelas teringat di benaknya. Wajah orang yang pernah memegang tangan Zira. Wajah itu yang pernah di pukulnya.

" Untuk apa dia menjenguk anak itu?" Ucap Ziko penasaran.

Dokter Diki mengangkat kedua bahunya memberikan isyarat kalau dia tidak tahu menahu dengan kunjungan Kevin ke rumah sakit.

Dokter spesialis kandungan dan dokter bagian penyakit dalam sudah memeriksa Zira. Mereka mengizinkan Zira untuk pulang, dan melakukan kontrol setelah 3 hari.

Kevin membayar tagihan ke bagian kasir. Ibu Nur membereskan semuanya di ruangan rawat inap. Kevin kembali ke ruang VVIP setelah melunasi semua tagihan. Zira masih menunggu perawat untuk membuka jarum infusnya. Tidak beberapa lama dua orang perawat datang dengan satu perawat membawa kursi roda dan satunya lagi membawa box yang berisi peralatan kesehatan. Setelah jarum infus di buka mereka mengizinkan Zira untuk pulang.

" Ini resep obatnya." Ucap perawat memberikan copy resep kepada Zira.

" Terimakasih." Ucap Zira sambil memberikan copy resep itu kepada Kevin.

Zira duduk di atas kursi roda. Perawat mendorong pasiennya sampai ke depan pintu loby.

" Nona sebaiknya anda tunggu di mobil saja, biar saja yang tebus resep ini." Ucap Kevin cepat sambil pergi ke apotek.

Zira dan Ibu Nur menunggu di depan pintu Loby. Ada seseorang dari jauh yang mengenali Zira.

" Zira apa kamu baik-baik saja." Ucap Fiko yang baru datang.

" Fiko." Ucap Zira cepat.

Mereka saling bersalaman dan berbicara panjang lebar mengenai semuanya.

Kevin mengantri obat sambil duduk di sofa. Dari lain sisi ada yang meletakkan copy resep di atas meja apotek, yang tidak lain adalah Ziko. Kevin dan Ziko beradu tatap. Ziko membuat praduganya sendiri tentang kedatangan Kevin ke rumah sakit ini. Mereka duduk di sofa terpisah. Tapi masih tetap bisa saling pandang.

" Nyonya Zira." Ucap apoteker wanita.

" Iya." Ucap Kevin cepat sambil berjalan ke meja apotek. Ziko kaget nama istrinya di sebut. Dan lebih kaget lagi ada Kevin di sisi istrinya.

Kevin menerima obat tersebut dan mengucapkan terimakasih kepada wanita apoteker tersebut. Ketika Kevin hendak pergi bahunya di tahan oleh Ziko.

" Kenapa kamu ada di sisi Zira." Ucap Ziko berbisik. Kevin tidak mengacuhkan pertanyaan Ziko. Dia malah menepis tangan Ziko dari bahunya. Ziko mengikuti Kevin dari belakang. Di balik pintu Loby Ziko melihat istrinya sedang berbicara dengan fiko. Cemburunya semakin memuncak.

Bagiamana mungkin dia bermesraan dengan dua pria. Sedangkan dia masih berstatus istri sah ku.

Fiko berhenti berbicara ketika dia melihat Kevin datang menghampiri mereka.

" Jaga kesehatan kamu." Ucap Fiko sambil masuk ke dalam loby rumah sakit.

Ziko ingin menghajar Fiko, tapi dia masih penasaran dengan Zira yang duduk di kursi roda. Perawat mendorong kursi roda sampai ke tempat parkir, karena permintaan dari Kevin. Dan Ziko masih mengintip dari balik mobil lain yang parkir di situ. Zira masuk ke dalam mobil di bantu Kevin. Zira memegang tangan Kevin agar memudahkannya untuk masuk ke dalam. Ziko terbakar emosinya. Ziko bertepuk tangan, dia seperti sedang menangkap basah istrinya sedang berselingkuh dengan mantan asistennya.

Zira melihat ke arah yang bertepuk tangan. Zira kaget melihat suaminya ada di dekat situ.

" Wah wah hebat kamu ya, ternyata kamu mengajukan cerai terlebih dahulu karena kamu sudah berselingkuh dengannya." Ucap Ziko mengejek.

Zira tidak ingin meladeni Ziko. Menurutnya jika dia meladeninya sama saja dia stres seperti suaminya.

" Tuan anda salah, saya dan nona Zira tidak ada hubungan apapun." Ucap Kevin memberikan pembelaan.

" Banyak omong kamu." Bug. Ucap Ziko mendaratkan pukulan ke wajah Kevin.

Ibu Nur dan Zira berteriak histeris. Zira kembali turun dari mobil. Berusaha menangkap tangan Ziko.

" Kalo kamu mau pukul dia, pukul aku terlebih dahulu." Ucap Zira teriak sambil berdiri di depan Kevin.

" Berani kamu membela dia?" Ucap Ziko teriak lagi.

" Ya, memangnya kenapa kalo aku membela dia?" Ucap Zira teriak.

" Jadi kamu mengurus surat ceria karena kamu ingin bersama dengannya." Ucap Ziko teriak lagi.

Zira menggelengkan kepalanya.

" Bukannya kamu yang meminta kita bercerai karena kamu tidak mempunyai perasaan kepada ku, dan bukannya kamu yang mengatakan kalo aku mandul. Jadi untuk apa kamu mengurusi kehidupan ku lagi." Ucap Zira teriak sambil mendorong tubuh suaminya dengan kedua tangannya.

Ziko terdiam, memang dia yang mengatakan pertama tentang perceraian, dan dia juga yang mengatakan kalo Zira mandul. Tapi dia tetap tidak terima kalo Zira dengan orang lain.

" Baiklah, ternyata tidak salah kalo aku mengatakan kata cerai. Dengan cepat kamu langsung mendapatkan pengganti ku."

" Bersenang-senanglah dengan selingkuhan mu." Ucap Ziko tersenyum sinis.

Prak. Zira menampar wajah suaminya dengan keras.

" Jaga omongan mu. Kalo tidak kamu akan menyesal." Ucap Zira menekan intonasinya sambil naik ke dalam mobil.

" Menyesal apa? Menyesal karena telah menikah denganmu." Ucap Ziko mengejek.

Zira kembali lagi keluar dari mobil sambil memegang ponselnya.

" Ucapkan sekali lagi kalau kamu tidak menyukaiku dan ucapkan sekali lagi kalau aku mandul, dan ucapkan kalau kamu menyesal telah menikah dengan ku." Ucap Zira cepat.

" Baiklah aku akan mengulanginya biar kamu puas." Ucap Ziko sambil tersenyum sinis.

Ziko mengulangi kata-katanya seperti menyesal telah menikah dengan Zira, menyebutkan Zira mandul dan menyebutkan kalo dia tidak punya perasaan sama sekali dengan Zira. Dia menyebutkan dengan lantang. Zira menekan tombol berhenti pada layar ponselnya. Zira merekam semua ucapan suaminya.

" Ini sebagai bukti agar proses perceraian kita cepat selesai." Ucap Zira cepat sambil menunjukkan ponselnya.

" Oh satu lagi. Aku ingin memberitahukan sesuatu yang sangat penting untukmu." Ucap Zira sinis.

" Apa?" Ziko penasaran.

" Apakah aku akan menggunakan nama Zevisa Zanira Raharsya atau Zokoh Raharsya." Ucap Zira tersenyum sinis sambil naik ke dalam mobil.

Ziko terdiam, dia mengingat nama itu. Nama itu adalah nama yang akan di sematkan untuk anaknya jika lahir. Mobil sudah melaju kencang meninggalkan Ziko yang masih terbengong-bengong sendiri.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."