Chapter 241 episode 240 (S2)

Pagi hari sang Surya sudah menunjukkan kemilau indahnya dengan warna merah dan oranye keemesan. Semua penduduk bumi melakukan aktivitasnya. Ada yang melakukan di luar rumah dan di dalam rumah. Seperti pasangan suami istri itu. Mereka melakukan aktivitas paginya. Seperti morning kiss dan ucapan romantis menyambut sang pagi juga terlontar dari mulut Ziko.

" Jangan takut menyambut sang mentari, karena kau terbangun pagi ini untuk suatu tujuan yaitu bersamaku." Ucap Ziko memberikan kalimat romantis untuk istri tercinta.

Zira selalu bahagia ketika mendengarkan kalimat romantis dari sang suami. Tiada yang indah selain belaian lembut dan kata-kata romantis itu.

Zira tengah bersiap diri di ruang ganti pakaian. Ziko menghubungi Pak Budi melalui sambungan telepon yang ada di kamarnya.

" Selamat pagi." Ucap Pak Budi menyapa.

" Pagi Pak, saya minta di buatkan sarapan mie instan." Ucap Ziko.

" Baik tuan muda."

" Tunggu tambahkan rumput di dalam mie itu." Ujar Ziko lagi.

Pak Budi merasa heran dengan permintaan majikannya. Menurutnya ada yang salah dengan permintaan terakhir. Tapi dia tidak berani mempertanyakan hal itu. Dia hanya berpikir kalau permintaan orang ngidam memang di luar nalar akal sehat.

" Kamu sudah siap?" Ucap Ziko melihat istrinya sudah berdandan rapi.

Zira menganggukkan kepalanya sambil menggandeng tangan suaminya. Mereka menuruni tangga dengan tetap bergandengan tangan.

Di ruang makan hanya ada Zelin. Zelin sudah menunggu mereka sedari tadi.

" Akhirnya sang pengaten nongol juga." Gerutu Zelin.

" Mana mama dan Papa?" Ucap Ziko sambil melihat sekelilingnya.

" Mama dan papa lagi berolah raga di taman." Ujar Zelin.

Di atas meja makan sudah terhidang makanan tradisional. Semua seperti permintaan Istrinya. Semenjak Zira hamil, dia lebih suka dengan makanan tradisional. Menurutnya lebih sesuai dengan seleranya. Jadi Pak Budi dan pelayan lainnya selalu menyiapkan semua hidangan tradisional itu dengan berbagai menu.

Zira mengambilkan nasi untuk suaminya. Dan menuangkan beberapa lauk pauk di atasnya sambil meletakkan di depan Ziko.

" Sayang aku tidak makan ini. Kamu saja yang makan." Ucap Ziko sambil menggeser makanan itu ke depan istrinya.

" Kalau kamu tidak sarapan, nanti kamu lemas loh. Apa kamu mau aku buatkan sesuatu?" Ucap Zira menawarkan.

" Pak Budi sedang mempersiapkannya di dapur. Kamu makan saja tidak usah menunggu aku." Ucap Ziko lagi.

Zira dan Zelin menikmati sarapannya tanpa saling berbicara, hanya terdengar suara sendok dan garpu yang sedang beradu di atas piring masing-masing. Sambil menunggu makanan, Ziko menyempatkan diri untuk membuka ponselnya. Melihat daftar chat yang lumayan panjang. Membaca dan membalas satu persatu itu merupakan hal yang membosankan. Tapi tetap di lakukannya untuk menghilangkan rasa bosannya di meja makan.

Di dapur.

Pak Budi memerintahkan pelayan untuk menyiapkan sarapan sesuai permintaan majikannya. Pelayan menyerahkan mangkuk yang berisi mie instan ke depan Pak Budi.

Pak Budi mengecek isi mangkuk itu dan memerintahkan pelayan untuk menggantinya.

" Apa yang salah Pak?" Ucap sang Koki.

" Tidak ada yang salah, tapi tuan muda ingin ada tambahan rumput di dalam mie instan ini." Ucap Pak Budi sambil menunjuk isi mangkuk tersebut.

" Rumput?" Koki itu menggaruk kepalanya.

Selama dia bekerja di mansion itu, tidak pernah sama sekali terbersit majikannya minta sesuatu yang aneh-aneh. Tapi sekarang di luar akal sehatnya, sang majikan minta di masakan rumput. Dan rumput selama dia belajar sekolah masak memasak sampai sekarang tidak pernah di olah menjadi makanan lezat apapun. Tapi pagi ini dia baru tau ternyata rumput bisa di makan, dan itu juga dari sang majikan.

Pak Budi memerintahkan pelayan untuk mencari rumput yang segar. Pelayan yang di perintahkan tidak bertanya sedikitpun. Dia berlari ke taman belakang sambil mencari rumput segar. Di taman belakang ada Nyonya Amel dan Tuan besar. Mereka berdua sedang berolahraga sambil memperhatikan pelayan sedang mencari sesuatu di atas rumput.

Tuan besar melambaikan tangannya ke arah pelayan. Dengan segera si pelayan langsung berlari ke arah majikannya.

" Kamu cari apa?" Ucap tuan besar dengan suara yang sedikit ngos-ngosan. Karena baru selesai lari keliling taman.

" Pak Budi minta di carikan rumput segar." Ucap pelayan itu sopan.

Tuan besar tidak menanyakan apapun lagi. Dia memerintahkan pelayan itu untuk melanjutkan pekerjaannya.

Setelah mendapatkan rumput segar. Si pelayan kembali ke dapur dengan membawa si rumput hijau, menyerahkannya ke Pak Budi.

" Masak ini dengan mie instan itu?" Ucap Pak Budi memerintahkan Koki.

" Apa Bapak yakin?" Ucap Koki ragu.

" Sudah lakukan saja, aku juga enggak terlalu yakin rumput di campur mie instan. Tapi ini permintaan tuan muda. Mungkin tuan muda lagi ngidam atau nona Zira yang ngidam mau makan rumput." Ucap Pak Budi menjelaskan.

Pelayan yang ada di dapur mendengar percakapan itu. Mereka ingin tertawa tapi di tahan, karena sorotan tajam mata Pak Budi sudah memberi tanda kalau mereka semua tidak di perkenankan membuka mulut sama sekali.

Setelah rumput di masak dengan mie instan. Koki menyerahkan mangkuk tersebut kepada Pak Budi. Dengan hati-hati di bawa ke ruang makan.

Di dalam ruang makan, Zira dan Zelin sudah selesai menghabiskan sarapannya. Kedatangan Pak Budi dengan membawa nampan yang diatasnya ada mangkuk membuat Ziko meletakkan ponselnya. Dia mengakhiri semua kegiatan yang berhubungan dengan ponsel tersebut.

Mangkuk di letakkan di depan Ziko. Ziko memperhatikan isi mangkuk tersebut, ada uap panas yang keluar dari dalam makanan itu.

" Wah ada yang ngidam nih?" Ledek Zelin.

" Sstt diam." Ucap Ziko sambil mengaduk mie instan itu.

Zira memperhatikan dari samping tanpa melihat isinya. Sekilas dari samping tidak ada yang salah dengan makanan tersebut.

" Apa kamu mau?" Ucap Ziko menawari istrinya.

" Enggak, aku udah kenyang makanlah." Ucap Zira sambil memperhatikan suaminya.

Ziko menyendokkan isi mangkuk tersebut dengan sendok garpu. Ketika Ziko ingin menyuapkan sendok itu ke dalam mulutnya. Zira melihat ada yang aneh di atas garpu tersebut.

" Tunggu." Ucap Zira menahan suaminya.

Ziko meletakkan garpu itu kembali dan menggeser mangkuk itu ke depan istrinya. Dia hanya berpikir kalau istrinya juga pengen makanan itu. Mangkuk itu di aduk Zira, dia melihat sayuran berwarna hijau yang aneh. Zira tidak bisa menebak sayuran apa itu.

" Pak ini sayuran apa?" Ucap Zira kepada Pak Budi.

Kebetulan Pak Budi ada di dalam ruang makan.

" Rumput nona." Ucap Pak Budi cepat.

" Apa! Rumput?" Teriak Zira.

Begitupun dengan Zelin. Dia juga ikut kaget mendengar rumput bisa di masak.

" Itu permintaan tuan muda." Ucap Pak Budi menjelaskan.

" Buahahhaha."

Kedua wanita yang berada di meja makan itu tertawa terbahak bahak mendengar ucapan Pak Budi sambil melirik ke arah Ziko.

" Kak Ziko moooow." Tawa Zelin.

" Apaan sih kalian?" Ucap Ziko bingung.

Pak Budi juga bingung. Mereka berdua belum mengerti dengan arti tertawa dua wanita itu.

" Sayang rumput tidak bisa di makan. Yang makan hanya sapi atau kambing. Apa kamu mau jadi sapi?" Ucap Zira sambil tertawa.

" Apa! Bukannya kamu yang bilang tadi malam, pada saat masak mie instan." Ucap Ziko sewot.

" Buahahhaha." Zira kembali tertawa terbahak-bahak. Dua wanita itu masih belum bisa mengontrol tawanya.

Ziko menatap tajam wajah istrinya. Zira langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Ia harus bisa mengontrol tawanya, karena tatapan suaminya sudah cukup menakutkan.

" Maaf sayang, yang tadi malam aku masak itu sayur sawi bukan rumput." Ucap Zira merapatkan kedua tangannya.

" Apa! Jadi kamu mengerjai aku?" Teriak Ziko.

Zira menganggukkan kepalanya pelan sambil dengan gelak tawanya. Pak Budi ikut tertawa mendengar penjelasan Zira. Semua orang yang ada di ruang makan ikut tertawa lucu. Hanya Ziko yang manyun, dan pergi meninggalkan meja makan.

Zira mengikuti langkah suaminya. Dia tau suaminya ngambek karena telah di permainkan.

Ziko pergi berjalan ke ruang keluarga di ikuti Zira dari belakang.

" Sayang maafkan aku? Tidak seharusnya aku mempermainkanmu. Aku berpikir kamu mengerti tentang sayur mayur. Ternyata apa yang aku ucapkan langsung kamu praktekan." Rayu Zira sambil memeluk tubuh suaminya.

" Ya sudah cepat siap-siap, kita harus berangkat." Ucap Ziko pelan sambil mengecup bibir Istrinya.

" Terimakasih sayang karena telah memaafkan sifat jahilku." Ucap Zira sambil berlalu meninggalkan suaminya.

Zira pergi ke kamar mengambil tas dan beberapa keperluan lainnya untuk di bawa ke butik. Suaminya sedang menunggunya di ruang keluarga.

Ziko memang marah karena telah di kerjain istrinya. Tapi dia sadar semua karena ketidakpahaman dirinya tentang dunia dapur. Jadi egois jika dia langsung marah kepada Zira. Karena semua hanya gurauan belaka dari istrinya, tapi langsung di ambil serius olehnya.

Menurutnya belajar bukan hanya di dunia pendidikan saja. Banyak pelajaran yang harus di ketahui, salah satunya jangan cepat langsung percaya dengan ucapan seseorang tanpa menelaahnya terlebih dahulu.

" Like, komen dan Vote yang banyak ya. Biar semangat updatenya."