Chapter 273 episode 272 (S2)

Didalam kamar tamu.

Menik mencoba menenangkan dirinya dengan merenung. Semua kejadian yang di alaminya bersama Rudi, adalah atas kehendak yang kuasa. Dan pertemuan ini juga atas rencana sang Pencipta.

Menik tidak mau terpuruk dalam kesedihan, dia menyemangati dirinya untuk bangkit dan menjadi wanita yang lebih tegar.

Pintu kamar di ketuk.

Tok tok tok.

Menik berjalan memegang handle pintu dan membuka pintu secara perlahan.

" Halo Menik." Ucap Zira ramah.

" Halo nona." Ucap Menik sambil tersenyum manis.

" Apa kamu sudah membaik." Ucap Zira cepat.

" Sudah nona, saya sudah merasa lebih baik." Ucap Menik semangat.

Zira masuk kedalam kamar tamu itu, dan duduk di pinggir tempat tidur.

" Suara kamu tadi pada saat mengaji sangat bagus." Ucap Zira memuji.

Tidak berapa lama Kevin datang bersama dengan Ziko.

" Ternyata kamu di sini. Hampir saja aku mau mengirim personil untuk mencarimu." Ucap Ziko lebay sambil berjalan dan mengecup dahi istrinya.

Menik tersipu malu melihat kemesraan sepasang suami istri itu.

" Bagaimana keadaan kamu." Ucap Kevin cepat.

" Saya sudah membaik Pak." Ucap Menik semangat.

" Syukurlah, aku sampai khawatir kalau kamu akan seperti ini terus." Ucap Kevin pelan sambil menatap lembut wajah Menik.

Uhuk-uhuk. Pasangan suami istri itu batuk bersamaan.

Ziko dan Zira merasa batuk musiman Kevin sudah pindah ke mereka.

Kevin dan Menik melihat sepasang suami istri itu secara bersamaan.

Batuk musiman yang di buat Ziko terdengar cukup berat.

" Sepertinya tuan muda batuknya parah." Ucap Menik pelan.

" Tuan anda batuk atau kesurupan?" Ucap Kevin asal. Karena menurutnya batuk bosnya dibuat-buat.

Zira memukul lengan suaminya, yang memberi tanda kalau alarm batuknya sudah waktunya berhenti. Ziko langsung berhenti dengan cepat.

" Nik duduk di sini." Ucap Zira sambil menepuk pinggir kasur sebelahnya.

Ziko mundur teratur dan memilih duduk di sofa bersamaan dengan Kevin.

" Ceritakan sama kami, dari mana kamu belajar ngaji, karena mengaji seperti itu bukan hal yang gampang." Ucap Zira penasaran.

" Apa kamu anak pondokan?" Ucap Zira cepat.

Menik menggelengkan kepalanya.

" Pondok makan maksud nona?" Ucap Kevin bingung.

" Aih kamu itu, pondok aja enggak tau. Pesantren maksud aku itu." Ucap Zira cepat.

" Tuh Vin, keliatan banget kamu tidak pintar mengaji." Ucap Ziko sambil menyenggol pelan kaki asistennya.

Ziko melihat kearah kedua wanita yang duduk di atas pinggir tempat tidur.

" Sayang aku juga sering ikut pesantren. Biasanya aku ikut pada saat bulan puasa. Dan di adakan di sekolah." Ucap Ziko bangga.

" Buahahaha. Bukan pesantren itu. Itu namanya pesantren kilat." Ucap Zira sambil tertawa.

Kevin ikut tertawa terbahak-bahak. Karena bosnya salah perkiraan.

" Owh beda ya, jadi maksud kamu pesantren yang anaknya mondok di sana gitu. Bukan yang kilat?" Ucap Ziko bingung.

Zira menganggukkan kepalanya. Menurutnya suaminya kebanyakan makan kertas jadi hal-hal seperti itu kurang paham.

" Kelihatan banget kamu sama Kevin ngajinya enggak pernah tamat." Ucap Zira sambil tersenyum lucu.

Zira menatap Menik kembali. Dengan arti dia ingin wanita itu menjelaskan latar belakangnya. Secara dia akan menjadi seorang Ibu, jadi dia harus menerapkan ajaran agama dari kecil untuk anaknya kelak.

" Saya belajar mengaji dari almarhum Bapak saya. Beliau dulu semasa hidupnya suka mengajarkan anak-anak tetangga mengaji. Dan saya sudah bisa mengaji dari umur 3 tahun." Ucap Menik pelan.

Prok prok prok. Kevin bertepuk tangan mendengarkan cerita Menik. Semua yang tadinya serius memalingkan wajahnya melihat arah suara itu.

" Ngapain lagi pakai acara tepuk tangan." Ucap Ziko komplain.

" Saya hanya tersungging mendengar ceritanya." Ucap Kevin pelan.

" Tersungging tersanjung yang benar." Ziko membenarkan kosa kata asisten yang salah."

" Vin, Vin, sudah tidak pandai mengaji tidak pintar juga pelajaran bahasa." Ucap Zira menggoda Kevin.

Mereka mendengarkan asal usul Menik, dan tidak lupa dia menceritakan tentang saudaranya. Tapi Menik tidak menyebutkan nama adiknya di situ.

" Dimana sekarang adik kamu?" Ucap Zira pelan.

" Ada, dia tinggal sama saya." Jawab Menik lagi.

Kevin yang mendengar tambah yakin kalau informasi yang di dapat dari orang suruhannya adalah benar. Dia tinggal menunggu waktu yang tepat untuk merasakan perasaannya.

Kevin yakin ketika mereka saling dekat. Lama-lama rasa itu akan muncul. Walaupun dia bisa menebak ada sesuatu diantara Menik dan Rudi. Tapi dia malah tambah semangat untuk mengejar cinta Menik. Karena sesuatu yang sulit di dapat akan sulit juga untuk di lepaskan.

Menurutnya Menik bukan wanita yang gampang di tebak. Dia bisa dengan cepat merubah moodnya dengan baik.

Waktu sudah semakin petang. Kevin beranjak dari sofa.

" Tuan sepertinya sudah petang. Kami balik dulu." Ucap Kevin cepat sambil melihat Menik.

" Saya balik dulu nona." Ucap Menik sopan sambil menyalami Zira.

" Baiklah hati-hati." Ucap Zira sambil memeluk Menik.

Sepasang suami istri itu mengantarkan Kevin dan Menik kedepan. Setelah mobil melaju mereka masuk kedalam saling bergandengan tangan.

" Sayang, bagaimana kalau kita buat adik untuk anak kita." Ucap Ziko genit sambil berbisik dan menarik tangan istrinya kekamar.

Ziko pintar dalam membuat alasan untuk bercumbu dengan istrinya. Walaupun ucapannya tidak masuk akal tapi tetap saja dia suka membuat kata-kata nyeleneh untuk hal itu.

Bintang-bintang bertaburan di langit. Menemani perjalanan mereka. Jalanan cukup ramai karena malam itu adalah malam Minggu. Banyak muda mudi yang duduk nongkrong dengan kekasihnya.

Ini adalah pertama kalinya Kevin malam Minggu berdua dengan seorang wanita.

" Nik, kamu mau langsung pulang atau mau jalan dulu." Ucap Kevin pelan sambil melirik ke arah Menik.

Menik memang tidak punya kekasih. Dan dia juga malas di rumah.

" Saya ikut saja, asalkan Bapak tidak membawa saya ke jurang." Ucap Menik pelan.

" Kalau kejurang pernikahan mau tidak?" Ucap Kevin pelan sambil menatap sekilas ke arah Menik.

" Ih Bapak ini sudah saya bilang kalau saya mau menikah dengan tunangan saya." Ucap Menik pelan.

Menik merasa ucapan Kevin hanya candaan belaka dia tidak mau terbawa suasana itu. Karena masa lalunya yang menyebabkan dia lebih berhati-hati dalam memilih pasangan hidup.

Mobil sampai di sebuah taman. Kevin memarkirkan mobilnya di dekat taman.

" Ayo turun." Ucap Kevin sambil mencabut kunci mobil dari tempatnya.

Kevin turun dari mobil dan jalan berputar sambil membukakan pintu mobil untuk Menik.

" Saya bisa jalan sendiri." Ucap Menik cepat.

" Ye siapa lagi yang mau menggendong kamu." Ucap Kevin cepat.

Menik turun dari mobil sambil menenteng tas jinjing pemberian Kevin. Mereka jalan beriringan.

" Maaf tangan saya lagi nganggur." Ucap Kevin langsung memegang tangan Menik.

" Bapak mau ngapain sih?" Ucap Menik pelan.

" Sudahlah apapun masalahmu jangan di bawa berlarut-larut. Anggap saja kamu lagi memegang tangan boneka." Ucap Kevin asal.

" Ya boneka chucky." Ucap Menik cepat sambil tetap berjalan.

" Aih jelek banget, apa kamu tidak lihat penampilan saya sudah ganteng seperti ini. Kamu bilang boneka chucky. Saya itu boneka Barbie." Ucap Kevin asal.

Menik tertawa sambil mencubit lengan Kevin. Dia tau walaupun bisa melepaskan tangannya dari genggaman Kevin, pasti bosnya akan melakukan hal-hal yang aneh lagi seperti di mall yang mana dia di gendong layaknya sekarung beras.

Dia membiarkan tangannya di genggaman Kevin. Menurutnya ada rasa nyaman ketika berdampingan dengan pria itu. Beda halnya ketika tangannya di pegang dengan Rudi, rasa itu hanya rasa senang tidak ada yang lain.

Dari jauh ada sosok yang memperhatikan mereka berdua yaitu Rudi. Dia memata-matai Menik. Ingin membuktikan kalau ucapan adik sepupunya adalah benar.

Dan seperti yang di lihatnya. Menik bergandengan tangan dengan Kevin. Hatinya hancur, wanita yang di cintainya sudah mempunyai kekasih lain.

Dia pergi meninggalkan taman dengan hati yang hancur, membiarkan dua insan itu mengadu kasih di taman itu.

" Like, komen dan vote yang banyak ya. Biar semangat updatenya."