Chapter 279 episode 278 (S2)

Pintu sudah di tutup tapi mereka masih diam membisu. Beberapa menit hening, Kevin langsung memecahkan keheningan itu.

" Mari saya antar kamu ke dapur." Ucap Kevin pelan.

Kevin melangkahkan kakinya ke dapur di ikuti oleh Menik. Menik memperhatikan setiap sudut rumah Kevin.

Mereka berdua telah sampai di dapur.

" Apa yang harus saya lakukan terlebih dahulu." Ucap Menik bingung.

" Hemmmmm, saya belum makan, maukah kamu membuatkan makanan?" Ucap Kevin cepat.

Menik langsung menganggukkan kepalanya. Kemudian Kevin pergi meninggalkan Menik sendirian.

Di dapur Menik mencari sesuatu yang bisa di masaknya. Sambil terus memikirkan kejadian tadi.

" Kenapa dengan diriku. Bisa-bisanya aku menerima ciuman itu. Dasar bibir." Ucap Menik menepuk bibirnya dengan tangannya.

Di lain tempat.

Kevin membersihkan dirinya di kamar mandi. Di sana dia juga memikirkan kejadian tadi.

" Kenapa aku tidak bisa mengontrol diri." Gumam Kevin.

Di dapur hanya ada beras dan telur. Dengan kata lain dia hanya bisa memasak nasi putih dan telur.

" Di suruh masak, tapi hanya ada ini." Gerutu Menik.

Menik memandang setiap rumah itu. Dan Melihat pigura di dinding rumah Kevin.

" Sepertinya ini keluarganya. Dan pasti ini orang tuanya." Gumam Menik pelan.

Dari lantai atas ada seseorang yang menuruni anak tangga. Menik melihat sosok tersebut. Dia adalah Kevin, Kevin mengenakan kaos yang tidak terlalu longgar dan tidak terlalu sempit. Sehingga bentuk tubuhnya masih terlihat jelas. Seperti dadanya masih terlihat menyembul layaknya seorang atletis.

" Waduh ganteng banget sih." Gumam Menik lagi pelan.

Kevin berjalan ke dapur di ikut oleh Menik.

Dia langsung menghidangkan makanan untuk Kevin.

Di meja makan Kevin melongo karena hanya nasi putih dan telur mata sapi yang di hidangkan Menik.

" Nik apa kamu tidak bisa memasak?" Ucap Kevin cepat.

Posisi Menik membelakangi Kevin. Dia tidak ingin menatap wajah pria itu.

Menik mencari kesibukan dengan mencuci piring.

" Bisa." Ucap Menik masih terus membelakangi Kevin.

" Kenapa hanya ini yang kamu masak." Ucap Kevin lagi.

" Karena hanya itu yang ada di rumah ini." Ucap Menik lagi.

Kevin baru ingat, selama ini dia tidak pernah mengisi kulkasnya. Hanya ada telur di kulkas dan itu juga di masakan oleh pembantunya yang terdahulu.

" Bagaimana saya mau masak kalau bawang dan cabe saja tidak ada." Ucap Menik cepat masih tetap berlama-lama membelakangi Kevin.

Kevin bukan orang pemilih soal makanan. Dia tetap makan masakan itu.

" Apa kamu sudah makan?" Ucap Kevin sambil menyuapkan sendok ke mulutnya.

" Sudah."

Tangan kanan Kevin memegang sendok dan tangan kirinya merekam Menik dari belakang.

" Naik apa tadi kamu kesini?" Ucap Kevin lagi.

" Kuda." Ucap Menik cepat.

Kevin mengernyitkan dahinya, dia tau kalau wanita itu sedang bercanda. Menik menjawab dengan acuh tak acuh.

Kevin berencana membuat pertanyaan jebakan.

" Apakah ciuman itu enak." Ucap Kevin pelan.

Karena suara keran air mengalir deras jadi pertanyaan itu terdengar kurang jelas. Menik hanya mendengar kata enak saja.

" Enak." Ucap Menik cepat.

Kevin senyum-senyum sendiri.

" Apa kamu mencintai saya." Ucap Kevin cepat.

" Ya." Menik baru sadar ada kata yang lain dari pertanyaan Kevin.

" Eh tidak bukan." Ucap Menik gugup sambil membalikkan badannya.

Kevin tersenyum dan memutar Video rekaman itu. Mendengar dirinya sedang di rekam, Menik langsung panik.

" Hapus enggak itu." Ucap Menik cepat.

" Enggak." Ucap Kevin cepat sambil beranjak dari kursinya.

" Hapus." Ucap Menik ingin menggapai ponsel itu.

Kevin meletakkan ponselnya lebih tinggi agar tidak di gapai oleh Menik. Dia terus mengikuti kemana langkah Kevin.

Mereka berputar-putar di dekat meja. Menik tidak putus asa. Pada saat didekat sofa dia mendorong tubuh Kevin ke sofa panjang, dan Kevin refleks menarik baju Menik.

Dengan seperti itu posisi tubuh Menik ada di atas badan Kevin.

" Nik, apa kamu mau di cium lagi." Ucap Kevin cepat.

Menik kaget dan langsung menutup mulutnya dan berusaha untuk bangun. Tapi badannya di peluk oleh Kevin.

" Serahkan tidak ponsel itu." Ucap Menik masih tetap berusaha bangun dari posisinya.

" Nik jangan banyak bergerak, apa kamu tidak takut tongkat saktiku berdiri." Goda Kevin.

" Aaaaaa." Menik teriak sambil menjambak rambut Kevin dengan kedua tangannya.

" Aw kamu, sakit tau." Ucap Kevin sambil melepaskan tangannya dari badan Menik.

Posisi Menik sudah tidak telungkup di badan Kevin. Tapi dia sengaja duduk di atas dada pria itu.

" Cepat bagi ponsel itu." Ucap Menik sambil menggerakkan tangannya.

" Kamu berat juga." Ucap Kevin dengan suara berat.

Kevin memberikan ponselnya kepada Menik. Dengan girang dia pergi ke dapur mengotak ngatik benda tipis itu.

Dia bisa membuka ponsel itu, tapi dia tidak bisa mencari di mana video itu di simpan. Kevin datang ke dapur sambil tersenyum tipis.

" Bisa tidak?" Ucap Kevin cepat.

" Enggak." Ucap Menik polos.

Setiap yang ada di layar ponsel itu di bukanya. Tapi dia tetap tidak bisa menemukan apapun di sana.

" Cepat hapus." Ucap Menik cepat.

" Iya saya hapus." Ucap Kevin cepat sambil mengambil ponselnya dari tangan Menik.

Kevin terlihat serius dengan benda tipis itu. Dia mengirimkan video itu ke emailnya. Setelah itu dia menghapus video itu di depan Menik.

Menik merasa lega karena video rekaman dirinya sudah di hapus.

" Kenapa sih harus di hapus. Kamu tau nanti kalau kita menikah pasti akan banyak rekaman kita berdua." Goda Kevin.

Menik menginjak kaki Kevin.

" Aw sakit." Ucap Kevin pura-pura.

" Bapak genit banget sih." Gerutu Menik.

" Memangnya kenapa? Kan wajar kalau saya genit dengan calon istri." Goda Kevin lagi.

Menik pergi meninggalkan Kevin. Kemudian balik lagi. Karena dia tidak tau harus mengerjakan apa lagi.

" Setelah ini saya mengerjakan apa?" Ucap Menik cepat.

Menik ingin menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Agar tidak terjadi hal-hal aneh lagi di rumah itu.

" Hemmmmm, cucikan pakaian saya." Ucap Kevin sambil berlalu meninggalkan Menik.

Menik mengikuti Kevin. Mereka sampai di bagian belakang. Ada sebuah mesin cuci berwarna putih di sana.

" Pakaiannya mana?" Ucap Menik melihat di dekat situ tidak ada keranjang yang berisi pakaian kotor.

" Pakaian kotornya ada di lantai atas." Ucap Kevin cepat.

" Tepatnya di dalam kamar." Ucap Kevin lagi.

Kevin pergi meninggalkan Menik yang masih terpaku di depan mesin cuci.

Setelah tidak ada Kevin, dia pergi manaiki anak tangga menuju kamar yang di maksud. Di lantai bawah tidak ada Kevin, jadi menurutnya Kevin ada di lantai atas.

Ada tiga pintu di lantai atas. Pintu pertama yang di dekat tangga di ketuknya. Karena tidak ada jawaban, dia memberanikan diri untuk membuka pintu itu. Dia memasukkan sebagiam kepalanya untuk melihat isi ruangan itu.

Kamar itu cukup besar, dan di cat berwarna biru laut.

" Sepertinya ini kamar Pak bos." Gumam Menik sambil masuk perlahan ke dalam ruangan itu.

Dugaan Menik benar. Kamar itu adalah kamar utama. Tapi tidak ada Kevin di sana. Menik membawa sekeranjang pakaian kotor ke lantai bawah.

" Dimana si bos." Gumam Menik lagi sambil celingak-celinguk.

Tanpa pikir panjang dia langsung menuju bagian belakang tempat mesin cuci itu berada.

Di pandanginya mesin cuci itu. Banyak tombol di dekat pintu mesin cuci.

" Bagaimana cara menggunakannya, sih bos mana lagi." Gerutu Menik.

Karena tidak bisa menggunakan mesin cuci, dia mencuci pakaian bosnya dengan tangan.

Kevin tidak mengetahui hal itu, dia sibuk di ruang kerjanya. Sibuk melihat video yang di rekamnya

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."