Chapter 365 episode 364 (S2)

Pagi hari udara terasa sejuk, angin bertiup kesana kemari. Hujan turun dengan derasnya, membuat udara semakin sejuk. Terpaan angin membuat pohon-pohon bergerak kesana kemari.

Untuk pasangan suami istri Ziko dan Zira, mereka memilih untuk menarik selimutnya lagi. Tapi untuk para pencari nafkah, hujan tidak menjadi penghalang untuk mereka mengais rezeki.

Turunnya hujan yang deras membangunkan Kevin. Dia terbangun dengan kepala sedikit pusing. Dia melihat sekeliling ruangan, mencoba mengingat-ngingat kejadian tadi malam.

Kevin hanya mengingat tentang sebuah pub, dia menghabiskan waktunya disana. Menurutnya dengan menikmati seteguk alkohol masalahnya akan selesai. Tapi dia kebablasan sampai dia menghabiskan beberapa botol.

Kevin duduk di atas kasurnya sambil memijat dahinya yang pusing. Dia mencoba beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Dari pantulan cermin terlihat ada lebam di dekat bibir dan wajahnya yang warnanya sudah kebiruan.

Dia mencoba mengingat semuanya, kapan dia mendapatkan pukulan itu. Seingatnya dia tidak mendapatkan pukulan ketika di pub. Dia mencoba mengingat semua kejadian ketika pulang dari pub dan setibanya di rumah. Ingatnya mulai kembali, dia mendapatkan pukulan dari papanya Jasmin.

Kevin keluar dari kamar mandi. Dia enggan untuk pergi ke kantor dengan wajah seperti itu. Dia tidak mau menjadi pusat perhatian di kantor dengan wajah membiru seperti itu. Menurutnya lebih baik dia beristirahat di rumah sampai wajahnya kembali normal.

Tok tok tok.

" Masuk." Ucap Kevin singkat.

Pintu di buka, mamanya datang dengan membawakan secangkir teh hangat untuk anaknya. Dan meletakkan di atas nakas.

" Minumlah nak." Ucap mamanya.

Kevin memalingkan wajahnya dari mamanya. Nyonya Paula duduk di pinggir kasur di sebelah Kevin.

" Maafkan mama." Kevin yang tadinya memalingkan wajahnya melihat kearah lain spontan langsung melihat kearah mamanya. Wanita paruh baya itu mengucapkan kata maaf.

" Mama telah mengorbankan perasaanmu, mama bukan ibu yang baik. Tidak mau mendengarkan pendapatmu." Ucap mamanya dengan isak air mata.

Kevin mendekati mamanya dan duduk dibawah di dekat kaki wanita paruh baya itu.

" Mama tau karena keegoisan mama membuat kamu jadi seperti ini. Kamu anak yang baik tapi mama telah membuat kamu menjadi anak yang tidak penurut dan semua itu karena kesalahan mama. Seandainya mama tidak memikirkan diri sendiri pasti hal ini tidak akan terjadi."

Kevin menggenggam tangan mamanya.

" Bawa calon menantu mama ke sini. Dan sematkan cincin ini di jari manisnya." Ucap nyonya Paula sambil membuka kotak kecil yang di dalamnya ada cincin berlian.

" Tapi ma." Ucap Kevin bingung.

" Restu mama untukmu dan wanita itu." Ucap nyonya Paula mengelus rambut anaknya.

Kevin memeluk tubuh mamanya. Dia sudah durhaka kepada orang yang melahirkannya, tapi berapapun buruknya tingkah anak kepada orang tuanya, selalu ada pintu maaf dari mereka.

" Maafkan aku, karena sikapku telah membuat persahabatan keluarga kita dan Jasmin rusak.

" Sudahlah nak, semua sudah terjadi. Semua kesalahan ada pada mama. Mama lebih tidak tega melihat kamu seperti ini." Ucap mamanya menyesal.

" Jasmin wanita yang baik semoga dia menemukan cinta sejatinya." Ucap Kevin.

Nyonya Paula menganggukkan kepalanya.

" Jasmin ayo kita kembali ke tanah air." Ucap mamanya dari balik pintu.

Jasmin yang sedang di kamarnya langsung membuka pintu.

" Ma, aku akan meneruskan karirku di sini. Ada Kevin ataupun tidak bersama Kevin, aku akan tetap melanjutkannya di sini." Ucap Jasmin tegas.

" Jasmin kamu bisa melanjutkannya di Inggris. Untuk apa kita di sini. Mereka telah mencoreng wajah kita." Ucap mamanya lagi.

" Cukup ma, pendirianku telah bulat. Aku tetap akan berada di sini." Ucap Jasmin tegas.

Jasmin memeluk tubuh mamanya.

" Aku tau mama khawatir dengan keadaanku, tidak perlu kalian memikirkanku. Aku sudah besar dan bisa menjaga diriku di sini." Ucap Jasmin sambil memeluk erat mamanya.

Papanya Jasmin duduk di sofa ruang tamu. Jasmin menghampiri papanya.

" Papa jangan bersedih, semua sudah takdirku. Tidak perlu di sesali, kejadian ini kita jadikan pembelajaran buat kita." Ucap Jasmin memeluk tubuh papanya dari samping.

Pria paruh baya itu mengecup dahi anak semata wayangnya.

" Kamu anak papa satu-satunya, perasaan papa sakit melihat kamu di perlukan seperti ini. Mereka sungguh keterlaluan." Ucap papanya emosi.

" Jangan jadikan amarah menguasai diri papa, aku tau papa bukan pria yang gampang marah. Dan aku tau ini bentuk rasa kasih sayang kalian sebagai orang tua. Tapi setidaknya pikirkan kedepannya, jika pertunangan ini berlangsung dan berlanjut ke jenjang pernikahan, aku yakin pasti rumah tangga kami tidak akan bisa bertahan lama. Karena tidak ada cinta di dalamnya. Dan papa yang bilang kepadaku untuk selalu sematkan cinta di dalam kehidupan kita." Ucap Jasmin.

Pria paruh baya itu memeluk anaknya. Gadis belianya sudah menjadi lebih dewasa dalam menyikapi masalahnya. Dia juga yang bisa menenangkan kedua orang tuanya.

Jasmin membantu kedua orang tuanya untuk menyusun semua pakaiannya. Siang hari kedua orang tuanya akan kembali ke Inggris.

Jasmin menghubungi dokter Diki.

" Selamat pagi dokter." Ucap Jasmin.

" Pagi dokter Jasmin, ada yang bisa saya bantu." Ucap dokter Diki ramah.

" Dokter bisa shift saya di gantikan ke malam hari. Siang ini saya tidak bisa masuk, saya harus mengantarkan orang tua saya ke bandara." Ucap Jasmin.

" Ok jadwal kamu siang ini akan di gantikan dokter lain." Ucap dokter Diki.

" Ada yang bisa saya bantu lagi." Tanya dokter Diki.

" Tidak ada dok, terimakasih atas bantuannya." Ucap Jasmin kemudian menutup panggilannya.

Kedua orangtuanya mendengarkan percakapan anaknya.

" Siapa nak?"

" Saya baru menghubungi dokter Diki, dia penanggung jawab di rumah sakit tempat aku bekerja." Ucap Jasmin menjelaskan.

Ting tong.

" Biar aku yang buka." Ucap Jasmin berlari ke pintu apartemennya.

Jasmin melihat dari lubang kecil yang ada di atas pintu apartemennya.

" Siapa Jasmin." Tanya mamanya sambil mendekati anaknya.

Mama Jasmin melihat dari lubang kecil yang ada di atas pintunya. Matanya langsung membeliak.

" Untuk apa mereka datang kesini." Gerutu mamanya pelan.

Bel apartemen terus di tekan dari luar.

" Siapa yang memencet bel itu." Ucap papanya Jasmin sambil berjalan mendekati anak dan istrinya.

Pria paruh baya itu melihat dari lubang kecil.

" Mau apa mereka kesini." Gerutu papanya Jasmin sambil membuka pintu apartemen.

" Mau apa kalian kesini." Ucap papanya Jasmin ketus.

Di depan apartemennya sudah ada Kevin dan mamanya.

" Om izinkan saya masuk." Ucap Kevin memelas.

" Untuk apa? Untuk menghina kembali keluarga kami." Ucap mamanya Jasmin ketus.

" Ma biarkan Kevin dan mamanya masuk tidak baik di lihat orang." Ucap Jasmin.

Dengan berat hati kedua orang tuanya Jasmin mengizinkan Kevin dan mamanya masuk.

Kedua orang tuanya Jasmin melihat tamunya dengan tatapan benci.

" Kami kesini mau meminta maaf." Ucap mamanya Kevin.

" Maafkan kesalahan yang telah kami perbuat om dan tante. Kami memang tidak pantas untuk berada di sini. Tapi aku sebagai anak tidak menginginkan masalah ini berlarut-larut. Semua kesalahan ini karena aku. Dan aku ingin hubungan keluarga kita tetap baik seperti dulu."

" Sudahlah Kevin, aku tidak pernah membencimu. Semuanya memang sudah takdirku." Ucap Jasmin pelan.

" Jasmin!" Ucap mamanya sambil merapatkan giginya. Wanita paruh baya itu tidak ingin anaknya berbaik hati kepada keluarga yang telah mempermalukan keluarga mereka.

" Mama papa, kita sudah mengenal keluarga om Hendrik dari lama. Dan persahabatan kalian sudah terjalin ketika masih di sini. Jadi apa salahnya kita saling memaafkan. Lupakan yang telah lalu." Ucap Jasmin.

Kedua orang tuanya saling pandang. Anaknya sangat berjiwa besar.

" Nak, apa kamu tidak membenci mereka." Tanya mamanya Jasmin pelan.

" Tidak ma, aku memang kecewa dengan sikap Kevin. Tapi setelah aku memikirkannya untuk apa membenci Kevin dan keluarganya,

kalau memang Kevin jodohku pasti akan di mudahkan buatku. Tapi sepertinya kami tidak berjodoh karena banyak sekali hambatan dan rintangan." Ucap Jasmin menjelaskan.

Jasmin mendekati kedua orang tuanya dan memegang tangan mama dan papanya. Dia mengulurkan tangan mamanya untuk bersalaman dengan nyonya Paula. Mamanya Jasmin sebenarnya enggan untuk menyalami nyonya Paula, tapi mamanya Kevin langsung memeluk tubuh temannya dengan erat dan mengucapkan kata maaf berkali-kali. Begitupun dengan Kevin, dia langsung menyalami tangan papanya Jasmin. Dan mengucapkan kata maaf kepada pria paruh baya itu.

Akhirnya dua keluarga itu saling bermaaf-maafan dan melupakan masalah yang telah terjadi. Semua berkat Jasmin, dokter muda itu selalu sabar dan berhati mulia. Kevin dan mamanya mengantarkan keluarga Jasmin ke bandara. Setelah kedua orangtuanya masuk ke ruang tunggu. Kevin, nyonya Paula dan Jasmin kembali pulang.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."