Daniah melepaskan tangannya ketika
sudah berada pada jarak aman, baik dari pendengaran saga atau yang paling parah
dari anjing setia yang bisa mendengar apapun sekertaris Han.
“ Jangan panggil saya matahari. Tadikan sudah dengar nama saya Daniah.” Kalimatnya tegas.
“ Aku tetap akan memanggilmu matahari.” Ya Tuhan, dia memang benar-benar memiliki senyum jenaka yang
cenderung membuat orang kesal. Daniah sudah mengepalkan tangan karena geram.
“ Kenapa?” Daniah bertanya.
“ Karena itu bisa membuat Saga
gusar, senang rasanya bisa membuatnya marah.” Alasan yang paling masuk akal
bisa dipikirkan Noah. Dia melihat tadi, saat Saga mencengkram lengan gadis di
depannya. Dia yang sedang menunjukan kemarahan secara terbuka, menghibur Noah .
“ Tuan, jangan membuat saya susah.”
Eh, ini bukannya lukisan matahari terbit di danau hijau.
Daniah dan Noah menghentikan
langkah mereka di depan sebuah lukisan indah matahari terbit. Sebuah lukisan
sempurna yang menampilkan keindahan matahari terbit. Walaupun tidak tahu
tentang lukisan, tapi menurutnya gambar di depannya sangat indah. Danau hijau
memang sangat indah gumamnya.
“ Bukannya ini danau Hijau?” Daniah menoleh pada Noah.
“ Benar, ini matahari terbit Danau hijau.”
Tiba-tiba Daniah menepuk bahu lelaki di sampingnya. Beberapa kali, seperti memberi semangat.
“ Tuan ternyata hubungan percintaan anda rumit sekali ya.”
Daniah teringat percakapannya
dengan laki-laki sok akrah yang ia temui di danau hijau saat dia mampir untuk
memaki-maki Saga.
Pagi itu setelah dia tercegat dan
tidak bisa kabur, dari laki-laki yang terganggu tidur karena teriakan
makiannya.
“ Namaku Noah, siapa namamu?”
“ Maaf saya tidak mau memperkenalkan diri.” Daniah berusaha mencari celah agar dia bisa kabur dari
tempat duduknya, tapi dia terkunci oleh laki-laki di depannya. Kaki panjangnya sudah mencegatnya dan tidak bisa memberinya kesempatan kabur.
“ Aku mengambil foto matahari terbit.”
“ Gak nanya.”
“ Haha, lucu banget si. Hemm, bagaimana kalau aku memanggilmu matahari.”
“ Maaf tuan, saya bukan matahari.”
“ Jadi beritahu siapa namamu!”
“ Tidak.”
Hemmm, ternyata tidak berhasil juga ya. Gumam-gumam Noah sambil menatap danau yang tenang. Dia menoleh pada wanita di sampingnya. Dia jadi merasa penasaran seperti apa suami yang dia maki-maki dengan penuh semangat tadi.
“ Karena wanita yang aku sukai menyukai tempat ini, dia sering melukis matahari terbit di sini.” Dan hari itu
Noah bercerita banyak hal. Bercerita tentang kisah cintanya. Kisah cintanya dengan seorang wanita yang sering menghabiskan waktunya melukis matahari terbit.
“ Tuan, kenapa anda bercerita masalah pribadi anda kepada saya yang baru anda temui.” Daniah hanya merasa aneh, bagaimana bisa menceritakan hal semacam ini kepada orang asing.
“ Karena kita tidak akan bertemu lagi. Aku hanya ingin cerita saja. Sepertinya hubungan percintaanmu dengan
suamimu tidak berjalan baik. Aku akan mendengarkan kalau kamu mau cerita.”
“ Tidak terimakasih.” tegas.
Lagi-lagi Noah bicara semaunya
karena Daniah tidak mau menceritakan dirinya.
Kembali di depan lukisan matahari terbit danau hijau. Hasil karya pelukis Helena.
Dan kenapa kami malah bertemu disituasi yang rumit seperti ini.
“ Bukankah sekarang matahariku sudah terlibat dalam hubungan percintaan kami yang rumit ini.” Tertawa senang, karena mendapat teman seperjuangan.
“ Jangan panggil saya matahariku."
Daniah tersadar akan kata-kata Noah.
Noah menyukai helena. Helena dan
Saga Saling menyukai. Dan dia juga ada di antara mereka berdua, miris, walaupun
hatinya tidak terikat pada Saga, namun tali yang mengikat hubungannya dengan
Saga bahkan jauh lebih kuat dari itu.
“ Apa mereka tahu, kalau anda menyukai Helena.” Rasa penasaran mengelitik, bagaimana cinta segitiga bisa tetap berlanjut dalam hubungan pertemanan. Daniah teringat tadi, Helena bahkan memeluk Noah tanpa canggung. apakah wanita itu tahu kalau Noah menyukainya.
“ Tahu.”
Apa! tahu, tapi bagaimana dia bisa bersikap sewajar itu.
“ Haha, apa itu tidak memalukan tuan.” sepertinya bukan hanya malu, tapi juga pasti makan hatikan. Tepukan lagi dibahu Noah. “Anda sungguh-sungguh hidup dengan sangat bekerja keras.”
“ Berikan no hpmu.” tiba-tiba langsung mengalihkan pembicaraan.
“ Gak mau.” Daniah menjawab cepat.
“ Ayolah, kamu bahkan sudah menepuk bahuku, bukankah artinya kita berteman.” Noah menyentuh bahunya, tempat tadi Daniah menepuk untuk memberinya semangat.
“ Maaf ya saya tiap hari juga menepuk bahu driver ojek, tapi tetap saja saya tidak berteman dengan mereka.”
Noah membalikan badan tiba-tiba.“ Saga! Mau kuceritakan.”
Cubitan di pinggang Noah membuatnya
menjerit tanpa suara. Daniah menoleh pada Saga dan Helena yang memandangnya
dari kejauhan. Dia mengangukan kepalanya sekali, lalu menatap Noah kesal.
“ Tuan Noah, berikan hp anda,” akhirnya menyerah sudah. dia tahu menghadapi laki-laki seperti Noah memang jauh lebih baik dengan mengalah.
“ Panggil aku Noah saja.” sambil mengedipkan mata kirinya jenaka.
“ Tidak mau.”
Noah langsung cemberut.
“ Kalau begitu aku tetap akan memanggilmu matahariku.”
“ Tuan.” Satu lagi bertambah orang tidak tahu malu. apa semua orang di kalangan ini memang suka seenaknya saja.
“ kenapa? Kau takut Saga akan marah.”
“ Haha, tuan bukankah anda tahu hubungan saya dan tuan Saga bagaimana?”
“ Kalau begitu aku tetap akan memanggilmu matahari.”
“ Noah, Noah, Noah. Puas!” Daniah menyodorkan hp ke dada Noah, menempel tepat. Tangan mereka bersentuhan saat Noah mengambil hp itu. Daniah langsung menarik tangannya.
Sementara dari kejahuan bukan hanya Saga yang mengepalkan tangan, sekertaris setia di sampingnya bahkan terlihat jauh lebih kesal.
BERSAMBUNG