Pesta telah dimulai.
Tamu dari keluarga besar sudah
mulai berdatangan, bergerombol dan membentuk kelompok masing-masing. Bicara memamerkan
apa yang mereka punya.
“ Kak Niah, duduklah, kenapa malah
kak Niah yang sibuk si.” Raksa menarik lengan kakak perempuannya. Hilir mudik
orang-orang menikmati makanan. Mereka sedang menikmati hidangan pembuka dan
camilan. Tenaga tiga orang pelayan perempuan dan dua pelayan laki-laki tidak
akan cukup menangani ini. Jadi Daniah sudah memakai celemek dan ikut membantu
mempersiapkan makanan. Untuk makanan utama sendiri sudah terhidang secara prasmanan,
bukan hasil masakan bibi pelayan rumah tentunya. Bisa pingsan mereka kalau
harus mempersiapkan menu makan malam utama.
“ Sudah sana pergilah, temani
ayah.” Daniah mendorong tubuh Raksa. Bagaimanapun dia anak laki-laki yang akan
menjadi wajah keluarga ini. Apalagi di rumah ini garis keturunan laki-laki
sangat diagungkan. Daniah yang hanya anak dari ibu yang sudah meninggal sudah
pasti hanya dipandang sebelah mata. Karena tamu yang datangpun tidak ada yang
berasal dari kerabat ibunya. Keluarga ini sudah lama terputus hubungan dengan
keluarga ibunya. Hanya Daniah yang masih sering berkunjung ke kampung halaman
ibunya.
“ Nona, kenapa di dapur?” Bibi pengurus
rumah yang muncul dari dalam sudah mengambil pisau ditangan Daniah.
“ Sudah jangan perdulikan aku. Mana
buah yang harus dipotong, biar aku yang kerjakan. Bibi yang lain saja.” Daniah
memotong buah kecil-kecil lalu measukannya dalam wadah. Menambahkan sirup dan
susu. Setelah itu memasukan batu es. Selesai. Dia meminta pelayan membawakannya
ke depan.
“ Ternyata kamu bersembunyi di
dapur ya?” Risya muncul dengan bala tentaranya. Daniah mendengus. Sudahlah, aku
sudah menghadapi dua adik ipar yang bahkan jauh lebih julid darimu. Kata-katamu
tidak akan mempan padaku. Begitu kira-kira yang dikatakan Daniah. Mengacuhkan
adik tiri dan sepupu di belakangnya.
“ pergilah jangan mengganguku!”
Daniah mengacungkan pisau yang habis dia pakai memotong buah di tangannya.
Pisau berlumuran warna merah terkena daging buah naga. Risya dan dua sepupunya
memandang pisau itu ngeri.
“ Ada apa denganmu. Mereka hanya
ingin menyapamu, nyonya Antarna Group. Haha.” Yang lain ikut tertawa. Daniah
menarik nafas dalam. Kesal sekaligus tidak bisa melakukan apapun.
Ketidakhadiran Tuan Saga hari ini memang menunjukan bagaimana statusnya. Dia
tidak lebih seperti istri yang diabaikan. Jadi kalau Risya menyinggung itu, dia
memang tidak punya bantahan untuk mematahkannya. Setelah bicara macam-macam
ketiga orang itu akhirnya pergi. Huhh! Ternyata berbeda dengan adik ipar yang
akan terus mengoceh walaupun diacuhkan, ternyata mental kalian masih sangat
lemah ya. Daniah tertawa menghibur dirinya sendiri.
Acara ulang tahun ayah dimulai. Dia
maju kedepan dan memberikan sambutan kata pembuka membangakan keberhasilannya
dan perusahaan. Dia menarik tangan putra kesayangannya. Penerus keluarga dengan senyum bangga. Dia juga menyebut nama Daniah.
Semua orang diam, mencari-cari sosok yang di sebutkan oleh Gunawan, wajah
mereka penuh tanda tanya, sedangkan
wajah ibu tiri terlihat tidak senang.
Apalagi saat suaminya tidak menyebut nama Risya untuk membanggakan
keberhasilannya menembus dunia entertrainer.
Daniah yang sedang merapikan meja
terdiam, melihat wajah orang-orang, lalu matanya bersitatap dengan Ayahnya.
“ Kemarilah!” Ayah mengulurkan tangannya.
Karena terkejut Daniah hanya terdiam, dan memandang semua orang. Merasa tidak
percaya, kalau benar-benar namanya yang baru di sebutkan ayahnya. “ Karena Daniah kita bisa melewati banyak hal
yang sulit, terimakasih untuk semuanya Daniah.”
Eh kenapa ini, kenapa ayah bisa
aneh begini. Menurut Raksa ayah memang sedikit berubah, tapi kalau seperti ini
bukannya sedikit ini mah sudah 180 derajat. Dia bahkan menunjukannya di depan
orang lain. Di depan keluarga besar dan ibu. Kupikir dia hanya akan
melakukannya kalau kami hanya berdua. Ayah.... apa aku memang harus mulai
membuka hati dan memaafkanmu.
Semua orang bertepuk tangan dan mengucapkan
selamat. Daniah mendekat ke samping Ayahnya, laki-laki itu mengusap kepalanya
lembut.
“ Terimakasih untuk semuanya.”
“ Ayah.” Daniah menjawab lirih, dia
masih belum bisa memahami, kenapa sikap ayahnya berubah seperti ini. Apa ada
yang salah dengan Ayah. Apa benar laki-laki dihadapannya benar-benar sudah
berubah, apa dia merasa menyesal. Ntahlah, yang pasti dia menunjukan kasih
sayangnya pada Daniah.
Huh! Apa memang kesabaran
benar-benar akan berbuah manis pada akhirnya.
Daniah menatap orang-orang di
sekelilingnya. Yang paling tidak suka dengan perlakuan ayah pada Daniah tentu
saja ibu tiri, dia berwajah masam sepanjang acara.
Makan malam berlangsung dengan
baik. Semua orang dewasa mengambil makanan bergiliran lalu berkumpul di meja makan, mengobrol, membahas
hal remeh temeh. Sementara anak-anak duduk di karpet sambil menonton tv
menikmati makanan mereka. Pelayan sibuk dengan pekerjaannya, keluar masuk,
menyiapkan apa yang kurang. Daniah masih mondar mandir membantu. Dia membantu
meladeni segerombolan anak-anak. Mereka ribut meminta ini dan itu. Main dorong-dorongan
juga. Ada yang menangis, ibu mereka menghentikan makan dan melerai perkelahian
antar anak-anak.
“ Kak Niah, ayo duduk di meja
makan.” Raksa sudah mau menarik lengan Daniah.
“ Sudah sana, kak Niah gak papa.
Lagi ngurusin ini bocah-bocah.” Tunjuknya pada anak-anak yang duduk di
sampingnya. Dia mengusap kepala anak yang tertawa senang di sampingnya.
“ Tidak, kakak harus makan
jugakan.” Pembicaraan Raksa terhenti, saat terdengar keributan dari luar, semua
orang menoleh. Seorang pelayaan laki-laki tergopoh-gopoh masuk. Memberi hormat
sebentar. Menghadap Gunawan yang sedang berbincang dengan anggota keluarga
lainnya.
“ Maaf tuan, Tuan Saga.” Dia bukan hanya
berkeringat karena berlari, tapi lebih pada keterkejutan. Melihat tamu yang
datang terlambat, yang sedang ada di halaman depan.
“ kenapa?” Ayah Daniah bangun dari
tempat duduknya mendekat. “Ada apa dengan tuan Saga.” Sudah terdengar nada
panik dari suaranya.
“ Tuan Saga datang.”
“ Apa!” Sudah seperti ada kilatan
petir yang menyambar. Antara antusias dan wajah pucat. Apalagi anggota keluarga
yang lain, yang tadi sudah memandang sebelah mata dan berkata nyinyir pada
Daniah. Wajah ibu tiri juga terlihat sangat pias. Keributan tidak terelakan,
semua bicara membuat hipotesanya masing-masing.
“ Kak tuan Saga datang.” Raksa menarik
lengan kakak perempuannya.
“ Hei mana mungkin.” Belum
menyelesaikan kalimatnya Ayah dan tuan Saga muncul beriringan, dan seperti
biasa sekertaris Han megikuti dari belakang. Dengan pandangan datar dan tidak
bergeming.
“ Terimakasih anda sudah meluangkan
waktu tuan.” Ayah Daniah bicara pelan di samping Saga. “ Saya mewakili keluarga
sangat berterimakasih.
Saga tidak mendengarkan, Ia
mengedarkan pandangan mencari Daniah. Tertangkap, sosok gadis itu di antara
kerumunan anak-anak.
Apa itu yang dia pakai? Celemek. Kurang
ajar! Apa kalian menjadikan istriku pelayan di sini.
Saga mendekati Daniah, gadis itu
masih ternganga tidak percaya kalau yang sedang berjalan mendekat itu
benar-benar Saga. Tapi demi melihat siapa yang berdiri di belakangnya, dia
yakin ini benar tuan Saga.
“ Aku kemari hanya untuk melihat
istriku.” Saga melingkarkan lengannya di bahu Daniah, lalu mencium pipi kiri Daniah. Seisi ruangan ribut. Bahkan
Daniahpun terlonjak.
“ Sa, sayang.” Ada apa denganmu,
kenapa kamu melemparkan nuklir mematikan sekarang. Apa yang ingin kamu tunjukan
sekarang pada keluargaku. Kalau aku adalah istri yang dicintai. Terserahlah.
Begitu pikir Daniah, karena ketika
ekor matanya berkeliling, sepertinya sekarang keluarga besarnya ini melihatnya
dengan cara yang berbeda. Takjub, bangga, juga menyesal.
Kalian pasti menyesal karena
mengacuhkankukan?
“ Apa ini?” Saga menarik celemek
yang dipakai Daniah. “ Kamu datang Cuma disuruh jadi pelayan disini.” Melirik
semua orang, matanya berakhir pada ibu. Wanita itu sudah pucat. “ Apa kamu yang
menyuruh istriku memakai ini!” Suasana yang tadinya adalah makan malam yang
menyenangkan dan penuh tawa tiba-tiba berubah tegang.
Saga membuka ikatan celemek
di pinggang Daniah, lalu menariknya. Dia melemparkan benda itu kelantai. Tepat
di hadapan ibu.
“ Han, catat siapa saja yang sudah berani minta dilayani istriku.”
Tunggu apa yang mau dilakukannya, apa dia mau balas dendam.
“ Baik tuan muda,”
Hei, sekertaris Han jangan asal
menjawab perintah aneh begitu. Kemana otakmu? Mereka keluargaku tahu!
“ Sayang.” Daniah melingkarkan
tangan dipinggang Saga.
Persetan! Lakukan hal memalukan untuk melunakan amarahnya dulu.
Semua orang yang melihat terkejut,
dengan panggilan Daniah pada Saga. Mereka semakin menciut ngeri. “ Saya hanya membantu anak-anak.” Kata Daniah pelan menunjuk anak-anak.
Kenapa mereka
tidak takut si, tapi malah sepertinya tersihir dengan pesona Tuan Saga. Hei,
bocah-bocah. Sadarlah, kalian tidak boleh ngefans pada orang semacam dia.
Kalian tidak boleh meniru tindakannya sekarang, walaupun dia keren dan sok hebat begini. hentikan tatapan terpesona kalian.
“ Han, catat siapa nama orang tua
mereka, beraninya menjadikan istriku pengasuh anak-anak.”
“ Baik tuan muda.”
Daniah menatap sekertaris Han geram
sekaligus memohon, hentikan kegilaan majikanmu bukan menurutinya. Kumohon!
“ Sayang bukan begitu. Saya sedang
bermain bersama anak-anak. Karena mereka makannya belepotan makanya saya pakai
celemek.”
Komohon percayalah seperti
biasanya. Komohon bodoh sekali ini saja.
“ Sepertinya memang begitu tuan
muda, keluarga nona Daniah kan tahu kalau nona Daniah adalah istri anda sekarang.
Tidak mungkin mereka seberani itu untuk memperlakukan nona tidak baik. Anda
tidak memanggil nona untuk menjadi pelayankan nyonya?” Han beralih melihat ibu,
wajah ibu pias.
“ Ti, tidak tuan. Saya tidak.” Dia
terbata menjawab, tangannya gemetar.
“ Sayang.”
Aku tahu, kata-katamu mengandung
ancaman mematikan sekertaris Han. Aku harus mengakhiri ini “ Apa anda mau makan
sesuatu?”
Saga tersenyum mendengar tawaran
dari Daniah. Dia melihat orang-orang di sekelilingnya, mereka masih mematung.
Menonton dengan perasaan campur aduk, cenderung takut. “Apa yang kalian lihat?
Lanjutkan makan kalian.”
“ Ba, baik tuan.” Kemudian mereka
bubar, kembali kemeja makan. Yang tadi bersuara berisik dan bisik-bisik kini
suasana menjadi mencekam. Mereka meneruskan makan, walaupun kini tidak terlalu berselera.
Selamatkan aku sekertaris Han!
Daniah memohon melalui sorot
matanya.
“ Tuan muda saya akan menyiapkan meja di ruangan lain.” Sekertaris Han si pembaca pikiran yang berguna dalam situasi mencekam.
“ hemm.”
Saga menarik tangan Daniah agar
mengikutinya. Mereka duduk di ruang tamu yang lengang.
“ Bodoh!” tunjuknya di kening
Daniah.
“ Apa?” lirih menjawab.
“ Tundukan kepalamu hanya
kepadaku!” menuding kening Daniah lagi. “ Pakai namaku untuk membungkam mulut
mereka.”
“ saya tidak apa-apa, merekan
keluarga saya.” Getir menjawab, inilah kelemahan terbesar Daniah.
“ keluarga. Haha.”
Saga tertawa sendiri, benar
keluarga. Itulah tali yang megikatmu denganku. Satu kecupan lembut di pipi
Daniah, membuat Gadis itu terlonjak. Untung saja dia tidak mendorong tubuh
Saga. Kalau dia melakukannya karena refleks, maka habislah dia.
“ Kau senang aku datang?”
“ Ia sayang.”
Kali ini aku benar-benar senang
melihatmu. Kamu datang sudah seperti dewa penolong untukku.
“ Berterimakasihlah dengan benar.”
Mengusap bibir Daniah dengan jemarinya, lalu melumat bibir itu. Dia menghentikan
sebentar serangannya “ Bernafas bodoh!” Gelagapan Daniah menjawab. Serangan selanjutnya
kembali dilancarkan.
Diujung ruangan sekertaris Han
memalingkan wajah.
BERSAMBUNG..............