Kencan ala rakyat biasa di mulai. Rencananya Daniah akan mengerjai Saga untuk mengenalkannya pada kehidupan rakyat biasa. Tapi benarkah yang terjadi akan demikian, atau sebaliknya.
“ Bawa ini sayang.”Daniah
melingkarkan tasnya ke leher Saga, laki-laki itu tampak binggung melihat tas
Daniah yang melingkar di lehernya. Lebih-lebih saat istrinya tidak menunggu
persetujuannya.
“ Hei, kau mulai kurang ajar begini
ya.” Menunjuk tas yang melingkar di leher dengan matanya. Menatap kesal.
“ aaaa, sayang begini memang kalau
kencan rakyat biasa. Laki-laki biasanya memegang tas perempuannya. hehe.” Agak memalingkan
wajah, supaya tidak terlihat kalau sedang tersenyum menahan kebohongan.
Kapan lagi kan aku bisa mengerjai
mu. Hehe.
“ Cih!” mendengus.
“ Kalau tidak mau ya sudah.” Daniah
sudah memegang tali tas dengan kedua tangannya. Mau mengambilnya.
“ Lepaskan!” menepis tangan Daniah
agar melepaskan tali tas. ‘’ Mau apa kamu?”
“ Aku mau membawa tas ku sendiri
sayang.” Tersenyum.
“ Kenapa? Kamu tidak mau aku
membawa tasmu? Ia.” Mulai kesal kan.
Bukan! Tadikan kamu yang tidak mau.
Dasar! Kata-kata selalu tidak bersinergi dengan perbuatan.
“ Kalau begitu tolong bantuannya ya
sayang.”
Haha, dia lucu sekali. Aku akan
balas dendam mengerjaimu hari ini ya. Kenapa dia jadi terlihat manis begitu
dengan tas ku di lehernya. Aku tidak akan di penggal sekertaris Han kan karena
mengerjai tuannya.
“ Eh pak sopir kenapa mengikuti
kami?” Daniah mulai terganggu, ketika sekertaris Han bahkan berada di radius
kurang dari lima meter dari jarak mereka berdua berdiri sekarang.
Kalau kamu ikut dia tetap tuan Saga
donk bukan suamiku.
“ Jangan bicara padanya!” menarik
tangan Daniah. “ Biarkan dia, dia pasti tidak punya kerjaan karena mobilnya
sudah ku sewa seharian ini.”
“ Jangan ikuti kami!” Daniah
menuding sekertaris Han lalu menuding matanya. Jangan mengawasi kami, begitu
dia berteriak dalam hati.
“ Saya cuma mau jalan-jalan
menghabiskan waktu saja nona. Silahkan kalian nikmati kencan kalian.”
Selamat bersenang-senang dan
membalas tuan muda nona. Rugi sekali kan kalau saya tidak menonton drama ini
langsung.
Mereka berdua akhirnya benar-benar
memutuskan tidak perduli dengan keberadaan sekertaris Han. Cuma Daniah yang
berusaha. Saga sendiri selalu tidak pernah terganggu dengan keberadaan
sekertaris Han di sampingnya. Walaupun laki-laki itu menempel seperti permen
karet menggangu, Saga tidak pernah merasa terganggu sedikit pun.
“ Pakai topimu dengan benar!”
menarik sampai semua bagian wajah Daniah tertutup.
“ Sayang aku tidak bisa melihat.”
Sudah gila ya, yang mencolok itu wajahmu.
Lihat, orang-orang sudah mulai melirikmu kan. Tampan, tinggi. Sempurna.
“ Aku akan jadi mata untuk mu.
Pegang tangan ku.”
Haha, apa dia bilang. Belajar dari
mana dia gombalan beginian. Aku bahkan tidak mengajarinya.
“ Kenapa mereka melihat mu? Aaaa,
bisa gila aku karena kesal melihat mereka melirikmu terus. Katakan kau mau
membeli apa biar Han yang membelikannya untuk mu! Ayo segera keluar dari sini.
aku mau kencan di tempat yang tidak ada orang lain.” mulai deh banyak sekali
bicara.
“ Sayang, bukan aku yang mereka
lihat.”
“ Lalu siapa? Dari tadi mereka
melihat ke arah kita.” Kesal.
Kamu, kamu, kamu yang dilihatin
mereka. Wajah tampan dan tinggi sempurna mu itu yang sedang di nikmati mereka.
Aku ini cuma kantong kresek terlihat dari sudut pandang mereka tahu.
“ Tapi kan janji kalau kencan hari
ini kencan rakyat biasa. Aku yang lebih berpengalaman di sini, jadi ikuti saja
aku. Ayo!”
Mendengar itu Saga menghentikan
langkah kakinya, dia mengibaskan tangan Daniah yang memegang tangannya. Gadis
itu berbalik panik.
Apa lagi si!
“ Jadi sudah dengan siapa saja kamu
kencan ala rakyat biasa begini.” Suara Saga sudah berubah “Jangan-jangan kamu
sudah pernah kencan di sini, dan mengulangnya dengan ku?” terdengar tidak suka
dari nada bicaranya.
Lho, kenapa jadi aku, seharusnya
aku kan yang mengerjaimu. Kenapa belum apa-apa aku sudah kena begini.
“ Bukan begitu,” mendekat dan
memeluk Saga. “ Ini juga pertama kalinya aku kencan dengan laki-laki.” Diam
sebentar menatap Saga. Wajahnya belum melunak sama sekali. “ ini juga pertama
kalinya aku kencan dengan laki-laki yang aku sukai.” Memalingkan wajah malu.
“Aku tidak punya waktu untuk kencan seperti ini dulu, kami sibuk mencari uang.
Mantan.”
“ Diam! Jangan bicara tentang
mantan pacarmu.” Mencium kepala tertutup topi itu. “ Baiklah, karena ini kencan
pertama mu dengan laki-laki yang kamu sukai. Aku akan berbaik hati menuruti
semua maumu.”
Haha, kena kau. Aku tahu kamu Cuma fokus
di kata-kata kencan dengan laki-laki yang ku suka kan.
“ Janji ya.”
“ hemm.”
“ Ayo jalan.”
Daniah menarik lengan Saga keluar
dari toko.
“ Hei tunggu, aku mau membelinya
untuk mu.”
“ Ssstttt.” Daniah menutup mulutnya
dengan jari agar Saga diam dan mengikutinya saja. “ Bagaimana bisa mereka
menjual dengan harga semahal itu.”
“ Terserah dengan harganya, yang
penting kamu kan suka.” Gusar. “ Ayo kembali, aku belikan kalung itu.”
Daniah mengeleng tidak mau.
Week, kesal kan kamu. Memang ini
yang namanya jalan-jalan cuci mata doank kok. untuk jutawan sepertimu menghabiskan waktu dengan cara ini pasti mengesalkan.
“ Hei, kau tidak waras ya. Sudah
berapa kali kita masuk toko, tidak ada satu barang pun yang kamu beli.” Mulai setengah
berteriak karena kesal. Beberapa orang berhenti melihat perdebatan mereka. Tapi
segera menyingkir ketika Saga dengan sorot mata kesalnya melihat mereka.
“ Haha, sayang ini lah seninya
kencan rakyat biasa. Kamu tidak perlu modal untuk membuat pasanganmu bahagia.
Cukup ajak dia cuci mata saja sudah senang kok.” Daniah secara paksa mendorong
tubuh Saga berjalan menjauh dari toko yang untuk kesekian kalinya dia masuki cuma
untuk melihat-lihat.
Aku akan membuat kaki mu pegal
sampai mau copot. Haha.
“ Ayo beli camilan.” Menarik tangan
supaya Saga mengikuti langkah kakinya menuju food court mall.Saga mengeluarkan
ponselnya dia mengetikan sesuatu, sambil mengimbangi langkah kaki Daniah di
sampingnya.
“ Beli semua barang yang di tunjuk
daniah di toko yang kami masuki tadi. Semua!” pesan terkirim. Kata semua dengan
tanda seru, mengisyarak kan jangan sampai terlewat satu item pun.
Mereka menghentikan langkah setelah
melihat deretan stand makanan. Bau dan aroma makanan bercampur. Ada yang
mendominasi kuat sampai beberapa radius aromanya tercium. Mengoda para
pelanggan mendekat.
“ Sayang pesan makanan di sana ya.
Kemarikan tasku, aku tunggu di kursi itu ya.” Daniah menunjuk kursi di dekat
jendelan. Saga terlihat binggung. Kenapa dia yang harus pesan.
“ Kenapa aku yang pesan?” bertanya
serius.
“ Karena begitu seharusnya. Tidak
mau ya? Kalau begitu.” Daniah sudah mau mengalah, biar dia memilih makanan.
“ Duduk! Biar aku yang pesan.
Jangan bergerak kemanapun. Turunkan topimu lagi.” Menarik topi Daniah turun.
Ia, ia. Walaupun kesal tetap Daniah
menurunkan topinya.
Cih, jelas-jelas semua orang sedang
meliriknya, kenapa aku yang di suruh menutupi wajahku.
Daniah sudah menunggu di kursi. Ramai
pengunjung dan ramainya antrian. Dia mengeluarkan hpnya. Mengambil foto Saga
dari kejauhan. Momen pertama kalinya dalam hidup Saga, mengantri membeli makanan.
Untuk pertama kalinya dalam hidup
Saga. Dia memesan minuman sendiri. Canggung memilih menu. Namun pelayan wanita
di depannya dengan suka cita membantu. Dia terlihat tersenyum jauh lebih ramah
dari pada dengan pelanggan sebelumnya.
“ Ada lagi kak?”
Saga menunjuk satu boks camilan
yang terlihat seperti bola-bola bakso di goreng dan juga satu cake coklat yang
terlihat enak.
Sigap pelayan itu menyiapkan
pesanan.
Berhasil, Berhasil. Begini kan
caranya. Huh! Apa kamu pikir aku tidak bisa melakukan hal seperti ini. Meremehkan
sekali.
Saga membawa nampan berisi makanan dan
minumannya. Daniah yang melihat dari kejauhan tidak bisa tidak untuk tidak
mengabadikan momen bersejarah ini. Banyak sekali foto yang dia ambil. Saat Saga
berjalan ke arahnya dengan kesusahan membawa nampan berisi makanan.
Prok, prok, prok. Daniah bertepuk
tangan kecil saat Saga sampai di tempat duduk dan meletakan nampan. Sukses
mendarat dengan sempurna tanpa ada satupun makanan dan minuman yang tercecer.
“ Terimakasih sayang. Kamu hebat
sekali.” bertepuk tangan kecil lagi, menunjukan pujian dan kebanggaan.
“ Huh! Hanya seperti ini saja.
Gampang.” Tapi dia membusungkan dada bangga dengan wajah merona bahagia.
Membuat Daniah senyum.
Dia benar-benar merasa bangga.
Mengemaskan sekali.
“ Kau senang?” Tanya Saga. Daniah
mengangukan kepalanya berulang. Saga
meraih minumannya, dia sengaja membeli dengan dua rasa berbeda. Dua-duanya dia
cicipi semua, lalu menyerahkan salah satunya. Pada Daniah. “ Seharusnya aku cuma
pesan satu ya, biar kita bisa berbagi bibir.”
Huh! Kau bahkan sudah menyedot
semuanya, masih bilang begitu.
“ Sayang, apa kau menyuruhnya
mengikuti kita.” Daniah melihat sekertaris Han menuju ke tempatnya duduk. Dia
melewatinya hanya mengangukan kepala sedikit.
“ Tidak, mungkin dia haus. Jangan
perdulikan dia. Lihat aku, hanya lihat aku!” menarik-narik tangan Daniah agar
gadis itu hanya melihatnya.
“ Ia, ia.” Hup memakan camilan yang
dibeli Saga. Daniah sudah meletakan satu bola-bola bakso di depan mulut Saga.
Laki-laki itu mengeleng. “ Hemmm. Buka mulut. Seharusnya sekarang.” Daniah
belum menyelesaikan kalimatnya Saga sudah membuka mulutnya.
“ Puas!” mengunyah makanan yang
dimasukan Daniah ke mulutnya.
“ Hehe.”
Puas donk, biasanya kamu tidak
pernah makan jajanan beginian kan. Habis ini kita kemana lagi ya?
BERSAMBUNG