Hari yang tidak selalu sama, tapi
di tanggal yang sama dan bulan yang sama setiap tahunnya.
Setiap tahun selalu ada agenda
tahunan di Antarna Group. Peringatan kematian pendiri sekaligus presdir pertama
Antarna Group. Ayah dari Saga Rahardian. Di tanggal yang sama setiap tahunnya
Antarna Group akan melakukan kegiatan bakti kepada masyarakat. Semua anak
cabang di bawah Antarna group kecuali yang bekerja di bidang layanan publik,
mall dan rumah sakit akan di liburkan untuk aktivitas pekerjaan rutin. Mereka
akan melakukan kegiatan sosial kepada masyarakat.
Instruksi dari pusat memberikan
beberapa alternatif kegiatan. Agar semua tersinergi dengan perusahaan satu
dengan yang lainnya. Beberapa hari yang lalu semua pimpinan perusahaan sudah
berkumpul di gedung pusat untuk melaporkan rencana bakti kepada masyarakat ini.
Secara detail mereka memberi laporan kegiatan apa yang akan mereka lakukan.
Baik dari acara maupun besarnya biaaya yang di keluarkan. Sudah ada jumlah
patokan uang yang harus di keluarkan dari pusat.
Biasanya mereka akan melakukan
pelayanan kesehatan seperti donor darah untuk para karyawan. Yang semua hasil
darah yang terkumpul akan di sumbangkan kepada bank darah nasional. Mereka juga
memberikan makanan gratis yang biasanya ada di setiap halaman perusahaan.
Siapapun boleh ikut menikmati. Tanpa ada batasan.
Setiap tahun di tanggal yang sama
masyarakat ikut berdoa bagi kesuksesan Antarna Group. Doa-doa mereka terbang ke
langit.
Selain kesehatan ada juga pembagian
sembako secara gratis bagi ribuan orang yang sudah mengantri dengan tertib.
Mereka adalah ibu-ibu yang datang dari pelosok negri. Mereka yang setiap tahun
selalu menantikan momen ini. Mungkin mereka terlihat senang bisa mendapatkan
semua kebaikan ini dari Antarna Group. Namun mereka selalu menyelipkan dalam
doa-doa mereka supaya perusahaan ini tetap jaya selamanya. Bisa menjadi tempat
anak-anak mereka bekerja. Bisa menjadi tempat mereka mengantungkan hidup dengan
layak.
Selain kepada masyarakat Antarna Group selalu memberi bonus tahunan yang di berikan pada hari ini kepada semua karyawannya. Besarnya di tentukan berdasarkan lamanya dia bekerja di Antarna Group.
Di tanggal ini setiap tahun, duka
itu kembali di kenang. Tapi dengan cara yang berbeda-beda olah setiap orang.
Saat semua lini masa membicarakan
peringatan kematian pendiri Antarna Group, Saat banyak orang menerima banyak sekali
kebaikan dari Antarna Group, sementara itu dimanakah Saga dan semua anggota
keluarganya. Mereka tidak pernah muncul di publik. Untuk menunjukan duka
mereka. Media pun tidak berani mencari tahu. Berita yang muncul di tv hanya
tentang bagaimana Antarna Group berbagi pada masyarakat. Tapi tidak pernah
menyinggung ranah pribadi pemiliknya.
Saga dan semua orang ada di sini.
mengingat duka yang sudah sekian lama berlalu. Semua orang sudah berdiri dengan
tenang. Seorang pemuka agama membacakan doa dengan kusyu. Terdengar isak dari
beberapa sudut. Saga sampai melihat Daniah di sampingnya. Gadis itu terisak
tertahan. Ia terlihat menyeka air matanya pelan. Namun berusaha tidak
mengeluarkan suara.
Ibu yang di peluk Sofi jauh bisa
mengeluarkan suara tangisnya. Dia sesengukan. Pasti teringat semua kenangannya
bersama suaminya. laki-laki yang ia nikahi karena cinta. Laki-laki luar biasa
yang tak tergantikan bahkan sampai hari ini.
Setelah pemuka agama selesai
membacakan doa, dia beringsut pergi. Membiarkan keluarga Antarna group tengelam
dengan duka mereka masing-masing. Sekertaris Han tetap setia di posisinya.
Berdiri tidak jauh dari Saga. Saat ini ia menatap Daniah dari belakang ada rasa
bersalah yang muncul di matanya.
Maaf kan saya nona.
Saga terlihat mengulurkan tangannya
pada Daniah. “ mendekatlah!” lembut dia bicara, Daniah menurut dengan berdiri
di samping Saga. Laki-laki itu mencium kepalanya. Membelai kepalanya lembut.
Isak gadis itu semakin terdengar. Ia berusaha menahannya, tapi tidak berhasil.
Saga meraih tangan Daniah dan mengengamnya.
“ Menangislah kalau kamu mau
menangis.”
Mendengar itu tangis Daniah pecah.
Sesengukannya keras terdengar. Membuat ibu yang sudah mulai bisa menguasai diri
dan air matanya menoleh. Begitu pula dengan Jen dan Sofia.
Ada apa dengan kakak ipar, kenapa
dia menangis sekeras itu. Jen
Bukankah kakak ipar tidak mengenal
ayah, kenapa dia bisa menangis sekeras itu. Sofi
Suamiku, dia menantu kita. Wanita
yang dicintai anakmu. Ibu
Sementara yang lain menatap Daniah
dengan perasaan berbeda, Han masih memberikan sorot mata bersalahnya. Sementara
Saga meraih bahu Daniah, memeluknya. Dia menatap lekat makam ayahnya.
Ayah, dia Daniah. Wanita yang
kucintai. Dia cantik kan? Tenang saja dia bukan hanya cantik wajahnya. Hatinya
sudah seperti malaikat. Dia juga seperti
mu yang senang berbagi, dia seperti mu yang sering memberi pada orang lain. Aku
akan menjaga dan mencintainya di sisiku selamanya.
Perjalanan menuju rumah semua
membisu dalam keheningan. Daniah berada dalam pelukan Saga, masih terlihat dia menyeka
airmata di sudut matanya.
Sesampainya di rumah.
“ Jen, antar kakak ipar ke kamar,
dan sofi temani ibu.” Saga membelai pelan kepala Daniah. “Istirahatlah di kamar.”
“ Ia.” Daniah mengangukan kepala. Masih
ada sisa ke sedihan yang tergambar jelas di wajahnya.
“ Hari ini semua tetap di rumah,
tidak ada yang boleh pergi keluar.” Kalimat itu di tujukan untuk Jen dan Sofi.
“ Ia kak.” Menjawab berbarengan.
Jen terlihat memapah Daniah yang terlihat
lunglai. Sofi juga beranjak ke kamar ibu. Wanita itu sudah duluan masuk ke
dalam kamar. Sesampainya tadi dia langsung naik meninggalkan semua orang.
Pak Mun masih berdiri siaga
menunggu perintah.
“ Pak Mun istirahatlah. Hari ini
aku tidak ingin melihat siapapun di rumah utama. Biarkan para pelayan kecuali pengawal
yang bertugas libur.”
“ Baik tuan muda.” Gurat sedih pun
terpancar dari wajahnya. Melihat tuan mudanya yang untuk kesekian kalinya
selalu berduka. Ditanggal dan bulan yang sama setiap tahunnya, rumah ini akan
selalu seperti ini.
“ Ikut aku Han.”
Han mengikuti langkah kaki Saga.
Sementara Pak Mun masih berdiri sampai Saga menghilang di pintu ruang kerjanya.
Lalu dia kembali dan menemui pelayan dan penjaga yang sedang menunggu di rumah
belakang. Untuk memberi tahu, hari ini tidak ada yang di izinkan mendekati
rumah utama, intinya tidak ada yang boleh terlihat atau mengeluarkan suara di
sekitar rumah. Beberapa pelayan memilih keluar dan berlibur namun ada yang
memilh menghabiskan hari di dalam kamar mereka di rumah belakang. Setiap tahun,
di tanggal yang sama rumah ini akan sunyi tanpa aktifitas..
Kembali pada Saga di ruangan
kerjanya. Laki-laki itu duduk di sofa. Membiarkan Han berdiri di depannya.
Sial! Sepertinya tuan muda tahu. Dia peka sekali kalau berurusan dengan nona sekarang.
Han mengeram.
“ Jelaskan padaku! Kamu tahu kan?”
Han masih terdiam di tempatnya,
tapi dia tidak menatap Saga dan memilih memalingkan pandangannya.
“ Lihat aku! Kau tahu ini hari apa
kan? Aku bahkan tidak akan bisa mengendalikan emosiku walaupun padamu.”
Teriakan Saga mengema sampai keluar ruangan.
“ Maaf kan saya tuan muda.”
“ Sekarang jelaskan padaku. Siapa
yang ditangisi Daniah. Dia tidak mungkin menangisi ayahku. Bahkan jen dan Sofi
bisa mengendalikan diri mereka. Walaupun kenangan Jen dan ayah memang masih
samar. Tapi Daniah jelas tidak mengenal ayahku.”
Suara Saga terdengar semakin getir,
membuat Han merasa semakin bersalah dari semua segi.
“ Maaf kan saya tuan muda.” Menarik
nafas pelan. “Hari ini juga hari kematian ibu nona Daniah.” Tidak bisa menatap
wajah tuan mudanya.
“ Apa!” Saga bangun mendengar
ucapan Han. “ Barusan kamu bilang apa!” Saga mendorong tubuh Han keras sampai
membentur tembok. Dia mencengkarm kerah kemeja Han. “ Kenapa kau tidak
mengatakannya bodoh!”
“ Maafkan saya tuan muda.” Lirih. Penuh
penyesalan.
“ Kenapa kau tidak mengatakannya
padaku!” berteriak keras.
Saga memejamkan mata dan berusaha
mengalirkan udara, supaya bisa berfikir sehat. Dia ingin menghajar Han
sekarang. Ntah kenapa perasaannya seterluka ini, saat dia mengetahui bahwa
alasan Daniah menangis sebenarnya adalah apa.
“ Karena hari ini anda pasti ingin
bersama nona Daniah, maka saya tidak mengatakannya. Kalau anda tahu anda pasti
membiarkan nona pergi, padahal saat ini anda ingin bersama wanita yang anda
cintai untuk berbagi kesedihan kan.”
“ Bodoh! Pikirkan perasaan Daniah
juga. Kau tahu sepenting apa dia bagiku!”
“ Maafkan saya tuan muda.” Tapi
anda tetaplah yang paling penting bagi saya.
Saga melepaskan cengkraman
tangannya, tapi dia masih berdiri di hadapan Han. Matanya masih menatap kesal
pada sekertarsinya itu.
“ Mulai sekarang pikirkan
perasaannya lebih dulu. Pikirkan Daniah sebelum aku,” Han tidak menjawab.
Membuat Saga semakin Gusar. “ Jawab!” sambil berteriak kakinya sudah menginjak
kaki Han. Terlihat Han meringis. “ Jawab aku Han.”
“ Maafkan saya tuan muda.” Han
selalu menghormati nona mudanya, sebagai bentuk penghormatannya pada Saga. Karena
dialah wanita yang di cintai Saga.
“ Huh! Aku tahu ini tidak akan
berhasil. Baiklah dengarkan aku. Aku benci melihat Daniah menangis. aku tidak
suka melihatnya menangis apapun lasannya. Jadi bisakah kau memastikan kalau dia
tidak akan menangis lagi.” Menepuk kedua bahu Han keras. “ Jawab!”
“ Baik tuan muda, saya akan
melakukan yang terbaik untuk anda.”
“ Kau benar-benar setia pada sumpah
mu ya.”
Sudah terdengar helaan nafas ringan
di antara keduanya. Saga menepuk bahu Han beberapa kali.
“ Pulanglah! Siapkan semuanya
besok. Aku mau pergi mengunjungi makan ibu mertuaku.”
“ Saya akan menyiapkan semuanya
tuan muda. Saya tidak akan pulang, saya akan ada di bawah, kalau anda perlu
sesuatu. Saya akan ada di kamar tamu di
bawah.”
Cih.
Saga membiarkan Han melawan
kata-katanya, setiap tahun di tanggal yang sama. Kalau dia mengusir Han
sekalipun, laki-laki itu akan tetap bertahan di rumah ini. Diam di kamar tamu,
dan keluar hanya untuk menyiapkan makan malam.
Untuk pertama kalinya Saga ragu
untuk masuk ke dalam kamarnya. Hampir lima menit dia berdiri di depan pintu.
Saat dia sudah memegang handle pintu dari dalam jen juga membuka pintu.
“ kak Saga.”
“ Mau kemana?” tanyanya.
“ Kakak ipar bilang sudah tidak
apa-apa. dia mau sendiri.”
“ Baiklah, terimakasih ya.” Saga
mengusap kepala Jen pelan. “ Istirahatlah, atau temani ibu di kamarnya.”
“ Ia kak. Kak Saga juga istirahat ya.”
Jen melangkah pergi, menoleh
sebentar dan pintu sudah tertutup. Kakaknya sudah menghilang.
Setelah di dalam kamar, Saga
mengedarkan pandangannya. Mendapati Daniah sedang duduk di tempat tidur. Bersandar
di bantal. Gadis itu terlihat menyeka airmatanya saat melihat Saga datang. Dia
turun dari tempat tidur.
“ Kemarilah!” Mendekat ke sofa di
mana Saga duduk. Berdiri di hadapan suaminya, yang tiba-tiba memeluknya. “
Maaf.” Memeluk daniah erat. “ Maafkan aku”. Tidak tahu alasannya apa tapi itu
membuatnya menangis lagi. " Maafkan aku." berulang saga mengatakannya. masih memeluk tubuh daniah yang berdiri di hadapannya.
BERSAMBUNG