Chapter 136 Prolog Musim Kedua

Kisah Daniah dan Saga akan berlanjut....

Pengakuan cinta Saga Rahardian yang

di lakukan live di stasuin tv telah merubah banyak hal.  Mencatatkan sejarah sebagai live acara tv

yang mendapatkan rating tertinggi untuk acara siang hari. Pembahasan tentang mereka

tidak ada habisnya, walaupun fakta siapa sosok Daniah, tidak pernah terungkap

ke publik. Tidak ada informasi khusus tentangnya. Dan tidak ada yang berusaha mencari tahu detailnya. Hanya nama-nama Daniah yang bertebaran di internet, tetapi bukan sosok sebenarnya dari wanita yang dimaksud Saga.

Hari itu terjadi pristiwa besar yang tidak

akan mudah di lupakan oleh setiap orang. Terutama bagi mereka yang terlibat dalam hubungan rumit di kehidupan Saga dan Daniah.

Wanita cantik yang selalu membiarkan rambut hitamnya jatuh kebahunya itu terlihat sangat terpukul, melihat apa yang ia saksikan saat ini.

Helen menjatuhkan kuas di tangannya,

memporak porandakan cat yang ada di atas meja. Tumpah mencipta lukisan abstrak

di dinding dan juga lantai. Dia mengigil gemetar di sudut ruangan, sebelumnya dia

sudah merobohkan kanvas putih di hadapannya. Tangannya sakit, saat menjatuhkan

cat-cat di meja tadi. Namun ia seperti tidak merasakan apa-apa. Ia menatap tv

penuh dengan kebencian teramat sangat, melihat Saga yang bahkan sekarang tidak

bisa ia sentuh dengan tangannya. Apalagi saat nama Daniah di sebutkan. Saat itu

Saga bahkan dengan perasaan sangat bahagia menyebutkan perasaan hatinya. “ Dia

bahkan tidak pernah mengakui perasaan cintanya padaku di hadapan orang lain.”

Helen masih terduduk di tempatnya, bahkan saat acara di tv selesai.

Sementara itu, di rumah utama, ibu

sedang menonton di kamarnya sendirian. Menjatuhkan gelas teh yang ada di

tangannya ke lantai. Dia bahkan tidak menghidarkan kakinya dari cipratan air

teh yang memercik. Sedikit panas menyisa di kulit kakinya, tapi itu tidak

seberapa di banding perasaannya saat ini. “ Saga mengakui perasaannya pada

Daniah di hadapan dunia.” Tubuhnya masih membeku menatap layar tv. Pikirannya

yang berlarian, menemukan rencana apapun yang bisa ia pakai sebagai peganggan.

Bahwa Daniah tetap tidak pantas menjadi ibu dari anak putranya, pewaris

keluarga Saga Rahardian kelak. Hingga ia mencoba menyusun rencana apapun yang bisa ia pakai untuk mencegah itu. Menunda atau kalau perlu mencegah kehamilan Daniah.

Di sebuah kafe yang cukup ramai,

pemilik cafe sengaja mengeraskan volume tv. Tidak ada yang merasa terganggu.

Mereka bahkan sedang menikmati dan menonton acara tv bersama. Ada yang bersorak

girang di sudut meja, seperti dia ikut terlibat.  Sementara di ujung tempat duduk di dekat

jendela, dimana mereka bisa melihat tv dengan jelas. Noah dan Tamara saling

mengengam tangan masing –masing. Mereka saling pandang. “ Akhirnya Saga

mengakui perasaannya pada istrinya. Tama, walaupun aku agak kesal karena Helen

sudah menipuku selama ini. Tapi dia pasti sedang menangis sekarang.” Tama

menepuk tangan Noah.

“ Ini bukan salahmu sayang. Hubungi

dia nanti dan tanyakan kabarnya. Dia pasti sangat terluka sekarang, jangan

tingalkan dia sebagai teman.” Noah sangat berterimakasih memiliki wanita sebaik

Tamara di sampainya. Seseorang yang bisa memahami hubungan rumit antara

dirinya, Helen dan Saga. Saga, semoga kamu bahagia dengan pilihan hidupmu yang

sekarang gumam Noah dalam hati.

“ Kamu saja butuh waktu satu tahun

untuk melepaskan Helenkan.” Suara lembut Tamara.

“ Terimakasih sudah menemaniku.”

Lagi-lagi Tamara menepuk bahu Noah. Wanita ini seorang psikolog yang membantu

Noah keluar dari lembah keterpurukan. Setahun lalu mereka mulai melakukan

konsultasi secara berkesinambungan. Butuh waktu yang sangat lama sampai Noah

berhasil menuntaskan perasaannya dan membuka hatinya. Hingga akhirnya mereka

sepakat saling menguatkan sebagai sepasang kekasih. “ Aku akan menemui Helen

nanti.” Mereka kembali menatap tv sambil berpegangan tangan.

Keluarga Daniah tidak luput berada

di depan tv. Mereka menonton tanpa ada yang bicara. Orangtuan Daniah membisu

duduk berdampingan, tidak ada yang bicara sepatah katapun. Mereka sedang

membuat daftar kesalahan terburuk apa yang sudah pernah mereka lalukan. Risya

mengigit bibirnya penuh rasa iri. Bagaimana Daniah bisa begitu beruntung dalam

hidupnya. Begitu yang ia pikirkan. Andai dia yang menikah dengan tuan Saga.

Andai dia dulu yang harus berkorban. Mungkin hanya itu yang dilihatnya sekarang, dia mengesampingkan atau memang tidak tahu, bagaimana perjuangan Daniah bertahan selama ini. Sekali lagi di rumah ini hanya Raksa yang benar-benar merasa sangat bahagia dengan apa yang mereka lihat di tv saat ini.

Terimakasih Tuhan, sudah membuat kak Niah bahagia. Begitu sepanjang acara yang

terlintas di pikirannya. Yang ia ucapkan berulang dalam hatinya.

Sementara itu, jauh di tempat lain, seseorang yang tidak terlibat secara langsung, tapi pernah memiliki sejarah kelam dengan salah satu petinggi di Antarna Group,  di sebuah

toserba 24 jam seorang gadis sedang duduk sambil menatap tv yang terpasang di

toserba. Sorot mata keputusasan itu berubah menjadi kesal. “ Aaaaaa, aku

harusnya masih ada di stasiun tv itu sekarang.” Agak keras dia bicara sampai

wanita yang berdiri di belakang kasih meliriknya. Dia memalingkan wajah, meraih

cup mi yang sudah dia seduh. Yang sudah dia diamkan beberapa menit, karena waktunya tersita menatap tv.

Tuan Saga ada di stasuin tv,

sekarang dia pasti ada di sanakan. Iblis yang yang sudah menghancurkan hidupku.

Baiklah, baiklah, itu memang salahku. Hiks, hiks, aku yang tergoda dengan uang sampai

mempertaruhkan hidup dan pekerjaanku. Aku tidak mati saat itu sudah keburutanganku.

Dan aku mengakui karena kemurahan hatinya. Karena aku cuma serangga penggangu

yang akan mengotori sepatunya kalau dia menginjakku. Makanya dia melepaskanku.

“ Jahatnya dia dan bodohnya aku.”

Gadis itu hanya bisa mengutuki

dirinya. Kesalahan beberapa tahun lalu yang menghancurkan hidupnya. Saat ini

untuk bertahan hidup dia bekerja menjadi penulis online novel, di banyak

aplikasi penyedia jasa baca online. Selain itu juga bekerja part time di sebuah

gerai makanan cepat saji.

Cih, aku bahkan tidak bisa meluruskan

rambutku demi menghemat uang uantuk hidup. Dia merapikan rambutnya kebelakang

telinga. Melihat pantulan wajahnya di kaca toko. Sekali lagi melihat layar tv,

sambil mengigit bibirnya dengan kesal.

“ Tuan Saga memang tampan sekali,

tapi iblis jahat itu juga tampan si.”

Gadis itu mengusir apapun yang muncul dalam pikirannya, saat ini hidup seperti ini sudah lebih dari cukup baginya. setelah menggangu harimau, dia tidak mati itu sudah keberuntungan. Dia akan hidup dengan tenang dan tidak terlihat seperti biasanya. Setelah selesai dengan makanannya, dia menyeret kakinya keluar dari toserba. Kembali ke kontrakan sempit yang ia sewa untuk menulis novel dan hidup selama ini.

Mungkin sebentar lagi hidupmu akan berubah nona penulis ^_^

Kisah akan berlanjut....

selamat membaca