Chapter 141 Berfikir keras

Han sudah kembali ke ruangannya,

dia duduk sambil termenung.  Memikirkan

siapa penganti Leela. Dia sudah menuliskan beberapa nama di kertas. Tapi satu

persatu nama itu di coret, karena merasa posisi mereka saat ini masih terlalu

riskan untuk digantikan orang lain. Akhirnya dia meraih hp yang ada di atas

meja.

“ Berikan tiga nama yang kau

rekomendasikan untuk mengantikanmu menjaga nona. Kirim datanya ke email.”

Sepertinya Han mencari sedikit

jalan pintas melalui Leela.

Baiklah, kita tunggu apa yang bisa kau

berikan.

Beralih ke bulan madu 51%.

Lagi-lagi Han terlihat gusar memikirkan seberapa signifikannya satu persen itu

dimata Daniah, hingga ketukan pintu kaca membuatnya menoleh. Seorang staff

sekertaris sudah berdiri di luar pintu. Saat Han sudah mengerakan tangannya

memberi isyarat masuk staff itu membuka pintu perlahan.

“ Kenapa?” katanya tanpa berpaling

dari kertas di atas meja. Dia baru saja menuliskan beberapa tempat yang bisa

jadi destinasi bulan madu, tempat yang sekiranya populer di negara ini.

“ Maaf tuan, tuan Hariawan meminta

untuk bertemu dengan tuan Saga.” Sataff sekertaris berada di situasi yang

sangat tidak menyenangkan. Di satu sisi tamu laki-laki itu belum membuat janji,

tapi di lain pihak, dia adalah paman dari presdir Antarna sendiri. Membuatnya

mau tidak mau harus mengetuk pintu kaca di depannya ini.

“ Dimana dia?” Sudah menoleh dan

meletakan pena di tangannya ketika nama Hariawan di sebutkan. Berusaha

menerka-nerka, apa yang diinginkan laki-laki itu.

“ Sedang menunggu di ruang tunggu.”

Menjawab cepat.

“ Baiklah, sajikan teh untuknya.

Aku akan menemui tuan Saga.”

“ Baik tuan.” Staffnya sudah

berbalik dan memegang handle pintu. Langkahnya terhenti ketika Han kembali

bicara.

“ Tunggu!”

Gadis itu berbalik, mulai terlihat

kuatir dan menduga-duga apa yang diinginkan laki-laki di depannya ini. Dia

masih terlihat menatap kertas di depannya.

“ Kau sudah menikahkan?”

“ Ia tuan saya sudah menikah.”

Ada apa ini, kenapa dia bertanya

hal pribadi begini. Tuhan apa salahku. Apa aku kelamaan mengambil cuti, tapi

kenapa baru menanyakannya sekarang.

“ Kau pergi kemana waktu bulan

madu?”

Walaupun masih tidak mengerti tapi

yang di pahami dia harus menjawab dengan cepat.

“ Saya pergi ke negara XX”

Aaa, negara yang konon jadi negara

paling romantis dan cocok untuk berbulan madu itu ya. Memang kebanyakan orang

akan memilih pergi ke luar negri. Tapi nona memilih ingin pergi ke dalam negri saja.

“ Apa yang kau lakukan saat bulan

madu?” sekali lagi pertanyaan aneh keluar, Han tidak melihat sebinggung apa

wajah staff sekertarisnya sekarang. Karena dia malah memegang hpnya. Sedang

berkutat dengan mesin pencarian dengan kata kunci bulan madu.

“ Kami jalan-jalan dan belanja

tuan, selebihnya.” Tidak melanjutkan kalimatnya, binggung sendiri, apa benar

dia harus menjawab dengan jujur.

“ Apa?”  Staffnya terkejut karena ternyata

sekertaris Han masih menunggu jawabannya.

“ Selebihnya kami menghabiskan

waktu di dalam kamar.” Ntah kenapa jawabannya membuat dirinya malu sendiri.

Wajahnya hampir memerah karena binggung bercampur rasa malu. Lebih-lebih ketika

sekali lagi mendengar pertanyaan sekertaris Han.

“ Apa yang kamu lakukan di dalam

kamar?” saat beberapa saat tidak mendengar jawaban, akhirnya dia meletakan

hpnya dan menoleh. “ Jawab!” terkejut sendiri ketika melihat wajah staff

sekerarisnya, dan lebih terkejut lagi ketika dia mulai mencerna pertanyaan terakhirnya.

Sial! Kenapa aku masih bertanya apa

yang mereka lakukan.

“ Kenapa masih di sini? pergilah,

sajikan teh untuk tuan Hariawan.” Nada suara tegas Han, seperti menyalahkan. padahal jelas-jelas dia yang menahan staffnya tadi.

“ Eh baik tuan.”

Kenapa aku yang malu, seharusnya

diakan yang malu menanyakan hal begituan. Staff sekertaris itu mengerutu sendiri.

Apalagi ketika wajah datar sekertaris Han tidak berubah sampai akhir tadi.

Cih, mengutuki pertanyaan yang dia

lontarkan. Akukan tidak sepolos itu sampai bertanya apa yang dilakukan

pengantin baru di dalam kamar. Sial! Han memukul meja beberapa kali. Menghukum

kebodohannya sendiri.  Dia menyingkirkan

kertas-kertas di atas meja. Meremasnya menjadi bola bulat lalu melemparkannya

di tempat sampah.

Kita sudahi dulu bulan madu satu

persen itu, sekarang kenapa tuan Hariawan datang kemari. Tidak mungkin dia

hanya ingin memohon supaya bisa kembali ke ibu kota. Dia mengenal tuan Saga

sama baiknya denganku. Memohonpun akan sia-sia.

Suasana hati sekertaris Han

benar-benar sangat buruk saat dia meninggalkan ruangannya. Bahkan saat keluar

dari ruangan Presdir Antarna dia juga masih memasang wajah yang sama. Bahkan

saat melihat staff yang tadi dia tanyai tentang pertanyaan memalukan tentang

bulan madu, dia bahkan tidak memberikan reaksi apa-apa. Walaupun terlihat

staffnya masih merasa malu.

Han mengusir staff sekertarisnya yang

mengikutinya sampai keruang tunggu. Sementara laki-laki yang sedang duduk itu

berdiri saat melihat pintu terbuka. Terlihat gurat kecewa di matanya. Karena

hanya melihat Han seorang diri. Tidak ada yang muncul di belakangnya sampai dia

menutup pintu.

“ Tuan muda menitipkan salam untuk

anda tuan.” Han menundukan kepalanya sopan. Dia bisa melihat senyum kecewa

laki-laki di hadapannya.

“ Apa Saga tidak mau bertemu dengan

pamannya sendiri?” duduk lagi di sofa. Dengan membawa perasaan kecewa yang

tidak bisa dia tutupi baik dari raut wajah ataupun nada suaranya. Dia meraih

cangkir tehnya lagi, menghabiskan isinya.

“ Anda pasti paham, kalau tuan muda

tidak seperti itu tuan.  Apa anda mau

minum lagi, staff saya akan mengambilkan teh lagi.”

Hariawan memaksakan tersenyum. “

Tidak usah.”

“Anda bisa menyampaikan apapun

kepada saya. Saya akan menyampaikan secara langsung kepada tuan muda.” Menunggu

reaksi Hariawan, sekaligus berusaha menemukan niatan apa yang membawa laki-laki

ini datang dari luar kota kemari.

Hariawan adalah kakak kandung ibu

dari Saga Rahardian. Dia pria penuh wibawa yang cukup dekat dengan Saga.

Hubungan mereka terbilang cukup baik, sampai setahun lalu. Karena keserakahan

dirinya dia membuat kesalahan fatal yang sangat merugikan. Bukan hanya bagi

perusahaannya, tapi berdampak jauh lebih buruk dari itu. Sampai menimbulkan

korban jiwa. Cukup lama Han membereskan masalah dan kekacauan yang dibuat

laki-laki di hadapannya ini. Dan akhirnya tuan Saga memutuskan memberikan kesempatan

perusahannya untuk tetap berjalan dengan beberapa syarat. Bisa dibilang sebagai

hukuman.

“ Bukankah satu tahun sudah cukup?”

Hariawan memulai pembicaraannya. “ Selama satu tahun ini perusahaanku tidak

pernah melakukan kesalahan sekecil apapun dalam proyek-proyek yang kami

bangun.” Meyakinkan. Dia mengambil tas yang dia letakan di bawah dekat dengan

kakinya. “Lihatlah, ini bukti kami bekerja dengan sangat baik selama setahun

ini.” Dia membuka tasnya dan mengeluarkan dokumen-dokumen.

“ Bukan perkara satu tahun atau dua

tahun.” Han menghentikan tangan Hariawan yang ingin mengeluarkan semua isi tas.

“ Tuan Saga ingin perusahaan anda menyelesaikan lima puluh proyek kecil daerah

yang tidak melibatkan nyawa manusia. Kalau anda sudah menyelesaikan itu anda

bisa kembali ke ibu kota lagi tuan.” Han mengulang pesan yang diucapkan Saga

diruangannya tadi.

“ Dia benar-benar tidak berubah ya.

Masih sangat idealis dan keras kepala.” Berdecak, sekaligus tersenyum tipis. “Kecuali

berhubungan dengan kehidupan pribadinya. Aku menonton acaranya waktu itu. ”

Han mengeryit mendengarnya. Dia

mulai  menerka arah pembicaraan laki-laki

dihadapannya ini. Kedatangannya dengan membawa tas berisi proyek kesuksesan

perusahannya hanyalah alasan. Ada misi terselubung yang coba ia lakukan.

Apa ini berhubungan dengan nona Daniah?

“ Tuan.”

“ Han, dari semua orang, aku tahu

hanya kamu yang paling tahu bagaimana dan apa yang dipikirkan Saga. Apa

menurutmu Saga benar-benar menyukai istrinya seperti yang dia katakan live di

stasiun tv waktu itu.”

Sepertinya apa yang di duga Han

benar adanya.

“ Apa nyonya yang meminta anda

kemari?”

Wajah Hardiawan terlihat cukup

terkejut karena bisa dengan mudahnya Han menebak. Dia berusaha menutupi reaksi

spontannya dengan tertawa. Lalu menepuk tas yang ada di depannya.

“ Tidak, aku datang untuk memohon

kepada Saga supaya bisa kembali ke ibu kota.”

Huh!! Kalau seperti itu kenapa anda

malah penasaran dengan kehidupan pribadi tuan muda.

“ Tuan, berhentilah. Tuan muda

tidak pernah membenci anda secara pribadi. Dia masih mengormati anda sebagai

paman yang memang pantas untuk di hormati. Saya harap anda tidak membuat

penilaian tuan muda terhadap anda salah selama ini.”

“ Apa maksudmu?”

“ Berhentilah sampai di sini.

apapun yang nyonya rencanan sudah gagal. Tuan muda mencintai nona Daniah. Dan

saya akan menjaganya dengan nyawa saya, menjaga hubungan mereka.” Sorot mata

Han yang serius membuat Hariawan menurunkan tangannya.

Hariawan tahu, laki-laki dihadapannya

ini bisa melakukan apapun untuk Saga.

Bersambung