Han sudah kembali ke ruangannya,
dia duduk sambil termenung. Memikirkan
siapa penganti Leela. Dia sudah menuliskan beberapa nama di kertas. Tapi satu
persatu nama itu di coret, karena merasa posisi mereka saat ini masih terlalu
riskan untuk digantikan orang lain. Akhirnya dia meraih hp yang ada di atas
meja.
“ Berikan tiga nama yang kau
rekomendasikan untuk mengantikanmu menjaga nona. Kirim datanya ke email.”
Sepertinya Han mencari sedikit
jalan pintas melalui Leela.
Baiklah, kita tunggu apa yang bisa kau
berikan.
Beralih ke bulan madu 51%.
Lagi-lagi Han terlihat gusar memikirkan seberapa signifikannya satu persen itu
dimata Daniah, hingga ketukan pintu kaca membuatnya menoleh. Seorang staff
sekertaris sudah berdiri di luar pintu. Saat Han sudah mengerakan tangannya
memberi isyarat masuk staff itu membuka pintu perlahan.
“ Kenapa?” katanya tanpa berpaling
dari kertas di atas meja. Dia baru saja menuliskan beberapa tempat yang bisa
jadi destinasi bulan madu, tempat yang sekiranya populer di negara ini.
“ Maaf tuan, tuan Hariawan meminta
untuk bertemu dengan tuan Saga.” Sataff sekertaris berada di situasi yang
sangat tidak menyenangkan. Di satu sisi tamu laki-laki itu belum membuat janji,
tapi di lain pihak, dia adalah paman dari presdir Antarna sendiri. Membuatnya
mau tidak mau harus mengetuk pintu kaca di depannya ini.
“ Dimana dia?” Sudah menoleh dan
meletakan pena di tangannya ketika nama Hariawan di sebutkan. Berusaha
menerka-nerka, apa yang diinginkan laki-laki itu.
“ Sedang menunggu di ruang tunggu.”
Menjawab cepat.
“ Baiklah, sajikan teh untuknya.
Aku akan menemui tuan Saga.”
“ Baik tuan.” Staffnya sudah
berbalik dan memegang handle pintu. Langkahnya terhenti ketika Han kembali
bicara.
“ Tunggu!”
Gadis itu berbalik, mulai terlihat
kuatir dan menduga-duga apa yang diinginkan laki-laki di depannya ini. Dia
masih terlihat menatap kertas di depannya.
“ Kau sudah menikahkan?”
“ Ia tuan saya sudah menikah.”
Ada apa ini, kenapa dia bertanya
hal pribadi begini. Tuhan apa salahku. Apa aku kelamaan mengambil cuti, tapi
kenapa baru menanyakannya sekarang.
“ Kau pergi kemana waktu bulan
madu?”
Walaupun masih tidak mengerti tapi
yang di pahami dia harus menjawab dengan cepat.
“ Saya pergi ke negara XX”
Aaa, negara yang konon jadi negara
paling romantis dan cocok untuk berbulan madu itu ya. Memang kebanyakan orang
akan memilih pergi ke luar negri. Tapi nona memilih ingin pergi ke dalam negri saja.
“ Apa yang kau lakukan saat bulan
madu?” sekali lagi pertanyaan aneh keluar, Han tidak melihat sebinggung apa
wajah staff sekertarisnya sekarang. Karena dia malah memegang hpnya. Sedang
berkutat dengan mesin pencarian dengan kata kunci bulan madu.
“ Kami jalan-jalan dan belanja
tuan, selebihnya.” Tidak melanjutkan kalimatnya, binggung sendiri, apa benar
dia harus menjawab dengan jujur.
“ Apa?” Staffnya terkejut karena ternyata
sekertaris Han masih menunggu jawabannya.
“ Selebihnya kami menghabiskan
waktu di dalam kamar.” Ntah kenapa jawabannya membuat dirinya malu sendiri.
Wajahnya hampir memerah karena binggung bercampur rasa malu. Lebih-lebih ketika
sekali lagi mendengar pertanyaan sekertaris Han.
“ Apa yang kamu lakukan di dalam
kamar?” saat beberapa saat tidak mendengar jawaban, akhirnya dia meletakan
hpnya dan menoleh. “ Jawab!” terkejut sendiri ketika melihat wajah staff
sekerarisnya, dan lebih terkejut lagi ketika dia mulai mencerna pertanyaan terakhirnya.
Sial! Kenapa aku masih bertanya apa
yang mereka lakukan.
“ Kenapa masih di sini? pergilah,
sajikan teh untuk tuan Hariawan.” Nada suara tegas Han, seperti menyalahkan. padahal jelas-jelas dia yang menahan staffnya tadi.
“ Eh baik tuan.”
Kenapa aku yang malu, seharusnya
diakan yang malu menanyakan hal begituan. Staff sekertaris itu mengerutu sendiri.
Apalagi ketika wajah datar sekertaris Han tidak berubah sampai akhir tadi.
Cih, mengutuki pertanyaan yang dia
lontarkan. Akukan tidak sepolos itu sampai bertanya apa yang dilakukan
pengantin baru di dalam kamar. Sial! Han memukul meja beberapa kali. Menghukum
kebodohannya sendiri. Dia menyingkirkan
kertas-kertas di atas meja. Meremasnya menjadi bola bulat lalu melemparkannya
di tempat sampah.
Kita sudahi dulu bulan madu satu
persen itu, sekarang kenapa tuan Hariawan datang kemari. Tidak mungkin dia
hanya ingin memohon supaya bisa kembali ke ibu kota. Dia mengenal tuan Saga
sama baiknya denganku. Memohonpun akan sia-sia.
Suasana hati sekertaris Han
benar-benar sangat buruk saat dia meninggalkan ruangannya. Bahkan saat keluar
dari ruangan Presdir Antarna dia juga masih memasang wajah yang sama. Bahkan
saat melihat staff yang tadi dia tanyai tentang pertanyaan memalukan tentang
bulan madu, dia bahkan tidak memberikan reaksi apa-apa. Walaupun terlihat
staffnya masih merasa malu.
Han mengusir staff sekertarisnya yang
mengikutinya sampai keruang tunggu. Sementara laki-laki yang sedang duduk itu
berdiri saat melihat pintu terbuka. Terlihat gurat kecewa di matanya. Karena
hanya melihat Han seorang diri. Tidak ada yang muncul di belakangnya sampai dia
menutup pintu.
“ Tuan muda menitipkan salam untuk
anda tuan.” Han menundukan kepalanya sopan. Dia bisa melihat senyum kecewa
laki-laki di hadapannya.
“ Apa Saga tidak mau bertemu dengan
pamannya sendiri?” duduk lagi di sofa. Dengan membawa perasaan kecewa yang
tidak bisa dia tutupi baik dari raut wajah ataupun nada suaranya. Dia meraih
cangkir tehnya lagi, menghabiskan isinya.
“ Anda pasti paham, kalau tuan muda
tidak seperti itu tuan. Apa anda mau
minum lagi, staff saya akan mengambilkan teh lagi.”
Hariawan memaksakan tersenyum. “
Tidak usah.”
“Anda bisa menyampaikan apapun
kepada saya. Saya akan menyampaikan secara langsung kepada tuan muda.” Menunggu
reaksi Hariawan, sekaligus berusaha menemukan niatan apa yang membawa laki-laki
ini datang dari luar kota kemari.
Hariawan adalah kakak kandung ibu
dari Saga Rahardian. Dia pria penuh wibawa yang cukup dekat dengan Saga.
Hubungan mereka terbilang cukup baik, sampai setahun lalu. Karena keserakahan
dirinya dia membuat kesalahan fatal yang sangat merugikan. Bukan hanya bagi
perusahaannya, tapi berdampak jauh lebih buruk dari itu. Sampai menimbulkan
korban jiwa. Cukup lama Han membereskan masalah dan kekacauan yang dibuat
laki-laki di hadapannya ini. Dan akhirnya tuan Saga memutuskan memberikan kesempatan
perusahannya untuk tetap berjalan dengan beberapa syarat. Bisa dibilang sebagai
hukuman.
“ Bukankah satu tahun sudah cukup?”
Hariawan memulai pembicaraannya. “ Selama satu tahun ini perusahaanku tidak
pernah melakukan kesalahan sekecil apapun dalam proyek-proyek yang kami
bangun.” Meyakinkan. Dia mengambil tas yang dia letakan di bawah dekat dengan
kakinya. “Lihatlah, ini bukti kami bekerja dengan sangat baik selama setahun
ini.” Dia membuka tasnya dan mengeluarkan dokumen-dokumen.
“ Bukan perkara satu tahun atau dua
tahun.” Han menghentikan tangan Hariawan yang ingin mengeluarkan semua isi tas.
“ Tuan Saga ingin perusahaan anda menyelesaikan lima puluh proyek kecil daerah
yang tidak melibatkan nyawa manusia. Kalau anda sudah menyelesaikan itu anda
bisa kembali ke ibu kota lagi tuan.” Han mengulang pesan yang diucapkan Saga
diruangannya tadi.
“ Dia benar-benar tidak berubah ya.
Masih sangat idealis dan keras kepala.” Berdecak, sekaligus tersenyum tipis. “Kecuali
berhubungan dengan kehidupan pribadinya. Aku menonton acaranya waktu itu. ”
Han mengeryit mendengarnya. Dia
mulai menerka arah pembicaraan laki-laki
dihadapannya ini. Kedatangannya dengan membawa tas berisi proyek kesuksesan
perusahannya hanyalah alasan. Ada misi terselubung yang coba ia lakukan.
Apa ini berhubungan dengan nona Daniah?
“ Tuan.”
“ Han, dari semua orang, aku tahu
hanya kamu yang paling tahu bagaimana dan apa yang dipikirkan Saga. Apa
menurutmu Saga benar-benar menyukai istrinya seperti yang dia katakan live di
stasiun tv waktu itu.”
Sepertinya apa yang di duga Han
benar adanya.
“ Apa nyonya yang meminta anda
kemari?”
Wajah Hardiawan terlihat cukup
terkejut karena bisa dengan mudahnya Han menebak. Dia berusaha menutupi reaksi
spontannya dengan tertawa. Lalu menepuk tas yang ada di depannya.
“ Tidak, aku datang untuk memohon
kepada Saga supaya bisa kembali ke ibu kota.”
Huh!! Kalau seperti itu kenapa anda
malah penasaran dengan kehidupan pribadi tuan muda.
“ Tuan, berhentilah. Tuan muda
tidak pernah membenci anda secara pribadi. Dia masih mengormati anda sebagai
paman yang memang pantas untuk di hormati. Saya harap anda tidak membuat
penilaian tuan muda terhadap anda salah selama ini.”
“ Apa maksudmu?”
“ Berhentilah sampai di sini.
apapun yang nyonya rencanan sudah gagal. Tuan muda mencintai nona Daniah. Dan
saya akan menjaganya dengan nyawa saya, menjaga hubungan mereka.” Sorot mata
Han yang serius membuat Hariawan menurunkan tangannya.
Hariawan tahu, laki-laki dihadapannya
ini bisa melakukan apapun untuk Saga.
Bersambung