Chapter 197 Kejutan Pagi

Pagi yang mengetarkan kamar utama. Suasana

yang hening tiba-tiba terguncang oleh teriakan Daniah dari kamar mandi.

“ Aaaaaaaa” Daniah berteriak saat

mematung di depan cermin, melihat pantulan dirinya. Bayangan tubuh polosnya

yang tervisualisasi dengan sempurna di dalam cermin. Secepat teriakannya,

secepat itu pula, jegrek, suara pintu terbuka terdengar dengar keras. Saga

muncul membawa wajah paniknya, sambil melihat sekeliling. Lalu mendekat segera

ke arah Daniah.

“ Kenapa?” Daniah langsung

menyambar handuk di gantungan. Terkejut melihat Saga yang muncul tiba-tiba. Padahal tadi laki-laki itu masih terlelap saat dia masuk ke kamar mandi. “

Kenapa berteriak? Apa sesuatu terjadi. Kau tidak apa-apa?” Yang ditanya mundur

ke belakang. Memperbaiki penampilan dirinya. Perlahan dia memakai piyama

mandinya. Melihat wajah panik Daniah, Saga mulai tergelak. Menyadari alasan

teriakan istrinya.

“ Kenapa?” Tertawa sambil menarik

ujung handuk yang di pakai Daniah. “Mau lihat semerah apa wajahmu sekarang?”

tangan nakalnya sudah menarik tali pengikat handuk mandi milik istrinya. Semakin

menikmati wajah panik Daniah.

“ Kau melakukan apa semalam sayang.”

Daniah menepis pelan tangan Saga.

“ Apa? aku tidur.” Dengan jawaban

polos tidak tahu malu.

“ Lalu ini apa?” Daniah menarik

handuk menunjukan lehernya. “Ini lagi, ini apa?” Tanpa sadar membuka handuknya,

menunjukan tanda bukti yang tadi di tutupi dengan susah payah. Dia bahkan tidak

merasa malu karena melakukannya dengan refleks. Tadinya ingin menangkap basah pencuri, tapi malah dia yang wajahnya merah padam.

“ Wahhh. Kau sedang menggodaku

sekarang.”  Daniah tersadar dengan apa

yang ia lakukan. Langsung terbelalak matanya.  Secepatnya dia merapikan piyama handuk. Mengikat

tali pinggang dengan kencang. “ Niah.” Sambil tersenyum penuh makna.

“ Tidak,” Mundur kebelakang. “Aku

tidak mengodamu sayang, aku hanya menunjukan tanda bukti kejahatanmu.”

“ Haha, apa kejahatan.” Saga

tertawa mendengar istilah yang dipakai Daniah. “ Sejak kapan mencintai istri

sendiri di sebut kejahatan.” Meraih dagu Daniah dan dengan cepat sudah merasai bibir merah

itu. Dalam, semakin dalam. Tubuh mereka sudah membentur cermin.

“ Hemmm.” Memberontak, takut Saga

tidak bisa menahan dirinya. Tapi tentu sia-sia. Kedua tangannya sudah ditarik ke atas, bahkan laki-laki ini hanya perlu satu tangan. Dan Tangan satunya sudah merajai ntah bagian tubuh yang mana.

Aku belum selesai datang bulan tuan

muda! Aku juga belum mandi! Jangan cium-cium!

Akhirnya mereka mandi bersama.

Daniah duduk di dalam bak mandi, sementara Saga membasuh tubuhnya perlahan. Guyuran

air hangat membasahi tubuh Daniah. Dibumbui dengan ciuman di sana sini.

“ Niah.” Pelan mengambil spon, mengosok setiap bagian tubuh Daniah dengan busa berlimpah.

“ Ia.”

“ Kau ingat saat pertama kali kita mandi bersama?"

Ingatan Daniah langsung berlarian

di awal-awal pernikahan mereka. Saat tidak tahu malunya Saga melepaskan pakaian

dan masuk ke dalam kamar mandi. Saat itu dengan wajah merah dan malu dia bahkan

harus membasuh kepala Saga.

Memang itu bisa di sebut mandi bersama!

Kau yang tidak tahu malu mengotori mata polosku.

“ Tidak, aku tidak ingat.” Wajahnya

sudah merah padam karena malu mengingat kejadian itu. Untung saja Saga ada di belakang punggungnya jadi tidak melihat mimik wajahnya yang sekarang.

“ Kau menyumpahi aku apa saat

mencuci rambutku.” mulai membasuhkan air dari kepala, mengusir busa agar berlarian turun.

Haha, kau tahu ya kalau aku

membencimu saat itu. Aku tidak mau bilang, kau akan tetap murka walaupun

pristiwa itu sudah lama berlalukan. Dasar pendendam.

“ Sayang aku tidak menyumpahimu

kok. Sumpah!”

Saga tertawa mendengar kata-kata

Daniah. Dia menghentikan tangannya lalu meraih pipi Daniah. Menciumnya lembut.

“ Kau tidak penasaran apa yang kupikirkan

saat itu?” Tersenyum, tapi senyum jahat yang muncul. Membuat Daniah kehilangan rasa penasaran yang muncul tadi.

Tidak sama sekali, jangan katakan!

Daniah mengeleng. “ Aku bahagia

sekarang sayang.” Sejujurnya Daniah penasaran, tapi dia benar-benar belum

berani menengok waktu yang lalu dan hanya menjadikannya sekedar kenangan

semata. Awal-awal pernikahannya akan selalu menjadi mimpi buruk baginya. Dia

berharap dengan menguburnya rapat dan tidak pernah mengungkitnya akan jauh

lebih baik.

Ya, saat itu aku hanya senang saja

melihat wajah pucatmu. Pikiran Saga juga kembali saat itu. Kau yang membenciku tapi bisa setegar itu tersenyum ntah kenapa terlihat mulai mengemaskan.

" Niah." Sudah memakai piyama Handuk sambil keluar dari kamar mandi. Bercermin diruang ganti baju. Saga memeluk tubuh Daniah dari belakang saat gadis itu mengambil pakaiannya.

" Ia sayang. Lepaskan dulu, aku mau mengambil bajumu." Saga malah menjatuhkan kepalanya di bahu Daniah, mencium leher gadis itu. " Hentikan, jangan mengganguku."

" Semalam, kau bilang mau punya anak sepuluh dariku lho."

" Apa!"

Apa! sudah gila ya, kapan aku mengatakannya.

Saga tertawa mengingat apa yang dia lakukan semalam.

" Sayang kapan aku mengatakannya."

" Semalam."

" Bohong! aku bahkan tidak melihatmu pulang semalam."

" Benar, kau sampai merengek mengatakannya. Pokoknya anak sepuluh."

Aaaaa, gila ya.

Daniah meraba lehernya, semua bekas tanda merah ini. Tidak! apa dia sampai segila itu semalam. Mulai malu, kalau benar-benar secara tidak sadar dia melakukan hal gila saat tidur.

Kalian sedang apa si?

Sofia menelan ludah sendiri melihat kak Saga menempel pada kakak ipar sepanjang menuruni tangga, bahkan dia sampai mengeser kursi yang dipakai Daniah untuk mendekat ke arahnya. Sofi melihat wajah ibu yang terlihat sangat jengah.

Jangan bilang kak Saga sedang pamer kemesraan?

Amera sendiri tidak terlalu terusik. Bagaimanapun rasa sayangnya pada Saga memang hanya sebatas rasa sayang adik pada kakaknya. Ibu yang sudah meracuninya dengan banyak hal sepertinya sudah menguap karena pembicaraanya dengan jen dan Sofi semalam. Dia malah terlihat melirik pintu keluar beberapa kali. Menunggu seseorang muncul dari sana.

" Saga, Amera akan memasukan pengajuan pekerjaan secara resmi ke perusahaan. Tidak apa-apakan?"

" Lakukan saja kalau dia mau." Menyuapi Daniah dengan sendok miliknya, tanpa melihat Amera ataupun ibu.

Ya Tuhan kak Saga kenapa jadi kekanak-kanakan begini si, Haze bahkan kalah jauh darimu.

Sampai sarapan selesai kedua anak manusia di depan Sofi seperti pemilik bumi, tidak perduli dengan penghuni yang lainnya. Hanya pamer kemesraan.

Aaaaaaa, tapi kenapa hanya aku saja si yang sadar kalau mereka sedang pamer kemesraan!

bersambung