Chapter 203 Rahasia Aran (Part 1)

Merubah posisi tidurannya di sofa.

Tv menyala, tapi karena jarangnya menonton jadi tidak tahu apa yang harus di

lihat dan dinikmati. Tapi, tetap saja dibiarkannya benda itu hidup, mengusir

sepi. Masih terkurung di dalam rumah. Belum boleh beraktifitas normal. Tapi

sepertinya ini akan jadi hari terakhir, karena semua keluhan datang bulan sudah

lewat dan hanya tinggal beberapa titik noda saja yang keluar.

Akhirnya besok aku bebas!

Bebas kepalamu! Huh! Sepertinya

makna kebebasan makin lama di era sekarang makin di persempit. Tapi

terserahlah, pikir Daniah yang penting dia bisa keluar rumah dan kembali

bekerja. Terserah, mau diawasi Aran selama di luar rumah bukan menjadi perkara

penting lagi. Toh sebelumnya dia bisa bersama Leela. Jadwal kunjungan ke dokter

juga sudah keluar.

Baiklah, lakukan semuanya dengan

senang Daniah. Terima yang sudah menjadi garis nasibmu. Menjadi istri tuan Saga

dengan segala kerumitannya itu.

Daniah menjatuhkan tubuhnya ke atas

bantal, menarik bantal sampai menyangga kepalanya. Seraut wajah tuan Saga

muncul di pelupuk matanya. “ Bagaimana caranya aku bisa hidup dengan normal

sebagai istrinya ya?” memikirkan trik khusus agar kedepannya Saga bisa bersikap

layaknya manusia normal. Tidak, cukup menjadi suami normal seperti kebanyakan

suami lainnya.

Hemmm. Berfikir keras, akhirnya Cuma

mendesah.

Tapi dia tuan Saga! Dilihat dari

semua hal memang dia sudah di luar standar normal manusia biasanya.

Daniah teringat Raksa semalam. Upayanya untuk tidak mempertemukan Raksa dengan ibu sepertinya gagal. Ajakan makan malam Saga membuat mereka mau tidak mau bertemu di meja makan.

Hah! Semoga semalam Raksa tidak

melihat bagaimana sikap ibu padaku. Dan Rukoku apa yang terjadi selama aku

tidak pernah datang.

“ Tuan Saga mengirim dua staff ahli

ke ruko mbak. Mereka membantu kami dengan baik.” Begitu laporan Tika, walaupun

Daniah tidak paham maksudnya tapi sepertinya semua berjalan dengan normal.

Tidak ada kendala berarti yang dilaporkan Tika. Grup chat toko juga cukup

tenang.

Tapi ngomog-ngomong apa yang

dilakukan dua orang staf ahli di rukoku, Tika bahkan sampai menyebutnya staff

ahli.

Saat Daniah menanyakan pada Saga

semalam sebelum tidur, dia hanya menjawab Hemm, mana kutahu yang mereka

lakukan. Mungkin membantu karyawanmu melipat baju.

Ah sudahlah, percuma bicara

padanya. Aku akan melihat langsung besok.

Setelah benar-benar jenuh

bergulingan di sofa Daniah keluar dari kamar. Sepi menyergap. Semua orang

pergi, bahkan Amera juga. Dia megatakan akan memperjuangkan  mimpi dan cita-citanya.

Mimpinya bukan untuk menjadi istri

sekertaris Han kan. Membayangkan saja sudah ngeri kalau gadis itu dengan tidak

tahu malu muncul di antarna Group untuk mengaku sebagai kekasih Han.

Dan akhirnya Daniah membawa langkah

kakinya menuju rumah belakang. Mencari Aran, gadis itu sama menggangurnya

seperti dirinya. Karena pekerjaan utamanya adalah menjadi asisten pribadinya..

“ Nona ada apa kenapa sampai

kemari?” Maya yang tadi di teriaki saat sedang membereskan pekerjaannya

langsung berlari menuju ruang tamu rumah belakang. Beberapa pelayan tampak

canggung saat Daniah berdiri di sana dengan wajah ramahnya. Walaupun terlihat

ramah namun bagi beberapa pelayan menjaga jarak dengan nona mudanya adalah hal

paling baik yang bisa dilakukan untuk meminimalisir melakukan kesalahan.

“ Haha, maaf ya aku menggangu

kalian bekerja.”

“ Tidak apa-apa nona, apa yang bisa

kami bantu.”

“ Aku hanya sedang bosan jadi main

kemari. Tapi kalian sedang sibuk ya.” Beberapa pelayan menggangukan kepala lalu

undur diri untuk kembali bekerja. Menjauhi masalah tepatnya.

Ia si, inikan masih jam kerja

mereka. Cuma akukan pengganguran di rumah ini.

“ Apa nona mau saya panggilkan

Aran. Dia sepertinya masih ada di kamarnya.”

Wajah penuh semangat Daniah muncul.

Tujuannya kemari memang sebenarnya mencari gadis itu.

“ Dimana kamar Aran, biar aku

kesana?”

Semua saling pandang, ingin menolak

tapi tidak berani. Lebih baik Aran yang keluar dari kamar dan mengikuti nona ke rumah utama pikiran mereka bersamaan. Tapi sepertinya Daniah bersikeras untuk mendatangi kamar Aran. Akhirnya Maya yang berinisiatif mengantarkan Daniah ke kamar

Aran yang ada di lantai dua.

“ Aran membantu beberapa pekerjaan

pagi, tapi kalau dia sudah selesai dia lebih sering di kamarnya nona.” Maya

memberi penjelasan sambil mensejajari langkah kaki Daniah di sampingnya.

“ Memang apa yang dikerjakan dia di

kamar?”

“ Katanya dia penulis novel

online.”

Haaaaa, benarkah?

Sampailah di sebuah pintu. Deretan

kamar yang berjajar. Serasa ada di bilik kos-kosan mahasiswa saja. Tertulis

nama Aran di pintu masuk.

“ Terimakasih ya maya.”

“ Saya panggilkan Aran nona.” sudah mau mengetuk pintu.

“ Tidak usah, biar aku masuk

sendiri. Kembalilah bekerja, maaf sudah merepotkanmu ya.” Menepuk bahu Maya pelan.

“ Tidak nona, nona bisa menyuruh

saya melakukan apapun yang nona mau.””

Untuk itulah aku di gaji tiga kali

lipat di rumah ini.

Daniah membuka pintu pelan. Saat Maya sudah meninggalkannya. Pintu berderik kecil namun sepertinya tidak mempengaruhi Aran karena gadis itu tidak

muncul. Mata Daniah berkeliling mencari. Kosong. Terdengar suara kran air dari

kamar mandi.

“ Ternyata dia sedang mandi ya.”

Daniah benar-benar masuk setelah mengatakan permisi dengan suara pelan. Melihat

seluruh isi ruangan. Sepertinya nyaman sekali gumamnya.

Wahhh, kamar para pelayan di sini

saja kelasnya berbeda ketimbang bibi pengasuh di rumah.

Pandangan Daniah menangkap sesuatu

yang menarik di atas meja. Layar laptop yang tidak dimatikan. Gambar screen saver membuat matanya terbelalak dari kejauhan.

“ Bukankah itu sekertaris Han.”

Langsung mendekat secepat kilat dan refleks duduk di kursi. Bersamaan itu Aran

muncul dari kamar mandi.

“ Nona!” terkejut setemgah mati,

lebih terkejut ketika melihar tangan nona Daniah sudah menyentuh mouse dan

melihat layar laptopnya dengan penuh tanda tanya.

Habislah aku tidak mematikan

laptop.

“ Aran, bukannya ini sekertaris

Han.”

Matilah aku

Daniah tidak berhenti berdecak kagum. Bahkan sampai beberapa kali bertepuk tangan karena antusiasnya mendengar cerita Aran. Saat dia menjelaskan satu persatu foto sekertaris Han yang ada di layar laptopnya. Mulut Daniah terbuka lebar beberapa kali. sudah seperti mendengar dongeng yang menarik. Alur yang di ceritakan Aran dengan teratur seperti membaca novel.

" Hebat! hebat!"

Aran mengeryitkan matanya beberapa kali melihat reaksi Daniah.

Kenapa nona sebahagia itu si, seperti habis mengetahui rahasia terbesar bumi saja.

" Wahhh aku tidak menyangka kalau reporter yang berhasil mengelabui sekertaris Han itu perempuan. aku pikir tadinya pasti laki-laki keren yang pemberani. Seperti di film-film detektif itu." Daniah meraih tangan Aran cepat. "Ajari aku Aran." semangat sambil mengoyangkan tangan Aran beberapa kali.

Ajari apa nona!

" Ajari aku bagaimana kamu bisa mengelabui sekertaris Han."

Deg, wajah Aran berubah pias. Mengelabui sekertaris Han adalah kesalahan terbesar yang sampai hari ini akan selalu menjadi penyesalan seumur hidupnya.

" Katakan, apa yang kamu lakukan sampai Han tidak tahu kamu buntuti."

Bagaimana ini? apa aku akan benar-benar mati kali ini ditangan harimau gila itu. Kalau aku menjawab nona habislah aku. Tapi kalau aku tidak menjawab, Haaaa, kenapa wajahnya sesenang ini si.

Bersambung