Apa Cuma aku yang merasakan suasana
canggung ini! Rasanya Aran ingin berteriak di kursinya. Dia bergeser. Bergerak,
miring ke kanan menampar kaca. Bosan hanya melihat benda berlarian dengan cepat di luar sana. Beralih melihat ke arah kiri, wajah tanpa
ekspresi yang sebenarnya senang saja kalau mau ia pandangi. Toh, terkadang
kalau sedang kehabisan ide menulis dia bisa memandang wajah itu di layar
laptopnya bukan lagi dalam hitungan durasi menit. Sudah sampai hitungan jam lamanya.
Tapi dia sudah ketahuan melirik lama tadi, dan sudah mendapat peringatan dari
pemilik wajah yang ia pandangi.
Kenapa aku harus ikut mobil ini
juga si!
Mobil nona Daniah di bawa oleh tim
keamanan Antarna Group. Sementara Daniah hanya angkat bahu ketika ditanya tadi
dan hanya mengatakan mengatakan kalau tuan Saga akan mengantar sampai ke ruko. Membuat Aran mau tidak mau harus duduk di kursi depan.
Memang kita mau kemana? Ini bukan
jalan kembali ke ruko.
Mengenali jalanan yang dilalui. Akhirnya memilih menoleh ke samping kiri, mendapati
wajah Han yang masih dengan tenangnya mengemudi. Tidak terusik sama sekali
dengan keberadaan Aran atau polusi suara yang bersumber dari kursi belakang. Seperti telinganya menyaring dengan sendirinya.
Untuk pertama kalinya aku ingin
jadi batu.
Walaupun sudah melihat secara
langsung bagaimana perubahan sikap tuan Saga saat berada bersama nona, tapi Aran
tetap saja selalu terkejut dan belum
bisa menyesuaikan hati dengan baik. Tuan Saga benar-benar seperti dua pribadi
yang sangat berbeda seperti yang di ketahui orang dan media. Jika dia bersama nona
Daniah, dia seperti bocah laki-laki kasmaran yang baru pertama mengenal cinta. Mengemaskan untuk dilihat.
“ Sayang hentikan!” terdengar suara
tepisan tangan. Jantung Aran yang berdegub. Ingin menoleh. Tapi kepalanya kaku
dan tidak punya keberanian. “ Ntah kenapa, perasaanku jauh lebih tenang setelah mendengar penjelasan dokter tadi.” Suara Daniah. Daniah
berhasil menahan tangan Saga untuk berhenti beraktivitas semaunya. Dia bersandar di dada
Saga sekarang. Sementara laki-laki itu mulai menciumi kepala istrinya. Melakukan ritual yang hanya dia yang tau, asiknya dimana.
“ Memang apa yang kamu kuatirkan.
Tentu saja semua baik-baik saja. ” Sambil di belainya lembut ujung rambut
Daniah. Meyakinkan. " Semua baik-baik saja."
Mereka akan kehilangan pekerjaan kalau sampai membuatmu kuatir.
Pemeriksaan menunjukan hasil yang positif. Program kehamilan yang sedang dijalani Daniah dengan pola makan teratur dan menu yang dijaga dengan ketat ikut membantu pemulihan hormon. Baik Saga ataupun Daniah terlihat lega ketika mendengarkan penjelasan dokter.
“ Bagaimana kalau kita mulai malam ini.”
“ Apa?”
“ Apalagi.” Saga tertawa sambil
terus menggangu istrinya. Membisikan rencana ke depan. Bahkan ide gila bulan madu musim ke dua sampai terucap. Daniah buru-buru menutup mulut Saga. Bisa panjang kemana semua urusan kalau sampai ia mengatakan keinginannya itu pada Han.
" Hentikan sayang!"
Aaaaaa, polusi suara! Tuan Han, apa
kau mendengar ini setiap hari. Bagaimana kau bisa tidak iri si. Aku saja iri
setengah mati.
“ Tuan Han.” Aran setengah berbisik.
Menarik ujung jas yang di pakai Han“ Tuan.” wajahnya penuh harap.
Bicaralah padaku! Kumohon, untuk mengalihkan pikiran dan hatiku.
Hati dan pikiran Aran sedang membayangkan jauh ke depan, bagaimana kalau dia berhasil menaklukan hati Han. Dan sekarang dia ada di posisi nona. sudah seperti menulis novel, bahkan adegan tidak masuk akal muncul di kepalanya. Yang langsung ia tertawai dengan keras.
Aaaaaa, membayangkan saja membuatku malu. Bagaimana aku bisa kepikiran sejauh itu si.
" Tuan" Berusaha menyadarkan diri. Menarik lagi ujung jas Han. Masih bicara dengan suara setengah berbisik, sambil mendekatkan kepala ke arah Han.
“ Hemm.” Menoleh sekilas sambil
melihat tangan Aran. Seperti berkata. Apa yang kau lakukan dengan tanganmu.
Tapi yang di pandang tidak perduli. Dia tidak melepaskan tangan itu sebelum perhatian Han tertuju padanya. Walaupun matanya tetap fokus menatap jalanan. " Kenapa?" Akhirnya bertanya juga.
“ Saya mencuci rambut saya setiap
hari.” Tertawa pelan di balik tangan. Menjawab sorot mata Han yang sedikit berkedut. Aran hanya berharap dengan bicara bisa
meredam suara dari kursi belakang yang membuat hatinya berdegub kencang sedari
tadi. Jadi dia bicara sesukanya.
“ Kau sudah gila ya?” mendengar kata-kata Aran, sama sekali
tidak terpancing untuk menanggapi. Tapi tangannya mengetuk kemudi pelan. Bergetar.
Aku pasti sudah gila, setelah
mendengar dia mengatakan itu aku benar-benar ingin menyentuh rambutnya.
Mencengkram kemudi kuat. Bahkan sampai di tempat tujuan di kepala Han masih terselip
perkataan Aran tentang rambutnya. Aran keluar dari mobil terlebih dahulu ketika mobil
sudah memasuki area parkir. Area pertokoan dan butik barang-barang branded
kelas dunia ada di tempat ini.
“ Kenapa ke sini sayang?” Daniah keluar dari mobil. Menatap takjub tempat yang
mereka datangi. Seumur hidup dia hanya melihat tempat ini di internet melalui
foto. Terkadang diapun mengintip model-model pakaian yang dijual hanya sekedar
pembanding dengan tren yang berkembang. “ Sayang, kamu tidak akan bilang kalau
aku harus memindahkan tokoku di sinikan?” Tiba-tiba pikiran itu muncul begitu
saja. Suami yang maunya susah di prediksi ini terkadang menakutkan.
“ Kau mau? Han akan mengurusnya.”
Dengan entengnya, seperti menawari camilan.
“ Haha, tidak sayang.” Meraih
tangan Saga. “ Aku hanya bercanda sekertaris Han.” Menoleh pada Han serius.
Karena terlihat Han menanggapi kata-kata Saga. “ Kita mau apa kemari?”
Baiklah, ganti pertanyaannya.
Pakaian yang aku jual di tokoku saja harganya mungkin hanya sebanding dengan
tas belanja di toko-toko ini.
“ Mencari pakaian untukmu.” Daniah
mengikuti langkah kaki Saga.
Buat apa? akukan tidak mau beli baju.
Katanya aku bisa kembali ke ruko sebentar sebelum pulang.
“ Memang mau buat apa?” Sudah
berada di depan sebuah toko yang nama brandnya tertulis jelas di depan pintu. “
Sayang, baju di lemari saja banyak yang belum aku pakai.”
Bahkan ada baju yang sama sekali
belum pernah aku pakai. Lagi pula kau hanya paling senang kalau aku pakai baju
tidurkan!
Geram sendiri Daniah. Baju tidur
dengan berbagai model terbaru bahkan selalu ada di lemari bajunya. Bagaimana
sekertarismu itu bisa tahu model keluaran terbaru secepat itu. Daniah tidak
membayangkan kalau Han yang harus membelinya langsung.
“ Besok tuan Noah akan menikah nona,
jadi nona dan tuan muda akan memilih pakaian.” Han menjawab pertanyaan Daniah
sambil membuka pintu toko. Mempersilahkan masuk.
“ Noah.” Wajah kaget Daniah “
Maksudnya Noah kita?”
Apa akhirnya Noah menikah dengan
Helen. Spekulasi yang muncul dengan sendirinya. Tapi pikiran Daniah buyar saat
melihat wajah kesal Saga. Saga meraih dagu Daniah demi mendengar kata-kata yang
barusan terucap secara spontan itu.
“ Apa kamu bilang? Noah kita!”
Daniah mengigit bibirnya. Menyesali yang ia ucapkan. Tapi kemudian dia sudah tertawa mengusir kesal Saga “ Sejak kapan dia jadi Noahmu hah!” Urusan
jadi panjang. Walaupun mereka sudah masuk ke dalam toko. Saga tidak perduli
keadaan sekitar, menunggu penjelasan.
“ Haha, bukan begitu sayang.
Maksudnya noah yang kita kenal.” Satu kecupan di bibir melumerkan suasana.
Malu!
Saat melihat semua menatap mereka, antara
kuatir dan kaget. Para penjaga toko yang terkejut, kenapa tiba-tiba disuguhi ciuman singkat pasangan fonomenal. Bahkan mereka sudah sangat penasaran akan sosok Daniah saat sekertaris Han menghubungi untuk menstrerilkan toko karena Tuan Saga akan memilih pakaian. Dan sekarang langsung di suguhi dengan adegan semacam ini.
Sementara Han hanya mengelengkan kepala. Berdecak.
Ternyata anda belum pintar juga nona. Bisa-bisanya menyebut nama laki-laki lain di depan tuan muda. Han.
Benarkah itu Daniah istri yang dicintai tuan Saga?
Kenapa dia mencium tuan Saga di depan kita?
Apa dia mau pamer kalau dia istri tuan Saga?
Aaaaaa, aku dimana?
Isi kepala para karyawan toko.
" Sayang bukan begitu."
" Cih, dia bahkan pernah memanggilmu matahariku."
" Kamukan tahu Noah suka bercanda."
" Tapi kau memanggilnya Noah kitakan barusan." Bau cemburu belum memudar. "Padahal kau Niahku seorang."
" Ia, ia aku Niahmu. Hanya Niahmu."
Terus saja, teruskan saja pertengkaran kalian! Han tahu harus melakukan apa. Meninggalkan mereka berdua.
Pertengkaran kecil mereka malah membuat semua orang iri mendengarnya.
Bersambung