Chapter 225 Memilih Baju (Part 2)

Aran berusaha menguasai rasa kesalnya. Menatap punggung laki-laki yang seperti tidak habis menorehkan luka. Padahal hatinya sudah tergores dan teriris tadi. Dia sedang bicara dengan tuan Saga. Aran berjalan cepat mendekat. Untuk merapikan pakaian yang sudah di coba Daniah.

“ Nona pilih baju yang mana?” Aran sudah mendorong gantungan

pakaian dari dalam ruang ganti. Membereskan beberapa pakaian yang berserak di lantai.

Hah! sudah terjadi apa di ruangan ini hanya mereka yang tahu. Wajah nona saja merah malu begitu.

Sementara Daniah mengikuti langkah kaki Saga, sambil menundukan wajah dan tidak mau bersitatap dengan Aran. Malu.

Han meninggalkan tuan Saga mendekati Aran, meraih gantungan baju yang di bawa Aran. “ Katakan pada pelayan toko untuk membungkus

semua termasuk milik tuan muda.” Menggoyangkan gantungan baju dorong di depannya.

Apa! Kalau akhirnya diambil semua, kenapa harus dicoba-coba segala. Ini sebenarnya aku yang kampungan atau mereka orang kaya yang aneh sih.

" Kau belum bergerak juga?"

“ Baik tuan. Maaf saya melamun.” Langsung membuang wajah setelah menjawab kata-kata

Han. Aran sedang ingin membalas perbuatan acuh Han padanya. Tapi sialnya laki-laki yang

di acuhkannya sama sekali tidak perduli. Membuatnya benar-benar kesal. Dia mencengkram pegangan gantungan baju yang dia pegang. Meremasnya keras sambil membayangkan wajah Han.

Cih, besok lagi aku akan menggoda dokter Harun kalau kami bertemu. Aku mau lihat bagaimana reaksimu.

Begitu niat hati yang berkobar di hati Aran. Dia sudah terang-terangan menyatakan perasaan hatinya dan mendapatkan balasan acuh. Dan sekarang dia akan mencoba strategi lain. Mengacuhkan duluan.

Sementara itu, sambil menunggu semua pakaian di siapkan, seorang pelayan toko meletakan minuman di meja. Daniah meraih dan minum hampir separuh isinya.

“ Sayang, Aran boleh ikut ke pesta pernikahan Noahkan?” Kesempatan untuk membuat keduanya dekat batin Daniah. Dia dan tuan Saga. Aran dan Han, sepertinya akan lucu kalau mereka terlihat malu-malu. Walaupun sepertinya yang akan tersipu hanya Aran.

“ Hemm.”

“ Aku akan membelikannya baju pesta di sini ya?”

“ Lakukan saja sesukamu.” Duduk sambil mencoba mengikat

rambut Daniah yang dibuatnya terburai tadi. “ Kau mau kemana?" Menahan bahu Daniah. " Duduk! Aku belum

selesai mengikat rambutmu.”

“ Mau menemani Aran memilih baju sayang.”

“ Biarkan Han yang melakukannya.”

Apa! Kenapa harus bawa-bawa saya tuan. Dan tolong bisakah tuan muda menghentikan bermain dengan rambut nona di tempat umum begini.

Walaupun pasrah, tapi wajah Daniah terlihat sumringah. Apalagi saat Han terlihat menghela nafas saat mendengat perintah tuan Saga. “ Sekertaris Han. Bisa tolong bantu Aran memilih pakaian yang cocok.” Bicara sambil dibumbui senyuman.

" Saya rasa dia bisa memilih sendiri nona."

" Haha, kamu bicara apa si, kamukan ahlinya memilih baju. Semua isi lemariku bukanya hasil pilihanmu." Melihat Han dengan senyum kemenangan. "Jadi bantulah Aran." Ayo pergi sana dan tunjukan keahlianmu pada wanita yang menyukaimu itu.

Nona, sampai sejauh apa nona akan menjadi mak comblanng

begini.

“ Aran akan ikut ke pesta dan dia bisa jadi pasanganmu, kau juga senangkan?”

Aran yang baru saja menyelesaikan tugasnya mendekat, tersipu malu mendengar perkataan

Daniah. Dalam hati dia berharap kalau Han akan menjawab ia atau tentu saja.

“ Pasangan saya, sepertinya nona salah paham. Aran ikut untuk menjaga

nona, itukan memang pekerjaannya.” Jawaban yang langsung telak menancap ulu hati. Membuat Aran nampak makin kecewa. Daniah sampai ingin menepuk bahunya agar tegar.

Cih, Aran laki-laki yang kau sukai jauh lebih dingin dari tuan Saga. Berjuanglah.

“ Pergi dan pilih baju yang mau kau pakai nanti! Jangan membuat kami menunggumu." Han mengusir Aran dengan sorot matanya, sambil menunjuk deretan pakaian pesta yang berjajar rapi.

“ Tidak mau. Saya punya baju di rumah tuan.” Menjawab tanpa melihat ke arah Han.

Kau pasti akan memotong dari gajikukan? Aku tidak akan punya

sisa uang kalau aku membeli baju di sini. Lihat harganya saja jantungku sudah berdetak kencang.

“ Beraninya kau menolak hadiah nona.”

“ Apa!” Kaget dan langsung melihat Daniah.

Daniah tertawa di tempat duduknya. “ Hehe ia Aran aku yang

mau membelikanmu baju. Pilihlah mana saja yang kamu suka” Akhirnya Saga selesai dengan tugas mulianya. mengikat rambut istrinya.

“ Maaf nona saya sudah lancang. Saya akan memilih dengan

cepat.”

" Han!" Saga ikut nimbrung setelah tugas beratnya selesai.

" Ia tuan muda."

" Jangan jual mahal, bantulah dia memilih baju." Memeluk Daniah dan berbisik di telinga Daniah. "Kau harus membayarku nanti atas bantuan ini ya."

Daniah hanya merinding geli menjawab. Sambil menatap Han menahan tawa.

Apa! Baiklah, tertawalah nona.

Aaaaa, lelahnya. Daniah menjatuhkan tubuh ke atas tempat

tidur. Sudah menganti baju dengan baju kesukaan suaminya. Sementara Saga masih

ada di ruang kerjanya. Selepas makan malam masih banyak yang harus di kerjakan

karena tertunda kegiatan mencari baju tadi. Daniah menarik selimut sampai

menutupi pinggangnya.

“ Eh iya, ada yang mau aku tanya pada sekertaris Han.”

Daniah meraih hp di dalam laci.

Bagaimana dia bisa melupakan hal penting tadi. Hadiah

pernikahan Noah. Dia bahkan sama sekali tidak terpikirkan setelah semua urusan

di toko pakaian selesai. Seharusnya dia membelinya tadi.

Hemmm, kira-kira apa ya hadiah yang pas untuk Noah. Tapi

tunggu, aku juga belum bertanya siapa mempelai wanitanya. Apa benar Helen atau

bukan. Kalau benar Helen bagaimana aku harus bersikap ya?

“ Sekertaris Han, kau sudah tidur? Ada yang mau aku

tanyakan.” Pesan terkirim.

“ Apa tuan muda bersama anda?” menjawab dengan pertanyaan.

Daniah tersenyum ingin mempermainkan Han.

“ Ada deh.” sambil di bumbui emoji tertawa.

Apa! cuma dia baca. Dasar!

“ Hei, begitu saja marah. Memang kalau tuan Saga ada aku

bisa mengirim pesan begini.”

“ Balas pesanku!!!!!” dengan tanda seru berderet.

“ Aku belum menyiapkan hadiah pernikahan untuk Noah,

menurutmu apa yang pas untuk kuberikan pada Noah.” terkirim.

“ Nona tidak perlu memberi apa-apa. Tuan muda sudah

menyiapkan hadiah untuk tuan Noah.” Membalas lagi akhirnya.

“ Itukan hadiah tuan Saga, akukan juga ingin memberinya

hadiah.” Masih bersikeras.

“ Kalau anda mau bumi tetap berputar pada porosnya sebaiknya

jangan lakukan itu nona.”

Apa sich. Akukan hanya ingin memberi Noah hadiah.

“ Hei, tuan Saga juga tidak akan marah. Memang apa hadiah tuan Saga untuk Noah?”

" Rumah."

Tangan dan jiwa miskin meronta. Apa! memberi rumah untuk hadiah pernikahan apa itu masuk akal! Sekarang Daniah terjebak dengan kebinggungan. Kalau tuan Saga memberi rumah, lantas dia harus memberi Noah apa.

" Apa itu masuk akal? hadiah pernikahan rumah." Protes.

“ Selamat malam nona.” Salam penutup sebelum diminta.

“ Hei aku belum selesai!”

" Noah menikah dengan siapa?"

" Helen!"

Kurang ajar dibacapun tidak. Dasar!

Akhirnya dilemparkan hp memilih menarik selimut. Belum larut

tapi karena kesal membuat Daniah mengantuk. Dia menarik selimut dan memeluk

bantal. Menunggu Saga sambil jatuh tertidur.

Sementara itu Saga muncul dari pintu, mendapati istrinya yang sudah terlelap. " Niah, kau tidur." Tidak ada sahutan, mengeliyatpun tidak. Membuat Saga mendekat dan menarik selimut.

" Kau benar tidur?" Setelah tidak ada respon akhirnya dia masuk ke ruang ganti baju dan menganti pakaiannya. Kembali ke tempat tidur langsung masuk ke dalam selimut. " Hei bangun! beraninya kau tidur duluan."

Di bawah selimut tangannya sudah merasai bagian tubuh istrinya. " Niah."

" Hemm. Sayang." Mengeliat pelan sambil mengerjapkan mata " Sudah selesai. Ayo tidur sayang." Meringsek dalam dekapan Saga. " Aaaaaa." terlonjak kaget karena tangan di bawah selimut yang mencengkram kuat.

" Tidur? siapa yang mau tidur."

Saking kagetnya sampai kantukku lenyap.

Sisa kantuk di pelupuk mata Daniah sirna. Apalagi saat Saga meneruskan tangannya menuju daerah yang jauh lebih sensitif. Mulai menciumi leher menarik tali baju tidur Daniah. " Kan sudah kubilang kita mulai malam ini."

" Haha, apa?"

" Membuat Rahardian Wijaya junior." Meraih bibir Daniah.

Kau tidak akan bisa memejamkan mata lagi Daniah. Malam merangkak naik, dua manusia itu saling mengikat janji tanpa bicara sekalipun.

Bersambung...