Semoga pesta penikahan Noah dan
Tamara hanya akan memiliki kenangan indah untuk semua orang. Bukan hanya
menjadi pembuka ikatan cinta mereka tapi juga untuk tamu undangan tanpa
terkecuali.
Semoga ya.
“ Siapa kau?” Saat ini Saga sudah
duduk di samping Daniah. Menarik kursi yang tadi di duduki Aran. Sementara Aran
sendiri sudah berdiri dengan wajah tegang. Dia mendapat lirikan maut tadi saat menyingkir ke samping nonanya. Tuan Saga terlihat sangat kecewa dengannya. Aran menyadari kesalahannya di mana.
Aku benar-benar sudah melakukan kesalahan fatal kali ini.
Saga Meraih tangan Daniah. Mengikatkan jemari mereka satu sama lain di atas meja. Menunjukan status
kepemilikan gadis di sampingnya pada laki-laki yang duduk di depannya. “ Kenapa bicara dengan istriku?” Pertanyaan
yang kedua menyusul, menunjukan ketidaksukaan. Meraih tangan Daniah dan
menempelkannya di pipi kirinya. Abas menatap bibir yang menempel di tangan
Daniah. Hatinya bergetar.
Sementara Daniah lagi-lagi belum
menemukan jawaban yang yang paling pas untuk dia berikan. Kata mantan pacar
masih terlalu sulit keluar dari mulutnya. Jangankan untuk menjawab Saga, untuk
mengatakannya pada Aran saja tidak terucap tadi.
“ Tuan Saga.” Abas terlihat
berusaha menguasai gejolak hatinya. Antara tidak percaya dan kecewa. Dia masih duduk
diam di kursinya. Tapi terlihat kakinya bergetar pelan.
Bagaimana Daniah bisa menjadi
istrinya? Apa yang sudah dilakukan Niah sampai bisa terikat dengan laki-laki berkuasa ini?
Abas bisa dengan jelas melihat ekspresi
wajah Daniah. Bahwa gadis itu sedang terlihat cemas. Takut dan kuatir juga muncul di matanya.
“ Kau mengenalku rupanya.” Ucap Saga datar. Tapi pandangannya belum melunak. Cara bicaranya masih membuat orang tercekik dan susah menarik udara untuk bernafas. Suasana pesta yang masih berlangsung. Alunan musik dengan nyanyian artis ibu kota yang memenuhi udara. Tidak membuat suasana mencair.
Memang ada orang yang tidak
mengenalmu. Daniah sedang memutar otak untuk lepas dari situasi ini. Mengaku, semua pasti akan di luar kendalinya. Pergilah Abas, pergilah.
Perpisahan Daniah dan Abas terjadi secara baik-baik. Walaupun mereka tidak saling berhubungan selepasnya, tapi mereka tetap sepakat untuk berteman. Daniah akan merasa sangat bersalah, kalau sampai hal buruk menimpa laki-laki itu karenanya. Karena alasan cemburu buta suaminya.
“ Tentu saja tuan. Saya beberapa
kali menangani event anak perusahaan Antarna Group.” Perusahaan Abas adalah
Event Organizer besar di ibu kota. Dia dipercaya menangani acara besar
pemerintahan atau perusahaan. Dan khusus Wedding Organizer memang dia sendiri
yang menanganinya secara langsung.
“ Jadi siapa kau? Apa hubunganmu dengan Niahku.” Kata-kata Saga yang penuh penekanan. Ditujukan untuk Abas.
“ Sayang.” Daniah berusaha mengalihkan perhatian suaminya. Saga menoleh melihat
istri di sampingnya. Menunggu jawaban sambil mencium jemari tangan mereka yang terkait. “
Dia.” Daniah masih tampak ragu.
“ Daniah dan saya pernah saling
mengenal di masa lalu tuan.” Akhirnya Abas yang menjawab karena melihat
ketidaknyamanan Daniah.
“ Apa maksudnya?” Tidak berpaling dari
wajah Daniah. Menunggu jawaban dari mulut istrinya. Di bawah meja tangan Daniah sudah mulai
berkeringat. “Siapa dia sayang?” suara Saga sudah terdengar tidak sabar.
“ Saya hanya mantan Daniah di masa lalu tuan.” sekali lagi jawaban Abas yang dianggapnya bisa menyelamatkan Daniah, malah hanya menyiram bara dalam sekam. Membuat kecemburuan semakin berkobar.
“ Tutup mulutmu!” Mendengar kata
mantan pikiran Saga langsung kacau. “Aku tidak bertanya padamu!”
Mantan. Jadi laki-laki ini salah
satu mantan sialan yang pernah ada dalam hidup istriku. Tangannya pasti pernah
menyentuh Niahkukan. Bahkan mungkin bibirnya. Cih.
“ Dia mantan pacarmu?” Jemari Saga menyentuh dagu Daniah. Masih sambil tersenyum, tapi nadanya sudah setajam silet.
Bagaimana ini? Abas bodoh sekali
si, kenapa kau menjawab kau mantan pacarku. Seharusnya bilang kita teman saja
sudah cukup.
“ Tuan Saga, kami hanya saling
menyapa. Saya tidak tahu kalau Niah adalah istri anda.”
Aaaaaaa, Abas hentikan. Tuan muda ini tidak akan mendengar penjelasan apapun. Dia hanya percaya apa yang dilihat matanya. Aku bicara padamu. Aku bicara dengan laki-laki lain tanpa sepengetahuannya, terlebih itu mantan. Hanya itu intinya.
“ Niah.” Saga tergelak, tapi segera
berhenti. "Siapa yang mengizinkanmu menyebut nama istriku.” Bangun, mendorong
kursi dengan kaki. Lalu menarik tangan Daniah. Membuat gadis itu terlonjak dan
langsung berdiri. “Jangan pernah mendekati istriku!”
“ Sayang, kami tidak.” Daniah meringis saat gengaman erat Saga menyakiti pergelangan tangannya.
“ Untuk alasan apapun.” Sorot mata
Saga yang sekilas di berikan pada Daniah, membuatnya langsung menutup mulut. “ Kau
paham itu, Mantan.”
Abas tidak menjawab. Dia bangun dari duduknya.
hanya bisa menatap punggung Daniah yang berjalan dengan cepat karena tangannya
tertarik. Mengikuti langkah kaki Saga. Beberapa orang yang terlihat berpapasan
dan ingin menyapa langsung menyingkir.
“ Tuan Abas.”
Sekertaris Han, sekertaris tuan
Saga, kenapa dia masih di sini. Kenapa dia duduk? Dan kenapa dia tahu namaku!
“ Ada apa?” Abas tahu bagaimana
reputasi laki-laki yang ada di hadapannya ini.
“ Saya tahu kalau nona dan tuan
tidak sengaja bertemu di sini. Jadi saya harap cukup sampai di sini saja. Jangan
pernah ada kebetulan kedua kalinya.” Abas tahu maksudnya. “ Untuk kebaikan anda
dan nona Daniah.”
Cih, padahal kami hanya bicara. Itupun tidak banyak karena tuan Saga sudah muncul.
“ Apa saya boleh bertanya?” Han
terdiam, tapi dia tidak bangun dari duduknya. Menjadi sinyal bagi Abas untuk
melanjutkan kalimatnya. “ Apa tuan Saga memaksa Daniah untuk menikah dengannya?”
Tidak ada hipotesa yang menurut
Abas masuk akal, kenapa sampai gadis itu bisa menikah dengan presdir Antarna Group. Jika bukan karena Daniah dipaksa untuk menikah dengannya.
“ Itu bukan urusan anda.” Tegas Han bicara.
“ Apa Niah bahagia?”
Sekarang aku benar-benar ingin
memukul wajahnya. Han geram mendengar pertanyaan itu. Kemunculan laki-laki di
hadapannya benar-benar diluar prediksinya. Apalagi saat dengan santainya Abas memanggil nama Daniah dengan panggilan akrab Niah. Membuatnya merasakan kemarahan Saga, dan itu membuatnya kesal juga.
“ Tuan, kalau saya boleh memberi
saran. Hiduplah seperti anda biasanya sebelum bertemu dengan nona muda kami
malam ini. Jangan pernah mencoba mendekati nona Daniah walaupun itu sebatas
mengirim pesan padanya.”
Dia bahkan sampai mengancamku
begini. Niah, apa kamu tidak apa-apa. Padahal aku senang sekali bertemu
denganmu setelah sekian lama.
“ Apa Niah bahagia? Jawab saja
pertanyaan saya.”
“ Tentu saja, tuan muda dan nona
muda kami hidup dengan bahagia. Apa jawaban itu sudah cukup?”
Abas tidak menjawab apapun sampai
Han berlalu dari hadapannya. Pesta pernikahan ini tak lagi meriah dan menarik baginya. Kenangan senyuman Daniah terlintas di kepalanya. Tapi langsung terkubur dengan wajah dingin tuan Saga yang sudah memberinya peringatan.
“ Sayang, aku mohon hentikan.” Bantal
kursi sudah melayang mengenai tubuh Aran. Gadis itu tidak bergerak dan hanya
menundukan kepala. Daniah menahan tubuh Saga sekuat tenaga. “ Aran tidak bersalah, Abas!”
“ Tutup mulutmu! Beraninya kau
menyebut nama laki-laki lain sekarang.” Menoleh pada Aran lagi. “Dan kau! Apa Han
tidak mengajarimu bagaimana bekerja!” Kilatan kemarahan yang siap habis tubuh Aran.
Jangan sampai nona melakukan sesuatu yang tidak di sukai tuan muda. Kata-kata itu jelas terngiang-ngiang. Berputar di kepala Aran sekarang. Membuatnya semakin menundukan kepala dalam. Menatap bantal kursi yang jatuh di dekat kakinya.
Bagaimana ini? Dimana sekertaris
Han? Daniah panik menatap pintu.
Saat Saga berjalan mendekati Aran, Daniah berjalan cepat lalu berdiri di
hadapan Aran. Merentangkan tangannya melindungi gadis yang tertunduk itu.
“ Ini bukan salah Aran sayang. Dia tiba-tiba muncul dan duduk di
depanku. Kumohon tenangkan dirimu. Aku bahkan tidak bicara banyak
dengannya karena kau sudah muncul.” Daniah menggigit bibir menyesali kata-katanya.
“ Karena aku muncul? Huh! Lantas bagaimana
kalau aku tidak datang. Apa kau akan tertawa sambil bernostalgia tentang cinta masa lalumu
dengannya!” Setengah berteriak.
Dia memang gila, lebih tidak waras
lagi kalau sedang cemburu.
“ Sayang.” Daniah memohon mengatupkan tangan di depan wajahnya.
“ Minggir! Duduklah.” Tidak bergeming.
“ Tidak mau! Sudah kukatakan ini
bukan salah Aran.” merentangkan tangan lagi.
“ Bukan salahnya! Kau pikir untuk
apa aku membayarnya. Untuk diam saja melihatmu bicara dengan laki-laki lain.” Menuding tajam Aran dengan pandangannya. Gadis itu tertunduk lagi di balik punggung Daniah.
“ Maafkan aku. Aku yang salah.”
Jangan pukul Aran, hanya itu yang
ada di kepala Daniah. Gadis itu tidak bersalah sama sekali. Saat Daniah
berusaha menenangkan Saga dengan kata-katanya pintu terbuka pelan. Sekertaris
Han muncul, membuat Daniah sedikit bernafas lega.
Apa! kenapa kau diam saja. Bawa
Aran pergi dari sini!
Tapi sepertinya Han tidak ingin
melakukaan apapun. Dia hanya menjadi penonton.
“ Sayang!”
“ Duduk!” Saga menarik tangan
Daniah. Lalu mendorongnya ke sofa. Memperkirakan kalau Daniah akan terduduk di
sofa yang empuk. Tapi dia langsung menghentikan langkah dan terbelalak terkejut
saat Daniah bukannya terduduk di sofa tapi malah jatuh membentur lantai.
“ Huuuuuu.” Suara keras terdengar
dari mulut Daniah. Sambil memegangi kaki dan sepatunya.
“ Niah!” Saga langsung berlutut. “ Kenapa kau bisa jatuh?” Menyentuh bahu, memeriksa kaki dan semua bagian tubuh.
“ Kau yang mendorongku!” memukul
bahu Saga kuat. “Aaaaaa. Huuuuu.” Terdengar isak penuh dramatisasi.
“ Maaf. Maaf kan aku. Aku mendorongmu
ke sofa, sungguh. Aku tidak mendorongmu ke lantai.” Masih terdengar kuatir. Memeriksa ulang kaki, melepaskan sepatu yang dipakai Daniah. Dan sekali lagi memeriksa kaki sambil memijatnya pelan. " Mana yang sakit? Maaf aku tidak sengaja." dengan mata panik dan wajah memelas.
“ Bohong! Kau mau membunuhkukan.” Daniah berteriak sambil menepis tangan Saga yang memijat kakinya pelan.
“ Apa kau sudah gila ya.” marah karena tangannya di tepis.
“ Aaaaa, lihat, setelah mendorongku
kau masih berteriak padaku.” Membalikan wajah sambil tersedu-sedu.
“ Maaf. Maafkan aku.” Memeluk Daniah erat. Walaupun gadis itu meronta melepaskan diri. “ Niah maaf aku benar-benar tidak sengaja.”
“ Lepaskan aku.” Terisak lagi. Mengoyangkan bahu. Tapi Saga lebih
mempererat pelukannya.
“ Maaf sayang. Niah sayang maafkan
aku, aku benar-benar tidak sengaja.” Dibelakang punggung Saga, Daniah mengerakan
tangannya cepat.
“ Keluar! Keluar sekarang!”
berteriak tanpa suara yang ditujukan untuk Aran. Gadis itu terkejut menunjuk
dirinya dengan jari. Lalu melihat Han yang berdiri di depan pintu. “ Keluar sekarang!” sekali lagi berteriak tanpa mengeluarkan suara.
“ Kakiku sakit.” Rengek Daniah lagi.
“ Mana yang sakit. Biar aku melihatnya.” Mau melepaskan pelukan.
“ Aaaa, sakit.” Giliran Daniah
yang memeluk Saga karena melihat Aran belum keluar ruangan. " Sayang, hiks. Apa kamu semarah itu sampai mendorongku?" Aran sudah keluar dari pintu.
" Maaf, aku benar-benar tidak bermaksud menyakitimu."
" Tapi kamu masih marahkan."
" Tidak. Aku tidak marah."
Tuan muda anda bahkan sudah bisa diperdaya oleh nona sekarang. Han menutup pintu pelan tanpa suara.
Epilog
" Maafkan saya tuan." keluar dari lubang singa masuk mulut harimau. Mungkin itu perumpaan yang tepat bagi Aran. Gadis itu berlutut sambil tertunduk melindungi dirinya saat tangan Han mendekat ke arahnya.
" Bodoh!"
Dia tidak memukulku.
Han duduk berjongkok. Beraih dagu Aran. membuat gadis itu mendongak.
" Kau tidak apa-apa? Apa tuan muda memukulmu?" Aran mengeleng, nona sudah menyelamatkannya. Dia hanya di lempar bantal kursi. " Bisakah kau bekerja dengan benar sekarang? Kau sudah melihat bagaimana menakutkannya tuan muda kalau cemburukan?" Aran menggangukan kepalanya berulang. " Bangunlah!"
Aran mengikuti langkah kaki Han.
" Kita mau kemana tuan?"
" Menyiapkan kamar untuk tuan muda dan nona."
Hah! Apa maksudnya si? Kamar?
Bersambung