Chapter 244 Daniah vs Han

Selepas mendapat telfon dari Saga,  siang ini awan mendung di atas kepala Daniah

menyibak dengan cepat. Pembicaran tidak terduga dengan ibu juga, membuat

sedikit banyak moodnya lebih baik. Dia sudah bersiap-siap, berdandan

alakadarnya sesuai permintaan yang mulia raja. Lalu dengan senyum terkembang

berlari  menuruni anak tangga.

Pak Mun di bawah tangga sudah

terlihat kuatir melihat cara Daniah berjalan menuruni tangga.

“ Nona, jangan berlarian di

tangga.” Pintanya dengan nada setengah perintah. Dia bahkan memegang pinggiran

tangga seperti dengan melakukan itu bisa membuat Daniah jau lebih aman.

“ Hehe, pak Mun aku sedang senang.”

Tertawa. Mengatakan dia baik-baik saja. Bahkan dia loncat seperti anak kecil di anak tangga terakhir.

“ Tapi nona harus tetap berhati-hati.” Sudah seperti Ayah yang memarahi anaknya yang ceroboh.

Ya ampun pak Mun akukan bukan

wanita hamil.

Daniah langsung berhenti sesaat dan

memperlambat langkah kakinya. Ketika kata-kata itu terucap di kepalanya.

Tunggu, menurut perhitungan si

memang seharusnya aku mendekati waktu datang bulan ya. Hemmm.  Belum ada tanda aku mau datang bulan.Tapi

tidak ada gejala aku hamil juga. Mengusir dengan cepat apa yang baru melintas

dipikirannya. Karena Daniah sendiri tidak tahu gejala hamil itu selain mual dan muntah itu apa lagi,

Daniah duduk di kursi yang sengaja

di bawa pak Mun dari dalam. Membiarkan angin yang lembut membelai kulit dan menyisir rambutnya.

“ Kenapa nona menunggu di luar?”

Cuaca cukup panas tidak membuat Daniah terusik sama sekali. Kegembiraannya bisa

keluar rumah mengalahkan panas matahari yang jatuh ke kulitnya. “ Duduklah di

dalam nona, kalau sekertaris Han datang saya akan memanggil nona.”

“ Pak Mun.” Melihat ke arah pak Mun. “Aku tidak apa-apa.” Tertawa. “ Pak Mun sendiri tahukan sudah berapa hari aku tidak bisa keluar rumah kecuali mengantar tuan Saga pagi-pagi. Hehe.” Walaupun kenyataan itu terdengar getir dan menyedihkan.

Pak Mun mengalah saat mendengar

penjelasan Daniah.

" Nona pasti mengerti, kalau tuan muda melakukan itu karena tuan muda sangat menyayangi nona." Suara pak Mun terdengar seperti membela Saga. Tapi tentu Daniah bisa memahami itu. Rasa sayang laki-laki di sampingnya ini untuk suaminya sudah tidak bisa dia bantah. Hingga Daniah hanya bisa menggangukan kepala dan tersenyum saja.

Aku tidak bisa membantah pak Mun. Hiks.

Sementara menunggu,  Daniah mengeluarkan hpnya, tidak ada pesan masuk.

Gadis itu lalu melirik sekilas laki-laki yang berdiri di sampingnya.

“ Pak Mun, apa aku boleh bertanya sesuatu.” Ucapnya mengusir sepi.

“ Silahkan nona.”

“ Tapi menyangkut kehidupan

pribadi.” Daniah tersenyum penasaran, selama ini dia hanya menduga-duga.

“Dimana keluarga pak Mun. Istri dan anak-anak pak Mun.”

Aku rasa yaang penasaraan bukan aku

sajakan? Haha.

“ Kenapa nona tiba-tiba bertanya

tentang itu?”

Aaaaaa, kenapa si kalian ini tidak

langsung menjawab saja. Kupikir akan jauh lebih mudah mengorek info pak Mun, ternyata dia

juga tidak semudah itu ya.

“ Haha, aku hanya ingin tahu pak.

Pak Mun sudah berapa lama bekerja di rumah ini?”

Suara mobil langsung memecah fokus

Daniah. Pak Mun yang tadinya mau menjawabpun akhirnya tidak keluar sepatah katapun penjelasan mengenai keluarganya.

“ Dia datang pak!” Daniah menunjuk

sebuah mobil yang melaju sedang kearah mereka. “ Aku pergi ya pak. Sampai

nanti.”

“ Ia nona, hati-hati di jalan.” Pak Mun mengikuti sampai ke dekat mobil. Memandang punggung nona mudanya. Sambil bergumam sesuatu yang hanya dia yang bisa mendengarnya.

Han keluar dari mobil, terlihat

ujung bibirnya tersenyum melihat kegembiraan yang terlihat sangat jelas di

wajah Daniah. Dia setengah berlari bahkan sebelum Han mendekat.

“ Kenapa lama sekali?” Celingukan

melihat jalan menuju rumah belakang. “Apa Aran tidak diajak?” Berhenti memegang

pintu mobil, sementara kakinya sudah masuk ke kursi belakang.

“ Masuklah nona.” Tidak menjawab

pertanyaan Daniah. Menutup pintu, lalu diapun masuk dan duduk di belakang

kemudi. Mobil melaju meninggalkan rumah utama. Daniah sekali lagi melihat ke

belakang. Jalan menuju rumah belakang dan tidak muncul siapapun dari sana.

“ Apa Aran tidak di ajak?” Tanyanya lagi.

“ Tuan muda masih belum ingin

melihat wajahnya.” Penjelasan yang langsung membuat Daniah malas bertanya lagi.

Cih, dasar pendendam sekali. Memang

apa yang kuharapkan si, aku saja belum dimaafkan apalagi Aran.

“ Tapi dia tidak kenapa-kenapakan?” Semua akses informasi Daniah ditutup, bahkan pak Mun hanya mengeleng saat ditanya tentang Aran. Daniah hanya tahu kalau gadis itu tidak di pecat. itu saja.

“ Saya tidak tahu nona.” Masih menatap lurus ke depan, memegang kemudi, berbelok, lalu mobil melaju kembali dengan kecepatan sedang. Saling berkejeran dengan mobil-mobil lain di jalanan.

“ Hei, jangan pura-pura tidak tahu

ya.” Daniah tertawa sambil menyandarkan kepala. Memperhatikan kaca spion

berharap melihat ekspresi sekertaris Han. “Aku tahu tentang hubungan kalian di

masa lalu lho.” Tersenyum puas.

Heh, apa aku sudah terlihat

memancing suasana dengan keren. Daniah bangga sendiri dengan apa yang ia

katakan.

“ Sepertinya nona akhir-akhir ini

terlalu banyak berfikir ya.” Han sama sekali tidak terpancing seperti biasa. Tetap mengemudi dengan tenang, dengan suara datar yang seperti tidak tertarik.

“ Tentu saja akukan pekerja keras,

dari dulu aku selalu giat berfikir dan bekerja.” Masa muda yang penuh kerja

keras bagi Daniah. Hidup yang bisa sedikit dia banggakan.

“ Pantas saja, karena banyak yang nona pikirkan, sampai nona akhir-akhir ini

mulai lupa dengan aturan tuan muda.” Bagai anak panah, langsung merontokan kata-kata yang sudah di susun Daniah di kepalanya.

Hah kurang ajar, aku tidak bisa

menjawabnya sekarang.

Han tersenyum tipis karena berhasil

membuat Daniah diam. Sementara Daniah sedang memutar otak dan mencari ide

pembicaraan lagi. Sementara mobil terus melaju cepat menuju gedung Antarna

Group.

“ Sekertaris Han.” Sepertinya sudah berhasil menemukan topik lagi.

“ Ia nona.” Terdengar sekali suara malas Han menanggapi.

Mulai lagi, desah Han dalam hati.

“ Teman-teman tuan Saga yang aku

jumpai di pemakaman apa mereka sudah menikah semua? Aku hanya tahu Noah sudah

menikah. Bagaimana dengan yang lain?”

Han belum menjawab, sedang menduga

arah kemana pertanyaan Daniah di kursi belakang.

“ Karena menjodohkan Aran denganmu

sepertinya mustahil, aku jadi ingin menjodohkannya dengan salah satu teman tuan

Saga yang lain. Haha.” Ntah kenapa Daniah tertawa karena dia melihat sekertaris

Han mencengkram kemudi kuat dan menaikan sedikit kecepatan.

Apa dia terpancing.

“ Sepertinya nona benar-benar

tertarik dengan kehidupan pribadi saya.”

Tentu saja, supaya hubunganmu

dengan tuan Saga normal, dan aku bisa tenang tidak diawasi kemana-mana olehmu.

“ Katakan! Kau suka pada Arankan?” Suara Daniah terdengar meledek. Dia bahkan sedikit maju ke kursi depan, demi melihat reaksi wajah Han. " Haha, lihat wajahmu. Kau suka pada Arankan?"

" Duduklah nona!"

Cih, dia benar-benar pandai sekali menyembunyikan hatinya. Wajahnya bahkan benar-benar tidak bergeming sedikitpun.

Tapi Daniah tidak menyerah begitu saja. Berdasarkan hipotesanya dia menyimpulkan kalau Han memang tertarik pada Aran.

" Bagaimana kalau bapak mentri itu apa dia sudah menikah?" Han diam tidak menjawab. " Kalau yang satunya gimana, yang wajahnya selalu tersenyum itu. Yang beda sekali dengan seseorang." menyindir jelas orang yang sedang berada di belakang kemudi. "Dia terlihat lucu, sepertinya pantas sekali dengan Aran yang selalu ceria itu."

Aaaaaa, gila! dia benar-benar tidak terpancing sama sekali.

Daniah frustasi ketika provokasinya hanya dianggap angin lalu.

Sementara Han sendiri masih mencengkram kemudi dan menaikan kecepatan.

Cih

Saat mobil memasuki area parkir, Daniah keluar dan berjalan di depan Han.

" Nona!"

" Ia." Berhenti dan langsung berbalik. Hanpun menghentikan langkah kakinya. "Kenapa? kau mau mengaku sekarang? Kau suka pada Arankan?"

Ayo jawab saja si, gampangkan!

" Berhentilah mengurusi kehidupan pribadi saya. Berbahagialah bersama tuan muda, itu sudah cukup membantu saya."

Daniah langsung cemberut. Dia menghentakan kaki sebelum berbalik dan masuk ke dalam gedung Antarna Group. Bergumam-guman, sambil melirik tajam pada laki-laki yang berjalan mensejajarinya sekarang.

Epilog

Di dalam lift, menuju pusat kekuasaan Antarna Group. Lantai yang hanya bisa dimasuki beberapa orang. Daniah berdiri agak ke belakang, sementara Han ada di dekat tombol lift. Masih bersikap sama seperti biasanya.

" Sekertaris Han." Daniah mulai memancing lagi, dia tahu Han mulau mendesah saat dia memanggilnya untuk kesekian kalinya. " Mau kuberitahu satu rahasia tentang Aran."

Bola mata sekertaris Han terpancing. Dia terlihat ingin menggangukan kepala, tapi sel saraf kesadarannya masih bekerja dengan optimal. Jadi dia hanya diam dan menatap Daniah kesal.

" Haha, tidak mau ya sudah." Mengibaskan tangan di dekat telinga, seperti mengibaskan rambut. "Aku juga tidak rugi."

Haha, aku tidak pernah merasa sepuas ini berdebat dengannya.

" Baiklah, karena aku orang baik, aku akan mengatakannnya." Lift berhenti, pintu terbuka. " Kau bisa jual mahal pada Aran sekarang, tapi percayalah kau harus bekerja keras menaklukan hati ibunya Aran. Karena dia tidak menyukaimu karena hubungan masa lalu kalian." Daniah melihat reaksi Han.

" Hanya itu rahasia yang nona punya?" Seperti mengatakan, tidak penting sama sekali.

" Wahh, kau masih menggangap itu tidak penting ya." Berjalan mendekati pintu. Berhenti tepat di depan sekertaris Han yang menyentuh pintu agar tetap terbuka. " Kau tahukan ibu selalu benar." Daniah menepuk bahu sekertaris Han. " Jadi selamat bekerja keras menaklukan hati ibunya Aran ya." Daniah berjalan keluar lift. " Haha, aku tidak bisa membayangkan kalau ibunya Aran menyambutmu dengan banyak sapu di depan rumahnya."

Masih menyisa tawa saat Daniah berjalan menuju ruangan Saga. " Udara sejuk sekali di sini ya, aku bahkan bisa merasakan hembusan angin" Sekali lagi tertawa sambil menoleh.

Sapu? Kenapa dengan Sapu? Han masih berfikir sambil membuka handle pintu.

Bersambung