Chapter 960 - Rose & Rune (Still Under Construction)

Author's note:

Please only unlock this chapter after you no longer see the sign "Still Under Construction" and no more author's note. This chapter is not yet ready. I will replace the content as soon as possible.

At the moment I am feeling really unwell... *sobs*. I will do my best to slowly replace all my filler chapters. Thank you for your patience. xx

.

.

<<<<This is filler chapter>>>

Setelah mendengar cerita Friedrich, Hannah dan Karl sama-sama terdiam. Semua informasi yang mereka terima ini rasanya sangat mengejutkan dan mampu membuat siapa pun menjadi terpukul. Bagaimana nanti jika kaum Alchemist benar-benar akan dapat menguasai umat manusia dan membunuh siapa pun orang yang mereka anggap tidak layak hidup?

Rasanya seakan mengetahui berita dari masa depan bahwa akan terjadi perang dunia ketiga atau pembantaian massal, tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa.

"Kita harus melakukan sesuatu..." bisik Hannah.

Kedua pemuda di depannya mengangkat wajahnya dan mengamati gadis itu.

"Apa yang dapat kita lakukan?" tanya Friedrich sedih.

"Aku... aku bisa pulang ke Moravia dan memberi tahu orang tuaku. Mereka dapat bicara kepada pemimpin negara-negara di dunia dan melakukan sesuatu," kata gadis itu.

"Menurutmu mereka akan percaya kepada kita?" tanya Friedrich sambil menggeleng-geleng kepala. "Siapa pun yang mendengar tentang ini pasti akan menganggap kita gila. Sebaiknya kau jangan membuat dirimu terkena masalah. Bukan saja kita tidak akan dipercaya, tetapi kalau sampai hal ini bocor ke telinga orang-orang Alchemist... mereka pasti tidak akan tinggal diam. Sam memberitahuku bahwa mereka ada di seluruh dunia dan berkuasa di balik layar. Bahkan kerajaan Inggris saja sebenarnya diperintah dari belakang oleh pasangan Alchemist dari keluarga raja di masa lalu. Kita tidak bisa bertindak gegabah..."

Hannah terdiam mendengar kata-kata Friedrich. Pria itu sangat logis dan selalu dapat berpikir ke depan. Ia sadar bahwa Friedrich memang benar. Siapa yang akan percaya mereka?

"Alaric Rhionen sangat berkuasa, orang-orang penting lainnya di klan Alchemist sangat besar pengaruhnya. Aku bahkan tidak mengetahui dengan pasti, siapa saja orangnya yang menjadi bagian dari kaum mereka. Yang jelas, mereka adalah penguasa ekonomi dan politik yang sebenarnya. Bahkan, ada banyak orang mereka di industri hiburan," Friedrich melanjutkan. "Jean-Pierre Wang dan Billie Yves saja adalah bagian dari kaum itu. Kita tidak boleh gegabah."

Hannah benar-benar terkejut mendengar kedua nama itu. Jean-Pierre Wang adalah seorang aktor yang sangat terkenal dan Billie Yves kekasihnya adalah seorang musisi genius yang bisa dibilang merupakan legenda hidup.

Keduanya sering dikabarkan menjadi penggemar operasi plastik sehingga masih saja terlihat muda di usia keduanya yang sudah mendekati kepala empat. Rupanya... mereka tidak menjalani operasi plastik, karena awet muda pada wajah mereka adalah karena mereka memang secara alami memiliki sel yang terus beregenerasi dan membuat mereka tetap muda selamanya.

"Lalu.. apa yang dapat kita lakukan?" tanya Hannah. Ia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Yang jelas, ia merasa tidak dapat membiarkan kejahatan orang-orang Alchemist begitu saja.

"Kita bisa mengumpulkan bukti dulu," kata Friedrich. Ia mengambil laptopnya dan membuka beberapa folder untuk ditunjukkan kepada Hannah dan Karl. "Aku sudah menyelidiki mereka selama beberapa bulan terakhir, sejak Sam menceritakan rahasia ini kepadaku. Aku menyewa beberapa hacker untuk mencari informasi yang kubutuhkan. Mereka tidak tahu apa-apa, aku tidak memberikan petunjuk yang jelas. Biar kita saja yang tahu."

Di dalam foldernya, Friedrich menunjukkan beberapa foto, keterangan, dan informasi lainnya tentang beberapa orang yang dicurigainya sebagai bagian dari kaum Alchemist.

"Orang pertama yang kuselidiki adalah Caspar Schneider. Ia adalah pemimpin Schneider Group dan memiliki orang kepercayaan dari keluarga Van Der Ven. Aku sudah menyelidiki ini dan menemukan bahwa rupanya keluarga Schneider dan keluarga Van Der Ven memiliki hubungan selama beberapa generasi. Biasanya anak laki-laki dari keluarga Van Der Ven akan mengambil alih bisnis selama Caspar mengundurkan diri dari dunia dan kemudian kembali 20 tahun kemudian sebagai orang baru, dengan nama baru."

Ia menunjukkan wajah tampan Caspar Schneider di layar dan melanjutkan analisisnya. "Sebelum Caspar Schneider yang sekarang memimpin bisnisnya, Schneider group telah diurus oleh Stanis Van Der Ven. Sebelum Caspar, 'pamannya'-lah yang memimpin bisnis keluarga itu. Ia bernama Heinrich Schneider."

Friedrich membuka foto lain. "Ini adalah Heinrich Schneider, walaupun terpisah 20 tahun, kalian bisa melihat bahwa sebenarnya Heinrich dan Caspar ini adalah orang yang sama."

"Ah.. Kakak benar. Mereka memang orang yang sama," komentar Karl.

"Karena mereka tidak pernah muncul bersama, dan biasanya pemimpin baru dari keluarga ini akan 'muncul' setiap dua puluh tahun, orang-orang tidak ada yang menghubungkan mereka. Kemiripan wajah di antara mereka hanya dianggap sebagai kemiripan keluarga. Publik sama sekali tidak tahu bahwa mereka sebenarnya adalah orang yang sama. Caspar Schneider mengaku kepada Sam bahwa ia telah hidup sejak tahun 1480. Bayangkan.. sudah berapa identitas yang ia gunakan selama ini?"

"Pasti banyak sekali..."

"Benar. Nah, setelah aku dapat menemukan semua identitas Caspar Schneider, aku mulai menyelidiki siapa saja orang-orang yang bersinggungan dengannya. Schneider Group dulu berinvestasi di banyak studio besar Hollywood dengan syarat mereka mempekerjakan Jean-Pierre Wang di berbagai film laris mereka. Itulah sebabnya, walaupun saat itu Jean masih baru menjadi aktor, ia langsung tampil di banyak film sukses dan popularitasnya langsung meroket. Lalu ada juga Billie, dan masih ada orang demi orang yang terlibat dengan mereka. Semua datanya ada di sini."

Friedrich menghela napas. "Aku tidak akan lama lagi ada di dunia... tetapi aku berharap, apa yang kuketahui ini, suatu saat nanti akan dapat diketahui oleh dunia. Biar mereka bisa bersikap waspada."

"Kakak, aku akan melanjutkan apa yang sudah kau mulai..." bisik Karl dengan suara serak. Ia berusaha keras menahan emosinya agar ia tidak menangis saat mengingat betapa kakaknya yang malang akan segera mati. "Aku akan membongkar rahasia tentang orang-orang Alchemists itu agar mereka tidak dapat berbuat seenaknya..."

Friedrich menatap adiknya semata wayang dengan perasaan sedih. Karl baru berusia 17 tahun.

Apa yang dapat dilakukan anak ini? pikirnya.

"Aku memang masih kecil sekarang.. tetapi aku akan berusaha keras untuk tumbuh menjadi orang yang pintar seperti kakak," kata Karl dengan penuh keteguhan.

Friedrich mengusap kepala adiknya dan mengangguk. "Aku percaya kepadamu."

"Kurasa.. sebaiknya kau tidak usah memikirkan tentang mereka dulu," kata Hannah kemudian. "Kita mau berlibur dan keliling dunia, kan? Aku ingin membantumu mewujudkan semua yang kau inginkan..."

Gadis itu menggigit bibirnya dan menunduk. Setiap kali ia teringat akan umur Friedrich yang pendek, ia merasa sangat sedih. Tetapi ia berusaha untuk tidak menunjukkannya di depan pemuda itu.

"Ah, Kak Hannah benar. Kita akan memulai perjalanan kita beberapa hari lagi. Sebaiknya kita membahas itu dulu," kata Karl kemudian. "Aku akan berhenti sekolah dan ikut kalian."

"Hmm.. baiklah." Friedrich mengangguk setuju. Ia lalu membuka browser di laptopnya dan mengetik beberapa tujuan yang sempat mereka bicarakan. "Aku selalu ingin naik balon udara di Cappadocia."

"Tempatnya sangat indah. Aku pernah kesana," kata Hannah. 

Gadis itu lalu menceritakan pengalamannya di Cappadocia dan membantu Friedrich untuk mengatur perjalanan mereka ke Turki. 

Karl dengan sigap mengambil kertas dan pulpen lalu membuat catatan itinerary mereka. Friedrich telah memutuskan untuk bepergian menjelajah tempat-tempat penting di dunia selama enam bulan ke depan, sebelum kondisi tubuhnya menjadi sangat buruk.

Setelah itu, mereka akan memilih satu tempat yang tenang, di mana ia akan menghabiskan sisa hidupnya.

***

Malam itu Karl dan Hannah bicara berdua di teras belakang setelah mereka memastikan bahwa Friedrich sudah tertidur. Mereka tidak ingin membuat pemuda itu stress dengan pembicaraan lebih lanjut tentang kaum Alchemist.

"Aku sangat cemas," kata Hannah dengan suara lirih. "Kalau sampai mereka benar-benar bisa melaksanakan apa yang mereka inginkan... Aku tak dapat membayangkannya. Kita harus berusaha mencegahnya dan kemudian mengekspos kebusukan mereka."

"Aku setuju dengan Kak Hannah," kata Karl. "Tapi kita tidak boleh gegabah."

"Benar. Kurasa, semua rencana Alaric Rhionen itu akan dilakukannya untuk jangka panjang. Ia tidak akan tiba-tiba melaksanakan semuanya. Jadi kita juga bisa bersiap-siap. Kurasa, kita harus melakukannya diam-diam dan secara tidak mencurigakan," kata Hannah.

"Yang paling penting, kita tidak boleh membuat mereka curiga kepada kita," kata Karl. Ia menarik napas panjang sebelum melanjutkan kata-katanya. "Aku sudah memikirkan ini semalaman kemarin dan aku rasa satu-satunya cara kita bisa menyelidiki mereka tanpa dicurigai, adalah dengan menghilangkan identitas kita. Setidaknya aku harus menghilang."

"Menghilang?" tanya Hannah keheranan. "Apa yang kau pikirkan?"

"Aku akan memalsukan kematianku dan menghilang. Hidup sebagai orang baru. Kak Friedrich mengenal beberapa orang di Darknet yang bisa membantu dengan hal semacam itu. Aku akan mengontak mereka dan bekerja sama dengan mereka, mengambil alih semua ini dari tangan Kakak. Biarlah di akhir hidupnya, Kakak dapat hidup tenang dan tidak dipusingkan dengan hal-hal semacam itu."

"Karl..." Hannah menggigit bibirnya. Ia tampak memikirkan sesuatu yang berat. "Apakah.. apakah kau bisa mencari tahu siapa yang memegang ramuan keabadian itu? Mungkin kita bisa mencurinya atau memaksa mengambil ramuan itu untuk Friedrich.. agar, agar kakakmu tidak..."

Ia tak dapat melanjutkan kata-katanya.

Karl mengangguk. "Aku juga berpikir seperti itu. Kita memiliki waktu satu setengah tahun... Mungkin penyelidikanku bisa memberi kita jalan."

"Oh, syukurlah. Ternyata kau dan aku sepemikiran," kata Hannah lega.

"Aku akan berusaha menyelidikinya," kata Karl. "Nanti, Kak Hannah temani Kak Friedrich saja, Biar aku yang mengurus ini. Aku memang bukan genius seperti kakakku, tetapi aku juga tidak bodoh. Aku akan membuat rencana dan mencari tahu."

"Baiklah," kata Hannah.

"Kak Hannah," Karl menyentuh tangan Hannah dan menatapnya dengan pandangan memohon. "Tolong, bahagiakan kakakku..."

Hannah tersenyum sedikit dan mengangguk. "Tentu saja, Karl. Aku berjanji."