Chapter 3 - Melihat???

"Maaf bu saya hanya kemari untuk menyapa teman saya, tapi sepertinya dia bukan dikelas ini"

"Begitu yah,,, Ya sudah kamu bisa balik ke kompleksmu juga" Ibu Arni bisa tau betul siapa yang berada di depan ruang kelas ini. Jika pada seluruh kompleks terdapat banyak elit dari kalangan atas, maka mereka masih berada jauh di bawah Adith, dialah elit yang sesungguhnya.

"Baik bu, kalau begitu saya permisi.... " dengan sedikit anggukan dan senyuman yang membuat ibu Arni terpaku sejenak sebelum menjawab.

"I Iya... " gagap dan merona karena ketampanan Adith yang terlihat tulus akan senyumnya. "sungguh ketampanan yang tidak bisa aku saksikan setiap hari" pikirnya dan terbatuk malu akan umurnya.

Adith berjalan keluar pintu setelah cukup puas untuk setidaknya memastikan wajah yang cukup menarik baginya. bukan karena paras cantik atau pesona tubuhnya, melainkan sesuatu yang berbeda yang ada dalam diri Alisya.

"Sepertinya sekolah ini akan menarik" pikirnya mengukir senyum penuh arti melangkah pergi di ikuti para siswi elit yang belum beranjak dari tempat itu.

***

"Baiklah, sebagai wali kelas kalian.. pagi ini kita akan mendiskusikan mengenai pemilihan ketua kelas, wakil serta bendahara yang akan bertanggung jawab penuh terhadap kelas kita kedepannya"

"Apakah ada yang berencana untuk ambil bagian? " lempar bu Arni ke seluruh siswa di dalam ruangan.

"Itu bu, bagaimana kalau Alisya, saya rasa dia bisa jadi pemimpin yang baik" terang Rinto menujuk Alisya yang masih menatap langit dengan mata tertutup.

"Saya juga setuju Bu, Alisya cocok untuk posisi ini" tambah Yogi semangat.

"Kalian apa apa'an sih, memangnya siapa Alisya? dia tampak seperti seorang pemalas dan pembangkang! mana cocok? " bantah Yuyun sinis.

"Lebih cocok Miska, dia cerdas dan sudah banyak pengalaman akan ini. dia juga cantik! di banding yang tidak punya sopan santun itu yang sedari tadi tidak memperdulikan ibu guru yang sudah masuk! " sambung Nely

"Adora, sentuh pundak Alisya! pinta ibu arni yang sudah menghafal nama mereka sewaktu absen tadi sebelum perdebatan ini di mulai.

Ragu ragu Adora menepuk pundak Alisya lembut. sadar akan tepukkan yang terasa sedikit hangat dan gemetar Alisya berbalik melihat Adora dan memandangnya bingung..

"????"

"Ibu guru...." lirik adora kedepan kelas

"hmmm... " ikutnya menoleh kedepan kelas

"Kamu mau jadi ketua kelas?? wakil atau bendahara? " Ibu Arni hanya menggerakkan bibirnya tanpa bersuara.

Alisya juga tidak bersuara dan hanya menggelengkan kepalanya kemudian menoleh ke jendela.

"Dasar tidak sopan, sombong sekali dia berprilaku seperti itu dihadapan ibu guru! apa ini yang kalian bilang pemimpin? " geram Yuyun menatap tajam Yogi dan Rinto.

"Diam kau, sebaiknya kamu hati-hati dengan apa yang kamu ucapkan jika tidak mengenal siapa Alisya" ancam Rinto.

"Ku harap Alisya tidak melihat apa yang kamu katakan! " tambah Yogi yang melirik ke arah Alisya takut.

"Melihat??? pfftttt hahahaha... bukannya harusnya yang kamu katakan mendengar? berarti dia tuli yah? makanya itu yang buat ibu guru berbicara tanpa mengeluarkan suara? " ejek Nely dengan cekikikannya yang tak berhenti.

Bagi para siswi yang tidak mengenal Alisya dia bukanlah seseorang yang akan mendapatkan perlakuan khusus. dan secara tidak langsung mereka sudah menumbuhkan kebencian di dalam diri mereka.

Baru saja Siswa lainnya ingin menjawab, ibu arni sudah menghentikan perdebatan mereka.

"Cukup, Nely hati-hati terhadap lidahmu! tegas Ibu Arni. "Kalau begitu Miska yang akan menjadi ketua kelas. sisanya biar Miska yang mengambil keputusan"

"Baik Bu! " ucap Miska menunduk memberi hormat. Miska merupaka seorang anak yang cukup cerdas dengan pembawaan yang anggun dan tidak perlu berkata banyak karena dua orang pengikutnya secara tidak langsung sudah bisa mewakilinya. Untuk menjaga Image Anggunnya ia lebih memilih membiarkan dua orang itu saja yang berkotek-kotek untuknya.

Setelah Ibu Arni Pamit, suasana rungan kembali ribut namun tidak kembali membahas masalah sebelumnya karena dihentikan oleh Miska. Yuyun dan Nely menjadi Wakil ketua kelas dan bendahara atas keputusan Miska. baginya memilih mereka berdua jauh lebih mudah di atur di banding harus memilih yang lainnya.