Chapter 76 - Masa Lalu Alisya

"Selama masa penculikan, orang itu memukul dan menyiksa Alisya karena dendam sebab Alisya menggagalkan aksinya lalu. Dia seorang psikopat pedofilia yang biasa melecehkan anak laki-laki dibawah umur lalu dijual ke pasar gelap Black Falcon. Sama seperti dirimu, ia juga mengira kalau Alisya adalah seorang laki-laki sehingga begitu dia mengetahui Alisya adalah seorang perempuan, dia memukul Alisya dengan tongkat bisbol yang tepat mengenai telinganya. Itulah kenapa Alisya menjadi sangat sensitif terhadap suara sepelan apapun itu!" Jelas ibunya memandang wajah Adith dalam.

Hati Adith merasakan perih yang amat sakit, dada dan kepalanya seolah-olah akan meledak menahan rasa sedihnnya. Karena dirinya Alisya mengalami semua kejadian tersebut.

"Alisya kemudian dijual ke Black Falcon dan mengalami banyak penyiksaan serta penelitian dimana setiap anak yang dikirim kesana akan dilatih dan dijadikan sebagai senjata pembunuh. 2 tahun kemudian mereka semua akan dikumpulkan dalam suatu wilayah untuk menentukan siapa yang terbaik dan menyisakan 1 orang yang selamat dan itu adalah Alisya. Sedangkan yang tidak selamat dan terbunuh organ-organnya akan diperjual belikan. Akan tetapi Alisya bukan hanya berhasil selamat, namun juga dengan kemampuannya dia berhasil melarikan diri dari Black Falcon dan kembali ke Indonesia" Jelas ibunya dengan suara serak.

Adith masih terus berusaha mempertahankan kesadarannya untuk membuat ibunya terus melanjutkan kalimatnya.

"Akan tetapi, beberapa bulan setelahnya Black Falcon ternyata mampu menemukan keberadaan Alisya sehingga mereka menaruh BOM untuk meledakkan tempat dimana Alisya dan Ibunya berada, Alisya berhasil selamat sedangkan ibunya tidak. Kematian Ibunya membuat Alisya sangat terpukul dan kehilangan sebagian ingatan. Trauma mental Alisya bertambah parah dengan kematian ibunya dan membuat Alisya sangat membenci ayah dan kakeknya yang sangat berkuasa namun tidak bisa melindungi dirinya dan ibunya!" Ibu Adith meminum segelas Air setelah merasa tenggorokannya kering karena menahan kesedihan yang sangat mendalam.

Adith yang mengeluarkan keringat dingin yang membasahi seluruh tubuhnya membuat ibunya bertanya dengan panik.

"Adith,, kamu nggak apa-apa? kamu mau kemana?" Ibu Adith sangat khawatir melihat tubuh Adith yang hampir jatuh.

"Nggak apa-apa kok ma, kepala Adith hanya sedikit sakit! Aku ingin menemui Alisya sekarang!" Adith menekan dadanya dengan air mata yang mengalir deras tak mampu menahan kesedihan.

"Jangan memaksakan diri, sebaiknya kamu istrahat dulu. Dan untuk Alisya, kamu jangan memaksanya untuk mengingatmu Dith. Mama yakin dia tidak akan sanggup mengetahui kejadian yang sebenarnya terlebih tentang ibunya!" Ibu Adith mencegah dan mengingatkan Adith agar tidak bertindak gegabah.

"Jangan khawatir ma, aku hanya ingin menemuinya saja. Adith sangat merindukannya saat ini, Adith ingin melihat wajah Alisya ma" pinta Adith menenangkan ibunya dan meminta izin dengan sangat lembut.

"Oke, kamu boleh pergi tapi tidak dengan keadaanmu yang seperti ini. Apa yang akan Alisya pikirkan jika kamu menemuinya dengan keadaan seperti ini? tidak kah kamu terlalu ceroboh Adith??? kamu harus menenangkan dirimu terlebih dahulu! Gantilah pakaianmu dan bersikaplah apa adanya seperti yang biasa kamu lakukan padanya" Pinta ibunya dengan suara penuh kasih sayang untuk menenangkan Adith.

Setelah menghapus air matanya dan menenangkan diri, Adith naik menuju kamarnya untuk sejenak merebahkan diri beberapa saat lalu mandi dan berganti pakaian dengan cepat.

"Makanlah ini, setidaknya kamu harus makan ini sebelum pergi jika tidak, mama tidak akan mengizinkanmu menemui Quenby ku!!!" ancam ibu Adith yang sudah berdiri tepat di pintu masuk kamar Adith yang sudah siap ingin keluar.

"Mama...." Adith tersenyum melihat ibunya seolah memberi perhatian lebih besar kepada Alisya dibanding terhadap dirinya.

Ibunya tersenyum hangat penuh kasih begitu melihat Adith menghabiskan Jus Mangga dan sepiring roti goreng buatannya.

*****

"Kau baik-baik saja??? " Alisya dengan cepat membantu karyawan itu untuk berdiri dan memastikan keadaannya.

"Itu ganjaran buat karyawan kurang ajar seperti kamu yang berani melawanku!" Terangnya mengipas ngipas tangannya yang kebas karena menampar dengan sangat kuat.

"Pergilah selagi aku masih memberimu kesempatan!!!" Mata Alisya menatap tajam melirik kearahnya yang membuat Kanya seketika bergetar bergidik nyeri melihat tatapan Alisya.

Meski takut, keangkuhan karena diberi tatapan oleh Alisya membuatnya semakin marah dan bengis.

"Memangnya kau siapa berani mengusirku???" Bantahnya dengan suara setengah gagap.

"Apa yang terjadi?" seorang ibu sosialita dengan mantel berbulu dan kaca mata hitamnya bertanya kepada Kanya. Dia didampingi oleh dua orang pengawalnya dan 3 lainnya berada didepan pintu.

"Ini tante,, aku mau ambil baju ini tapi dia berani menghalangiku!" Kanya dengan cepat merangkul lengan ibu itu.

"Ada apa Alisya???" Karin dengan cepat berlari kearah Alisya di ikuti oleh Dava dengan wajah setengah panik.

"Bagaimana kamu mengajari karyawanmu?? Apa dia tidak tau siapa kami hahhhh??? " Bentak ibu itu dengan bengis setelah melepaskan kacamatanya.

"Maaf nyonya Hanzel, sepertinya ada kesalahpahaman disini. Tolong tenang dulu!" Dava melirik canggung ke arah Alisya yang dibalas senyuman dan anggukan agar Dava melakukan tugasnya sebagaimana biasa.

"Salah paham??? Jelas-jelas anak ingusan seperti mereka belum tentu bisa membeli gaun ini sudah berlagak angkuh mengahalangi Kanya. Apa kamu pikir kamu bisa membelinya?" Matanya melotot tajam dengan pandangan merendahkan.

Karin dan Alisya saling berpandangan satu sama lain sambil melihat penampilan masing-masing lalu saling menertawakan. Alisya bukan hanya mampu membeli, tapi dialah pemilik dari seluruh isi yang ada di tempat itu. Dan bisa dengan mudah mengambil apapun yang dia mau.

"Apa yang kalian tertawakan hahhh??? Kalian pikir aku sedang bercanda? Dava sebaiknya kau usir mereka sebelum aku memberi mereka pelajaran!" Tegasnya lagi.

"Maaf nyonya, tapi dia... " Dava berusaha untuk menjelaskan namun cepat dihentikan oleh Alisya.

"Tidak apa kak,, " Karin tersenyum tidak ingin memperpanjang masalah karena orang-orang sudah semakin banyak berkumpul dan memperhatikan mereka dan itu membuat Alisya tak nyaman dan ingin segera pergi.

"Mau kemana kamu? Kamu bisa pergi jika sudah meminta maaf dengan benar" ucap Kanya menghalangi jalan Alisya.

"Maaf?? Maaf untuk apa?" Alisya tidak yakin atas dasar apa Kanya menyuruhnya meminta maaf.

"Karena kau sudah berani menatapku dan mengahalangiku!" senyumnya dengan licik.

"Pufftttt,,," Karin tertawa mendengar kalimat Kanya. "Dasar bodoh! Kamu harusnya bersyukur kalau saat ini Alisya dalam mode tenang!". Batin Karin.

"Huuuhhh,,, tidak kah kau pikir kau sudah cukup berlebihan??" Alisya menatapnya dingin.

Para pengawal yang semula berdiri diam menghampiri Alisya yang dengan satu gerakan tepat sebelum mereka melakukan yang lebih, pengawal Alisya sudah lebih dahulu berada tepat dihadapan Alisya menghalangi para pengawal si ibu sosialita dan seorang yang pengawalnya hampir saja menyentuh Alisya sudah meringis kesakitan.