Chapter 173 - 8 3

Tak melihat Alisya dikerumunan teman-temannya, Adith segera mencarinya kemana-mana. Dari kejauhan Adith melihat Alisya yang masuk kedalam rumah Zein. Adith dengan cepat mengikuti Alisya dan segera menuju ketempat dimana Alisya sedang berada.

Setelah masuk, Adith akhirnya melihat Alisya sedang mengambil segelas air minum dan terduduk ke kursi lalu langsung meneguknya dengan cepat. Saat Alisya kembali berdiri untuk mengembalikan gelasnya, Adith sudah berada dibelakangnya ingin mengejutkan dirinya.

Adith datang mengendap endap dibelakang Alisya untuk membuatnya terkejut. Dengan perlahan ia mengambil satu buah pisang dan menodongkannya tepat di bagian tulang lumbalesnya (Ruas tulang belakang diatas pinggang).

Alisya yang kaget dengan refleks langsung menarik tangan Adith dan memasang posisi untuk membantingnya. Adith melayang keudara dengan posisi bagian belakang akan menyentuh lantai namun Adith dengan lincah mendaratkan kakinya kebawah terlebih dahulu.

Adith yang tak mau kalah juga melakukan hal yang sama dengan berputar arah lalu dengan sedikit teknik bantingan paha yang dengan memperkuat kuda-kudanya agar Alisya tidak benar-benar jatuh kelantai namun mendarat sempurna dihadapannya.

"Kenapa kau selalu saja bersikap usil padaku?" Alisya dengan cepat memutar tubuhnya dengan menyerang kepala Adith yang dapat dihindari oleh Adith dengan cepat meski ia bisa merasakan kuatnya tamparan angin yang mengikis dagunya.

"Kau selalu menarik perhatianku untuk selalu menggodamu!" Adith dengan cepat berada dihadapan Alisya saat Alisya sudah berdiri dengan tegak dari tendangan memutarnya.

Alisya yang kaget melihat Adith sudah berada dihadapannya membuat Alisya dengan cepat memegang garpuk yang kemudian ia tusukkan kearah Adith yang dengan susah payah Adith hindari. Alisya kembali melayangkan serangannya. Kecepatan Alisya yang hampir tak bisa ditandingi oleh Adith membuat Adith dengan cepat meraih piring keramik yang berada tak jauh dari sisinya yang ternyata dapat dengan mudah hancur karena tekanan dari perlindungan Adith dan Tusukan kuat dari Alisya.

Alisya tersenyum melihat garpunya yang membengkok seketika dan keramik Adith yang terbelah menjadi beberapa bagian, saling berpandangan sejenak mereka berdua melirik kearah yang berlawanan. Alisya melihat pisau disisi belakang Adith dan Adith melihat nampan besi yang berada disisi belakang Alisya.

"hemmm,, aku tau dalam hal keahlian, aku mungkin takkan bisa mengalahkanmu!" ucap Adith sambil terus menjaga jarak agar bisa dengan cepat mengambil nampan nya. Jika ia mengambil pisau dibelakangnya maka Alisya akan dengan mudah melebihi kecepatannya dan menghentikannya.

"Dan aku takkan bisa menang dari kelicikkanmu!" Alisya seolah bisa mengetahui apa yang akan dilakukan Adith ketika melirik barang yang berada dibelakangnya.

Dengan satu gerakan kecil Alisya dengan cepat menendang nampan yang akan diambil oleh Adith dan berhasil meraih pisau dibelakang Adith setelah sebelumnya sempat dihentikan oleh Adith. Alisya dengan cepat menodongkan pisaunya keleher Adith dan tersenyum puas.

"8 : 3 , meski aku pernah kalah dari mu beberapa kali, sepertinya kau takkan mampu mengalahkanku dalam hal ini" ucap Alisya masih dengan pisau yang ujungnya melekat pelan dileher Adith.

"Planngggg.... Plaaaang...." sebuah pukulan nampan mendarat dikepala Adith dan Alisya dengan keras.

"Jangan bermain-main dengan barang kesayangan ibu-ibu! Jika kalian ingin saling menyerang biar ibu perlihatkan seperti apa itu menyerang yang sebenarnya!" Ibu Zein sudah memegang sapu ijuk yang cukup panjang.

"The power of emak-emak!!! hahahahahhahaha" Riyan tertawa dengan terbahak-bahak melihat Adith dan Alisya yang tunduk dan takluk dihadapan ibu Zein.

"Romance Action nya berakhir gagal karena Nampan!!!" Zein tak bisa menahan tawanya melihat tingkah keduanya yang tampak oleng dan bingung dengan situasi yang sedang berada dihadapan keduanya.

"Apa yang sebenarnya ingin kalian lakukan didapurku, tidak mungkin kalian hanya ingin berpacaran ala India disini kan?" tanya Ibu Zein menunjuk-nunjuk menggunakan sapu ijuknya.

"Ah... maaf tante, karena kehausan aku jadi mencari Air minum di kulkas untukk.... Kruuuuyuuuuukkkk,,," perut Alisya berbunyi dengan sangat keras. Dengan rasa malu Alisya dengan cepat menutup perutnya berbalik kebelakang ingin melarikan diri.

"Mau kemana kau, perutmu lebih jujur dari mulutmu ternyata! Apa yang kau lakukan sedari tadi sampai tak memakan makanan yang sudah aku susah-susah hidangkan?" Ibu Zein dengan cepat meraih kerah baju belakang Alisya untuk menghentikannya. Adith tertawa pelan melihat tingkah tercyduk Alisya.

"Zein, Ibu mu lebih mengerikan dari nenekku!!!" Ucap Alisya menggunakan bahasa bibirnya yang dapat dengan mudah dibaca oleh Zein dan Riyan. Bukannya menolong Alisya, keduanya hanya tertawa terbahak-bahak.

"Maaf tante, bukannya aku tak suka dengan masakan tante! Tapi karena tadi terlalu sibuk aku sampai lupa untuk mengisi kampung tengahku." ucap Alisya setelah menghadap wajah ibu Zein yang kemudian ibu Zein melepas cengkramannya melihat ekspresi tulus Alisya.

"Ya sudah, aku akan memasakkan kalian semua makanan. Kalian semua pasti belum makan jadi untuk sementara makanlah dulu buah ini" Ibu Zein mengeluarkan beberapa potong pepaya segar dari dalam kulkas dan ditaruh diatas meja.

Melihat ekspresi wajah Alisya yang mengerut membuat Zein paham akan apa yang ada dipikiran Alisya.

"Bu, Alisya tak terlalu menyukai pepaya! Kami akan menunggu masakan ibu saja, karena masakan ibu adalah masakan paling enak yang mengalahkan restoran di Indonesia loh?" puji Zein mengalihkan perhatian ibunya. Ibu Zein terkesan tegas terhadap makanan sehingga ketika dia sudah menawarkan sesuatu maka takkan ada alasan untukmu menolak makanan tersebut.

"Makanlah, pepaya bisa mencegah asam lambung meningkat dan mencegah mag kambuh! apa kamu tidak tahu kandungan pepaya?" tanya ibu Zein ketika mendengar bahwa Alisya tak menyukai pepaya.

"Pepaya memiliki kandungan kalium yang dapat meredakan asam lambung yang sedang naik. Dengan adanya kandungan ini, pepaya dapat menyeimbangkan keasaman PH atau derajat keasaman didalam lambung yang terjadi ketika Maag kambuh!" Terang Zein menjelaskan maksud dari ibunya.

"Selain itu juga, pepaya mengandung papain, yaitu enzim pencernaan yang dapat membantu pecahan protein sehingga hal ini sangat baik untuk pencernaan." tambah Adith menjelaskan lagi sembari mengambil potongan pepaya diatas meja dan memakannya dengan lahap.

"Itu adalah ilmu paling berharga yang akan kamu dapatkan setiap kali ibu Zein mengeluarkan buah pepayanya. Untuk itu sebaiknya kamu mengambil sepotong pepaya itu sebelum dia mengulang apa yang sudah dijelaskan Adith dan Zein sampai tanpa sadar yang timbul bukanlah rasa lapar mu terisi penuh oleh omelan ibu Zein" ucap Riyan sambil tertawa renyah yang kemudian mendapatkan pukulan gemas dari Ibu Zein.

Ibu Zein tak bisa berkata apa-apa ketika melihat interaksi dari ketiganya yang sudah lama ia rindukan. Meski Riyan dan Zein tak terlibat konflik, namun sejak Adith bermasalah dengan Zein membuat Riyanpun ikut jarang menujukkan diri mereka.