Chapter 375 - Teman Kuliah

Sudah beberapa hari Alisya terus mencari Adith diperusahaan, namun tetap tak pernah bertemu dengannya. Bahkan saat ia mengunjungi Adith dirumah sakit, ia pun juga tak bisa bertemu dengannya karena ia selalu berada di ruang operasi. "Suster, dokter Adith ada dimana yah?" Tanya Alisya pada suster yang sering bekerja sama dengan Adith. "Wah, dokter Adith sehabis menyelesaikan operasi dia sudah pergi meninggalkan rumah sakit mbak. Sepertinya dia benar-benar menghindari mbak, karena setiap kali selesai dia takkan pernah masuk ke kantornya lagi." Jelasnya dengan pandangan menyelidik. "Oh, begitu. Terimakasih banyak atas informasinya." Alisya pamit dan pergi dari hadapan perawat tersebut. *Dia selalu saja menghindar dariku. Baiklah sekarang apa yang akan kau lakukan jika aku berbuat sedikit lebih nekat." Alisya tersenyum licik mengingat kemarahan Adith yang begitu besar dikarenakan perasaannya pada Alisya juga sama besarnya. Semakin kau mencintai seseorang, semakin besar juga rasa sakit hati dan cemburu itu. Namun saat ini yang menjadi masalah Adith adalah dia seolah tidak mengenali Alisya sehingga kepercayaannya pada Alisya masih kurang. "Ma, mama sendirian saja dirumah?" Alisya masuk setelah ibu Adith membukakan pintu untuknya. "Iya benar, mereka belum pulang sampai sekarang mungkin masih ada yang harus dikerjakan." Jawab ibu Adith begitu semangat saat melihat Alisya kembali datang kerumahnya. Tanpa diketahui oleh Adith, Alisya selalu mendatangi ibu Adith untuk sekedar menemaninya belanja, makan bersama atau menemaninya tidur di saat Ayah Adith keluar kota dan Adith di rumah sakit. "Alisya… ada apa dengan kalian sebenarnya?" Ibu Adith akhirnya curiga dengan reaksi Adith setiap kali pulang selalu larut malam dan mulai jarang berkomunikasi dengan ibunya. Alisya tersenyum dan menepuk telapak tangan ibunya dengan hangat "Tidak ada apa-apa bu, cuman salah paham kecil saja kok. Alisya akan selesaikan secepatnya biar ibu nggak khawatir lagi. Oke?"  "Ya sudah, aku yakin kalian bisa menyelesaikannya dengan baik." Ucap ibunya dengan tersenyum hangat. "Ibu sudah makan? Kita masak bareng lagi yah…" ajak Alisya dengan berdiri menuju dapur. "Kamu mau masak banyak lagi? Sudah 2 malam Adith tidak pernah pulang, sepertinya dia lebih sering bermain di apartemennya." Ucap ibunya mengingat kan Alisya yang selalu datang masak untuk Adith dan dirinya. "Kalau begitu.." Alisya berbalik cepat dan tersenyum penuh arti. "Aku tinggal pergi ke apartemennya dan membawakan Adith makanan ini."  Ibu Adith tertawa pelan melihat kegigihan Alisya yang ingin menyelesaikan sebuah kesalahpahaman kecil di antara mereka.  Setelah masak dan makan bersama ibu Adith, Alisya segera keluar dari rumah Adith menuju ke apartemen Adith.  Sesampainya disana, Alisya juga masih tidak menemukan Adith hingga ia tertidur di kamarnya karena menunggu Adith yang tak kunjung pulang. "Kau selalu saja tampak sibuk hingga tak menyadari aku yang sudah berdiri disini selama 15 menit, kau tak ingin makan?" Tanya seorang wanita yang berpakaian begitu mewah dan sangat menawan. "Kamu… Mery? Merylin bukan?" Adith yang semula berwajah dingin akhirnya terlihat menyunggingkan sedikit senyuman. Merylin adalah satu-satunya teman wanita Adith selama ia kuliah di Oxford lalu.  Dia bisa berteman dengan baik dengannya karena Merylin tidak pernah menunjukkan perasaanya kepada Adith dan berteman tulus dengannya serta memahami kepribadian Adith yang tak suka bersentuhan langsung. Meski begitu, sikap Adith tetap saja dingin terhadapnya. "Kamu masih sama seperti dulu, selalu menganggap pekerjaan nomor satu dan tak memperdulikan hal lain." Merylin masuk kedalam kantor Adith yang begitu luas dan nyaman. "Kapan kamu berada di Indonesia? Apa yang kau lakukan disini?" Adith berdiri dari kursinya untuk menyambut Mery sebagai sopan santunnya. "Aku di datang kemari untuk melakukan kerjasama dengan perusahaan kalian. Bukankah harusnya kau sudah mengetahuinya?" Mery mengernyitkan keningnya tak paham dengan sikap Adith yang seolah-olah tak mengetahui kedatangan Mery. "Aku sudah memberinya dokumen itu, tapi sepertinya dia tidak membukanya dan hanya langsung menandatanganinya saja." Jawab Yogi masuk ke dalam memandang Adith tajam. "Ah.. maafkan aku, aku tidak bermaksud kasar padamu." Ucap Adith cepat. "Dia akan berada disini selama seminggu untuk melakukan pengembangan dalam proyek kali ini sehingga akan sangat baik jika direktur mulai memperkenalkan dia dengan tim kita yang akan ikut untuk bekerja sama." Terang Yogi cepat untuk mengembalikan suasana canggung mereka. "Tentu saja, mari saya antar untuk bertemu dengan mereka dan mengenalkan perusahaan ini padamu." Adith akhirnya mulai terlihat tersenyum hangat. Mereka bertiga akhirnya turun di ruang meeting untuk mengenalkan Merylin pada seluruh karyawannya yang akan ikut bekerja sama dengannya. Adith cukup terkejut saat melihat bahwa pada tim mereka ada Alisya disana. Mery dengan jelas melihat perubahan eskpresi Adith namun masih belum tahu pasti akan apa yang yang sedang dipirkannya. Sambil tersenyum Adith segera meraih pinggang Mery untuk masuk dan membukakannya kursi untuk duduk. Saat itu Mery hanya berpikir kalau dia sedang melakukan sopan santun saja. "Perkenalkan dia adalah Merylin Carrington, dia adalah orang yang akan bekerjasama dengan proyek yang akan kita buat dalam sebulan kedepan." Jelas Adith singkat dan memberikan tanda kepada Mery. "Senang bertemu dengan kalian semua, saya harap proyek ini dapat berjalan dengan lancar dan sekali lagi membawa kedua perusahaan untuk menduduki pusat tekhnologi dunia." Nada suara begitu mantap dan merdu serta tatapannya yang penuh kharisma membuat mereka berseru dengan riuh. Setelah selesai memperkenalkan Mery, Adith segera membawanya mengelilingi perusahaan dengan sesekali bersikap dingin saat ia tidak berpapasan dengan Alisya, namun akan bersikap begitu hangat saat bertemu dengan Alisya. Dari gelagat Adith akhirnya Mery paham akan apa yang sebenarnya ia lakukan, namun Mery salah mengira jika yang sedang ditatapnya saat itu adalah Yani bukannya Alisya. "Sepertinya kau sedang bermasalah dengan seorang wanita." Pancing Mery dengan gaya khas Amerikanya. "Apa yang sedang kau bicarakan?" Adith berucap cuek dan tak peduli. "Oy ayolah Dith, aku berteman denganmu tidak setahun saja, tapi 3 tahun dan aku cukup tau akan temperamenmu seperti apa!" Jelas Mery bersandar dikursi Sebuah Restoran setelah diajak makan siang oleh Adith. "Kau terlalu banyak menghayal, bukankah kau sendiri orang pertama yang menyadari Mysophobia ku? Kenapa kau sampai berpikir seperti itu?" Adith tertawa pelan mendengar perkataan Mery. "Benarkah? Sepertinya aku tersanjung. Tapi asal kau tahu, setiap kali kita berpapasan dengan wanita itu kau langsung memperlakukanku dengan hangat, namun begitu dia tidak ada, kau langsung kembali bersikap dingin." Tatap Mery dengan memajukan tubuhnya memancing Adith untuk jujur. Adith hanya tertawa pelan dan tak menjawab perkataan Mery.