Chapter 504 - Pesan di Balik Kertas

Hati Yani hancur berkeping-keping melihat catatan kertas tersebut, dia segera menyembunyikan itu di dalam genggaman tangannya agar tidak terlihat oleh suster yang berada diruangan ibunya tersebut. Yani merasakan beban yang sangat berat pada dadanya yang dipenuhi dengan ketakutan akan kehilangan adik dan Ibunya. Orang yang terpikirkan olehnya saat itu adalah ayahnya yang mungkin saja terlibat dalam apa yang sedang terjadi.

Tubuhnya bergetar hebat mengingat apa yang akan terjadi pada ibunya, ia memikirkan solusia lain mengenai apa yang harus ia lakukan dan dengan segera ia berdiri dari posisinya.

"Ayumi…" Yani yang memikirkan orang yang dapat membantunya saat itu kembali terhenti saat ia menginta catatan dari kertas itu untuk datang sendiri.

"Aku tidak punya pilihan lain, maafkan aku Ayumi." Yani menarik nafa dalam dengan air mata yang kembali terus mengalir dengan deras.

"Mbak… mbak mau kemana jam segini? Pihak rumah sakit sudah melakukan pelaporan pada polisi, sebentar lagi mereka akan datang. Mbak jangan kemana-mana dulu, setidaknya sampai polisi datang mbak." Sang suster segera menghentikan Yani yang akan beranjak pergi entah kemana.

Yani tidak mendengarkan panggilan suster tersebut dan terus berlari. Melihat apa yang sedang dilakukan oleh Yani, suster itu sekali lagi langsung melakukan panggilan untuk melaporkan mengenai perginya Yani dari sana.

Melihat beberapa perawat yang terlihat sedang melakukan penjagaan dengan ekspresi yang terlihat panik dan menanti di pintu lift rumah sakit, Yani segera berlari menuju ke tangga darurat dengan membuka alas kakinya agar langkahnya tak terdengar saat ia berlari kesana.

Pintu lift yang terbuka memperlihatkan orang lain dan tidak terdapat Yani di dalamnya membuat mereka segera memeriksa di tangga darurat, namun Yani sudah selangkah lebih dahulu menjauh dari sana dan keluar dari gedung rumah sakit serta mengecoh satpam penjaga dengan memecahkan jendela posnya.

Yani terus berlari menuju ke tempat yang di tunjukan oleh kertas tersebut. Dia tidak bisa menaiki taksi ataupun angkot karena semua kendaraan itu akan melewati jalan umum yang mungkin memiliki CCTV, dia harus menghindari sebisa mungkin area yang dapat membuatnya terlihat oleh kamera demi keselamatan ibunya.

"Welcome…. Selamat datang, selamat datang!" orang yang menyambutnya tak diduga adalah Pria berjas yang malam lalu sudah mendapatkan tendangan berputar yang cukup keras dari Rinto. Melihat wajahnya yang tersenyum dengan begitu licik membuat amarah Yani sangat ingin meledak dengan kuat, namun ia berusaha menahan diri.

"Tapi tak ku sangka kau akan setelat ini, bukankah aku sudah menuliskan untuk datang dalam waktu satu jam? Kau sudah menyia-nyiakan waktu ku dengan datang tiga jam setelahnya." Ucapnya dengan suara yang sangat angkuh.

"Huhhh?" Yani dengan segera kembali memeriksa kertas yang terus digenggamnya sejak awal dan melihat bagian itu tidak terlihat ada tulisan yang ia maksudkan, namun ketika Yani membalik bagian belakangnya ternyata apa yang dia katakan benar tertulis di sana.

"Ah… Aku terlalu panik dengan pesan yang tertulis pada bagian depan kertas ini sampai aku tak memperhatikan bagian belakangnya. Aku sudah berusaha sebisa mungkin untuk datang kemari dengan terus berlari, dan harus berhenti beberapa saat karena harus menarik nafas." Batin Yani menarik nafas dengan berat karena merasakan keteledorannya saat tidak mengetahui tulisan kertas yang berada di sisi sebaliknya.

"Tapi melihat kau sudah berada di sini dengan bertelanjang kaki seperti itu, sepertinya kau memang benar-benar menuju kemari dengan secepat mungkin. Aku harus sedikit tersanjung dengan kegigihanmu tersebut, tapi kau tetap tidak membuatku senang akan hal itu." Ucapnya dengan melipat kakinya ke atas kaki kanannya dengan menyeruput rokoknya dan membuangnya dengan santai.

"Tidak usah banyak basa-basi, katakan apa yang kau ingingkan sampai kau harus menculik adik dan ibuku?" tanya Yani dengan suara dingin dan tatapan tajam kepadanya.

"Aku suka tatapan tajam mu itu, meskipun aku baru pertama kali melihatmu, tapi tatapan matamu itu  terus terbayang di kepalaku. Tapi bukan hanya itu alasan utamaku menculik mereka berdua, karena seharusnya aku bisa saja hanya menculikmu untuk alasanku yang sebelumnya." Terangnya mulai berdiri dari tempatnya duduknya menghampiri Yani secara perlahan-lahan.

"Ayahmu yang sudah mendapatkan uang yang aku berikan padanya ternyata semakin tergila-gila untuk berjudi, dan kau tau apa yang dia lakukan hanya dalam semalam?" tatap Pria itu dengan begitu menusuk membuat tubuh Yani merasakan aura dingin menjalar ke tubuhnya karena tatapan tersebut.

Yani hanya terdiam dan tak ingin menyela karena merasa tidak nyaman jika mengeluarkan suara di hadapan pria itu terlebih karena jarak mereka yang cukup dekat.

"Dia menghabiskan uang seratus juta dengan jaminan adikmu yang manis dan cantik ini. Karena kau sudah terlambat dan membuatku menunggu, inilah yang terjadi padanya." Pria itu menarik kepala adik Yani dengan menjambaknya dengan kasar.

Yani benar-benar membelalakkan matanya, bukan hanya karena apa yang dikatakan olehnya mengenai ayahnya yang sudah menghabiskan banyak uang, melainkan karena dia juga sudah memperlakukan adiknya dengan sangat kasar. Yani merasakan emosi yang sangat tinggi karena hal tersebut, sehingga dia dengan segera ingin menyelamatkan adiknya.

"Lepaskan dia.. Akhhh" Yani terdorong dengan sangat kuat hingga terjatuh ke tanah dengan cukup keras. 

"Ka… Kakak yani… Ka.. kakk Sakit…" Adik Yani terlihat sangat lemas dan tak berdaya membuat Yani merasa terkejut akan hal tersebut.

Melihat adiknya yang terlihat sedikit aneh dengan suara dan eskpresi lemasnya membuat Yani mengerutkan keningnya. Seingat dia, adiknya tidak sedang dalam kondisi sakit atau dalam keadaan kondisi yang kurang baik, namun melihat dan mendengar suara adiknya Yani merasakan ada yang tidak beres dengan adiknya.

"Apa yang sudah kau lakukan padanya? Aku takkan membiarkanmu jika sudah melakukan sesuatu padanya. Dimana ibuku, kau akan menyesal lebih banyak lagi jika melakukan hal yang lebih dari apa yang sudah kau lakukan pada adikku." Yani terbangun dari posisinya dengan susah payah dan kembali menatapnya dengan begitu penuh amarah.

"hahahahah… aku tak melakukan apapun pada adikmu, dia hanya bilang ingin minum dan akupun memberinya minuman itu. Soal ibumu, kau bisa lihat di sana." Tunjuknya pada suatu ruang berkaca yang berada disebelah kirinya dimana ibunya terbaring dengan lemas. Ia sengaja berbohong mengenai apa yang dilakukannya pada adiknya.

"Awalnya aku hanya ingin menculik adikmu saja, tapi ibumu yang sudah tidak bisa terbangun dari tidurnya itu masih tetap berusaha untuk menyelamatkan adikmu. Dan karena dia bisa saja membuat rencanaku kacau, aku terpaksa membawanya." Lanjutnya lagi dengan terus tertawa.

Selain memperlihatkan ibunya yang tampak lemah dan terlihat membutuhkan pertolongan secepatnya, Pria itu juga memperlihatkan ayahnya yang tampak kacau dan babak belur.