Chapter 535 - Pisang Ambon Campur Durian

"Wut wutt wutt wuuut" suara bising terdengar dari balik jendela kamar milik Alisya, sehingga dengan malas dia terbangun dan menghampiri jendela untuk melihat apa yang menyebabkan suara bising yang disertai dengan angin kencang tersebut.

"Ah… ada apa sih? Kenapa rebut sekali?" gumam Alisya sedikit kesal dengan suara bising tersebut.

Alisya yang mengucek matanya pelan-pelan langsung membuka jendela dan hembusan angin menyeruak masuk ke dalam kamarnya menerbangkan horden putih yang menutup jendela kaca bening yang sangat besar tersebut.

Samar-samar Alisya melihat Adith yang turun dari helicopter dengan begitu bersinar dan menawan . Adith seolah dipenuhi dengan sinar cerah beserta bunga-bunga ketika ia melangkahkan kakinya sehingga Alisya harus mengucek matanya beberapa kali karena merasa ada sesuatu  yang salah dengan penglihatannya.

"Puhahahaha, sepertinya aku sangat merindukan dirinya hingga tanpa sadar aku seperti sedang berhalusinasi melihat dirinya sekarang. Aku harus mencari Karin atau Karan untuk memberikanku Vitamin penambah energi otak." Gumam Alisya sembari menutup kembali jendela tersebut dengan menertawakan dirinya sendiri.

Dia tidak percaya akan apa yang baru saja dilihatnya sampai ia merasa konyol atas pikirannya sendiri. Dengan mendesah kuat, Alisya berusaha untuk mengumpulkan kembali kesadarannya yang berterbangan mengelilingi kepalanya yang bergambarkan pesona Adith.

"Mana mungkin dia berada disini!" ucapnya menarik nafas dalam sembari memijat kepalanya yang sedikit pening.

"Ada apa? Apa yang sedang terjadi? Kau baik-baik saja Sya?" tanya Karin yang datang terburu-buru karena mengkhawatirkan Alisya sebab suara keributan itu terdengar sangat dekat dengan kamar miliknya.

"Entahlah, kau perlu memeriksa tubuhku sekarang. Rasanya aku jadi mulai sering berhalusinasi dan kepala ku rasanya berat dan pening sekali, sampai aku seolah merasa melihat Adith yang berada di luar sana. Hahahaha" Alisya tertawa dengan suara lemah yang membuat Karin mengernyitkan keningnya mendengar apa yang dikatakan oleh Alisya.

Dia yang ingin menghampiri Alisya untuk memastikan keadaaanya tiba-tiba terhenti saat melihat sosok yang sudah menghampiri Alisya dari belakang.

"Bagaimana jika aku yang melakukan itu padamu?" Adith masuk setelah membuka jendela dan langsung memeluk Alisya dari belakang.

"Alisya.. kau baik-baik saja?" Yani datang dengan setengah berteriak mencari Alisya.

"Huh???" Yani yang baru masuk tiba-tiba bingung dengan matanya yang sudah tertutup oleh tangan Karin.

"Apa sih Karin, tangan kamu bau tau! Kamu habis megang kaki kamu yah?" Yani berusaha melepaskan tangan Karin, namun karena kesal Karin malah semakin memakai dua tangannya untuk benar-benar menutup mata Yani.

"Nih makan aroma Pisang Ambon campur Durian!" serang Karin bertubi-tubi hingga membuat Yani menjadi sedikit sesak memikirkan apa yang baru saja di katakan oleh Karin.

"Kamu ngapain nutupin mataku sih?" tanya Yani mulai sedikit kesal dengan apa yang dilakukan oleh Karin kepadanya.

"Sebaiknya kita keluar dari sini, para wanita yang masih menanti untuk di halalkan diwajibkan untuk menjauhkan pemandangan romantic ini dari pandangan mata mereka jika tidak ingin hatimu merusak kehidupanmu." Ucap Karin langsung menarik pergi Yani untuk keluar dari kamar Alisya.

Yani sebenarnya tak paham dengan apa yang dikatakan oleh Karin, namun saat keluar dari kamar Alisya ia sekilas dapat melihat Alisya yang sedang berada dalam pelukan seseorang. Memikirkan siapa yang memeluk Alisya saat itu membuat Yani paham dan tersenyum simpul.

"Oke, naku tahu siapa yang sanggup dan mampu melakukan hal seheboh itu, tak perlu dipertanyakan lagi. Orang yang sedang memeluk Alisya saat ini pastilah Adith." Batin Yani terus berjalan mengikuti langkah kaki Karin yang tampak tenang.

Mereka dengan segera menenangkan orang-orang yang berada dalam rumah, termasuk Yuriko. Sedangkan Ayah Alisya hanya bisa tertawa mengetahui kehebohan yang sudah di lakukan oleh Adith untuk bisa sampai di Jepang. Dengan waktu yang ditempuh oleh Adith, tidak hanya Jet pribadi saja yang sudah ia gunakan untuk sampai ke bandara, namun dari bandara dia juga langsung menggunakan helikopter untuk bisa sampai di rumah tersebut.

"Bagaimana mungkin kau bisa tertawa dengan sesantai itu saat ada sebuah helikopter yang mendarat di halam rumah ini?" tanya Masayuki kepada Ayah Alisya dengan wajah yang kebingunga.

"hahahaha… tidak perlu khawatir, hanya satu orang yang berani melakukan hal itu di tempat ini." Ucap Ayah Alisya mengetahu kalau hal itu hanya akan dilakukan oleh Adith.

Meski tempat mereka tidak mewah dengan rumah bergaya tradisional, rumah tempat dimana ibu Alisya dilahirkan sangat diketahui oleh masyarakat dan menjadi rumah yang orang-orangnya sangat mereka hargai. Kedatangan Adith yang langsung menerobos menggunakan helikopter tersebut tentu saja membuat semua warga sekitar juga ikut heboh, untunglah halam rumah nenek Alisya yang cukup luas memungkinkan untuk satu helicopter kecil dapat mendarat dengan aman.

"Anak itu, selalu saja menciptakan kehebohan jika sudah berhubungan soal Alisya. Tapi melihat dari kehebohan yang masih belum seberapa ini, sepertinya dia belum mengetahui mengenai kehamilan Alisya." Gumam Ayah Alisya sembari terus membuka lembaran berkas yang ada di mejanya.

"Aku penasaran orang seperti apa pemuda itu sampai kau terlihat begitu percaya padanya" ucap Masayuki penasaran dengan sosok Adith yang telah membuat Ayah Alisya begitu santai meski Adith sudah menciptakan kehebohan seperti itu.

"Kau tidak perlu khawatir, setelah dia selesai mengurus Alisya. Dia akan datang untuk menemui kita secepatnya." Ayah Alisya tersenyum memikirkan sikap Adith kepada Alisya.

Alisya masih terdiam dalam pelukan Adith, ia bahkan menoleh ke belakang agar bisa memeluknya dengan benar. Alisya merasa seolah energinya telah perlahan mulai terisi karena ia sangat mengetahui ritme jantung orang yang sedang dipeluknya tersebut. Detak jantung yang sangat ia rindukan dalam tidur dan bangunnya.

"Bagaimana kondisimu sekarang? Aku lihat wajahmu sangat pucat sekali. Apa kau demam?" Adith menempelkan dahinya pada dahi Alisya untuk memastikan kondisinya.

"Hmmmm, aku baik-baik saja. Tapi ada satu hal yang ingin aku katakana padamu." Ucap Alisya dengan suaranya yang sedikit lemah.

"Kita akan bahas itu nanti, sekarang yang utama adalah kesehatanmu. Aku harus memastikan kondisimu dulu saat ini. Kau sangat membuatku khawatir!" Adith langsung menggendong Alisya dengan lembut dan membaringkannya secara perlahan-lahan di atas ranjang.

"Aku rasa kau akan menyesal jika tidak mendengar hal ini, sebab kau akan kecewa karena menjadi orang kesekian yang terlambat mengetahui ini." Alisya menatap Adith dengan senyuman penuh syukur di saat Adith tidak memperdulikannya dan terus sibuk memeriksa denyut nadinya.

"Oke, kamu bisa katakan padaku sekarang. Tapi biarkan aku untuk tetap memeriksa kondisimu juga, karena bagiku tak ada yang lebih penting di dunia ini selain dirimu." Tegas Adith sembari memegang pipi Alisya dengan hangat.