Ketika Inggrid masuk ke kamarnya, sifat nakal Randika mulai muncul kembali. Bagaimana mungkin dia melepaskan kesempatan emas seperti ini?
Ketika mengobati Inggrid menggunakan akupunturnya, Randika mencuri-curi kesempatan. Inggrid tidak mempersalahkan hal ini karena dia telah belajar satu hal ketika menghadapi Randika. Abaikan saja!
...…
Hari berikutnya
Randika yang kepingin nasi uduk akhirnya sarapan di luar.
"Bu tambah mienya dong, kok dikit sekali."
"Wah enak sekali nasi uduknya ibu, tambah seporsi lagi!"
"Gila sudah lama sekali aku tidak makan enak seperti ini, tambah ayam sama tahunya juga."
"Hmm? Takut aku tidak habis? Santai saja bu aku masih muat banyak kok ini hahaha. Tambah lagi seporsi sama ayamnya 2 aja sama sambalnya juga banyakin."
Semua orang yang sedang makan melihat Randika makan bagai monster. Belum makan 7 hari memangnya orang ini? Atau orang ini saingannya Yuka Kinoshita, youtuber dari Jepang, yang doyan makan banyak itu?
Di meja Randika sekarang sudah ada 4 piring kosong dan tulang ayam yang banyak. Bungkus kerupuk juga berserakan di meja berserta 3 gelas teh hangat. Orang ini makan tanpa henti sejak pertama kali dia duduk.
Randika lalu menegak tehnya itu dan berdiri lagi. "Bu!"
Kali ini, penjualnya tidak dapat menahan dirinya. "Nak, ibu senang kau membeli banyak tetapi pagi-pagi makan sebanyak itu tidak baik untuk tubuhmu."
Randika terkejut dan tersipu malu. "Baiklah terima kasih saran ibu tapi tolong bungkusin 2 ya, sama kayak tadi ayamnya 2 tiap bungkus."
"..." Pelanggan adalah raja jadi ibu ini hanya bisa membungkuskannya.
Ketika selesai membayar makanannya, Randika menyadari sosok orang yang dia kenal.
Dia lalu perhatikan orang itu baik-baik, bokong tepos dan wajah samping yang cantik, bukankah itu Deviana?
Hari ini Randika cukup memuji penampilan Deviana. Hari ini dia memakai baju santai dan celana jeans, lengan putihnya yang panjang itu cukup menggoda. Yang lebih penting, wajah cantiknya itu memang enak dipandang.
"Pagi ibu Devi!"
Deviana sedang berpura-pura beli makanan sambil terus memperhatikan tersangka. Tiba-tiba, ada suara orang yang sepertinya ingin menggodanya dan orang itu menghalangi jarak pandangnya!
Tersangka itu tidak terlihat lagi!
Deviana sangat marah tetapi dia memilih untuk menenangkan diri dan bergeser ke samping agar bisa melihat tersangkanya lebih baik.
Randika merasa kecewa karena Deviana bahkan tidak menoleh dan tidak membalas salamnya. Dia terlihat cuek, apakah pesonaku telah memudar? Tidak, tidak, itu tidak mungkin! Pasti ada suatu masalah yang membuat perempuan itu tidak merespon pesonanya.
"Hei minggir, kau menghalangiku!" Deviana mendorong Randika yang ikut bergeser. Deviana sedang membuntuti seorang pencuri, dia sedang mengekorinya untuk menemukan markas orang itu dan sekarang malah muncul masalah baru.
Deviana masih menundukkan kepalanya agar wajahnya tidak terlihat jadi dia masih belum menyadari bahwa orang itu adalah Randika.
"Hei kau lupa padaku?" Randika bersikukuh ingin mengobrol dengannya.
"Aku tidak peduli bahkan kau itu seorang ….. " Deviana terdiam sejak dia melihat wajah Randika.
"Cih kenapa kau malah muncul di saat penting seperti ini!" Kata Deviana dengan suara pelan. Dia lalu mendorong kembali Randika dan menyadari bahwa targetnya telah hilang.
"Tuh kan gara-gara kamu!" Deviana langsung berlari meninggalkan Randika.
Randika terkejut dan berpikir, Sudah baik aku menyapamu ketika melihatmu tapi sekarang kau malah lari…
Setelah itu, Randika menyusul Deviana.
Pencuri ini termasuk dalam organisasi pencuri yang mengakar di kota Cendrawasih ini, mereka bertanggung jawab lebih dari 100 kasus pencurian di kota ini. Polisi belum bisa menangkap kepala dari organisasi ini jadi mereka menjadi was-was. Organisasi ini memang pintar dan licik jadi mendapatkan petunjuk maupun pengakuan menjadi pekerjaan yang sulit. Satu-satunya petunjuk kuat adalah orang tersebut.
"Berhenti! Menyerahlah dan ikut bersamaku!" Teriak Inggrid.
Namun, pencuri tersebut masih terus berlari dan tiba di area perkampungan.
Di tempat ini banyak sekali gang, rumah yang saling berhubungan dan nyaris tidak ada pagar di tiap rumah.
Saat mereka tiba di perkampungan ini, wajah Inggrid mulai pucat. Dia takut bahwa targetnya ini bisa lepas. Apalagi, pencuri itu sepertinya paham betul dengan medan yang dia lalui.
Setiap kali dia berbelok, Deviana merasa jarak mereka semakin jauh.
Situasi menjadi gawat!
Deviana menggertakkan giginya ketika tidak bisa melihat sosok pencurinya itu lagi. Dia memperhatikan sekelilingnya dan tidak dapat menemukan petunjuk apa pun.
"Hmmm apakah kau mencariku?" Suara ini tiba-tiba terdengar dari belakangnya dan Deviana melihat pencuri itu tersenyum ke arahnya sambil bersandar di pagar sebuah rumah. "Apakah kau tidak capek mengejarku sejak pagi tadi? Masuklah ke dalam rumah dan beristirahatlah denganku di ranjang."
Ketemu!
Deviana kaget, kenapa orang ini tiba-tiba menunjukkan dirinya? Tetapi dia berusaha tidak memperdulikannya dan bersumpah akan membawa orang ini bersamanya!
Pencuri itu menyadari wajah kebingungan Inggrid dan tertawa mengejek. "Meskipun kau dari kesatuan khusus, bagaimana mungkin kau melupakan latihan yang sudah kau terima? Bisa-bisanya kau mengejarku sendirian?"
"Cukup aku seorang untuk menangkap orang sepertimu!" Kata Inggrid dengan nada dingin.
"Hahaha di situlah kesalahanmu!" Pencuri itu menggelengkan kepalanya dan bersiul. Tiba-tiba sekitar 20 orang keluar dari rumah di belakangnya.
"Masih berani berkata seperti itu?" Tanyanya sambil ketawa.
"Waduh kak, cewek ini polisi ya?" Tanya salah satu rekannya. "Aku belum pernah mencoba seorang polisi apalagi yang secantik ini."
Wajah Deviana benar-benar pucat, dia telah masuk ke kandang singa! Begitu banyak orang telah mengepungnya, dia tidak bisa melarikan diri.
Pencuri itu, yang bernama Samuel, tersenyum. "Kenapa? Belum pernah melihat penjahat sebanyak ini?"
"Kakak tertua sudah membawamu ke sini, riwayatmu sudah tamat!" Beberapa penjahat itu tertawa melihat Deviana yang masih sok tegar. "Kau benar-benar dibodohi oleh kakak!"
Deviana menatap tajam Samuel, ternyata orang itu adalah salah satu kepalanya!
"Kak mari kita ikat dia!" Para penjahat ini sudah mengepung Deviana, tidak sabar mencicipinya.
"Silahkan." Samuel tidak ragu-ragu. "Identitas kita sudah terbongkar, jadi tidak ada salahnya kita memiliki asuransi."
"Kak aku rasa keadaan kita tidak seburuk itu. Dia saja mengejar kita sendirian tanpa mengerti bahwa ini markas kita." Seorang penjahat berhasil melihat kebenaran di teka-teki ini. "Kalau dia tahu identitas kita, dia pasti datang dengan sebuah pasukan bukan sendirian. Aku rasa teman-temannya pun tidak tahu bahwa dia datang ke tempat ini. Jadi lebih baik kita jual saja perempuan ini atau buat dia menjadi budak seks kita juga tidak masalah. Asalkan kita mengganti tempat persembunyian."
Deviana mulai gemetar ketakutan. Analisa orang ini benar dan jika dia sampai dijual, bisa-bisa dia tidak pernah melihat matahari lagi.
"Jangan, kita bukan penjahat semacam itu." Samuel mengerutkan dahinya.
"Kak, bukankah kita ini penjahat? Kenapa kakak bersikap suci seperti itu?" Sahut seseorang. "Dia itu polisi dan berusaha menangkap kita semua. Apakah kakak ingin melepasnya? Bagaimana kalau nanti dia malah memburu kita lagi di masa depan? Aku tidak akan membiarkannya itu terjadi!"
Deviana hanya terdiam. Sekumpulan penjahat ini sepertinya mempunyai banyak rencana jahat terhadapnya, dia sudah tidak memiliki harapan untuk kabur.
Beberapa orang tidak peduli dengan Samuel, mereka sudah tidak sabar mencicipi buah segar di hadapan mereka ini. Bahkan beberapa sudah ada yang mengeras.
Melihat hal ini, Deviana makin jijik dan tidak membayangkan apa yang akan terjadi padanya.
"Tangkap polisi itu! Hari ini kita akan berpesta!" Teriak salah satu penjahat.
Samuel merasa ragu, karena identitas dirinya terbongkar, dia ingin memiliki sebuah jaminan apabila para polisi menyerbu dirinya. Apabila dia menuruti kata teman-temannya ini, bukan hanya pasal pencurian saja yang dia langgar, pemerkosaan dan perdagangan manusia menanti dirinya
"Tangkap!"
Ketika perintah itu akhirnya datang, para penjahat ini segera menerjang ke arah Deviana. Deviana yang terpojok hanya bisa pasrah dan berdoa bahwa mujizat akan datang. Lalu tiba-tiba sebuah suara menggema di telinga mereka. "Semuanya mundur!"
Apa?
Semua orang menoleh dan melihat seorang pria sedang berdiri di atas rumah dengan kresek nasi bungkus di tangannya.
"Bajingan itu bicara sama kita?"
"Rasanya, acuhkan saja bedebah itu. Kita tangkap dulu saja wanita itu!"
Para penjahat itu kembali menghampiri Deviana dan ketika salah satu mereka hendak menangkap Deviana, wajahnya terkena sesuatu. Itu adalah sebuah nasi bungkus, dan semua isinya segera berserakan di tanah.
"Bangsat, maumu apa?" Penjahat itu sadar bahwa Randika lah yang melemparinya nasi bungkus itu. Dia marah karena sambalnya juga mengenai matanya.
"Turun sini kalau kau berani!"
"Kau saja yang naik ke sini kalau berani. Kalian sendiri saja beraninya keroyokan meskipun lawanmu perempuan." Ejek Randika.
Ada jejak kebingungan di wajah Deviana dan Samuel, bagaimana bisa orang ini muncul tiba-tiba? Deviana bernapas lega, setidaknya dia tidak sendirian menghadapi orang-orang ini.
"Oke, kau pikir aku takut?" Penjahat itu segera memanjat atap.
"Hahaha aku memang butuh sedikit olahraga untuk menurunkan makananku, kau memang tidak pernah membuatku bosan!" Teriak Randika ke Deviana. Wajah Randika terlihat santai ketika dia menginjak kepala penjahat yang berani memanjat itu. Dia lalu menendangnya jatuh ke tanah dan melompat ke sisi Deviana.
Setelah itu, dia merangkul pinggangnya dan mereka berdua melompat dan berada di atap sebuah rumah.
"Bagaimana? Lega ketemu aku?"
"Lepaskan tanganmu!" Deviana merasa bahwa tangan Randika sengaja menyenggol dadanya.
"Ah maaf, aku tidak sengaja hehehe."
Randika lalu melepas pelukannya dan menatap para penjahat itu. Deviana lalu berkata pada Randika, "Tangkap mereka semua untukku."
"Ha? Buat apa aku melakukan itu? Aku bukan polisi." Randika pura-pura tidak tertarik, bahkan dia menguap.
Deviana langsung marah. Dia tahu bahwa Randika mampu menangkap semua orang ini tetapi sepertinya orang ini tidak mau melakukannya secara gratis.
"Randika, mereka ini penjahat dan pencuri yang bertanggung jawab lebih dari 100 kasus, mereka bahkan …. "
"Tunggu! Aku tidak mau mendengarnya lebih lanjut." Randika langsung menyela. "Aku bisa membantumu tetapi aku…."
Randika langsung menjulurkan tangannya ke dada Deviana, jelas dia harus memiliki motivasi untuk menangkap para penjahat ini. Jika kau mau aku menangkap mereka, tentu inilah imbalanku!
"Baiklah aku berjanji." Deviana menggigit bibirnya ketika mengiyakan Randika. "Tapi setelah kau berhasil mereka."
"Oke!" Randika merasa dirinya mendapat jackpot. "Kalian semua dengar? Kalian akan kujadikan persembahan untuk perempuan cantik ini!"
Para penjahat itu melihat Randika seperti orang bodoh. "Kau pikir kau superhero?"
"Tentu saja aku lebih dari itu." Setelah berkata demikian, Randika berubah menjadi gumpalan asap dan menghilang. Lalu tiba-tiba sosoknya sudah berada di tengah para penjahat ini.
Dalam hitungan menit, kedua puluh orang ini sudah babak belur.
Membersihkan debu yang ada di bajunya, Randika berteriak ke Deviana yang masih ada di atap rumah. "Bagaimana?"
"Kau ketinggalan seseorang!" Kata Deviana dengan terburu-buru, "Orang yang berbaju merah jangan sampai dia lolos!"
Deviana mengetahui bahwa Samuel adalah salah satu kepala dari organisasi pencuri itu, jadi dia tidak bisa membiarkannya kabur.
"Oke tunggu saja di situ."
Setelah itu, Randika menemukan Samuel yang sedang bersembunyi dan membuatnya pingsan. Dia lalu melemparkan orang itu ke hadapan Deviana.
"Tuh orangnya."
Randika lalu menghampiri Deviana dan berkata dengan senyum lebar. "Sekarang biarkan aku menerima hadiahku."
Wajah Deviana menjadi merah, "Lancang!"
"Hmmm bukannya kamu setuju memberikannya kepadaku?"
"Aku cuma bilang aku berjanji memberikanmu sesuatu dan aku tidak pernah berjanji kau boleh merabaku." Setelah itu Deviana mengambil handphonenya. "Tolong kirim bantuan ke perkampungan Sukamaju, semua tersangka telah diamankan."
Randika berdiri diam dan merasa dirinya dibodohi. Sejak kapan Deviana bisa menjadi selicik itu? Apakah ini Deviana yang polos yang dia kenal itu?