"Kak, bagaimana caranya menjadi pembalap hebat seperti kakak? Ajari aku dong!"
"Eh kak, ayolah kasih tahu caranya…."
"Kak..."
Randika merasa bahunya mau copot karena terus-menerus ditarik Hannah tanpa henti.
Randika lalu menatap Hannah dalam-dalam dan berkata dengan wajah datar. "Pertama, kau harus memiliki kepercayaan diri."
"Mm-Hmm." Hannah langsung sigap dan mendengarkannya dengan seksama.
"Kemudian teruslah berlatih tanpa henti." Randika berkata semua ini dengan wajah datar karena dia sendiri hanya ingin Hannah berhenti mengusiknya. Sedangkan Hannah seperti anak kecil yang mendengarkan seorang guru, tidak sabar menimba ilmu.
"Terus?" Hannah sudah tidak sabar mengetahui rahasia Randika hebat dalam menyetir maupun berkelahi.
"Apanya yang terus?" Randika pura-pura bingung.
"Lho rahasianya apa?" Hannah menjadi sedikit marah, dia tahu kakak iparnya ini pura-pura bodoh.
"Bukannya barusan aku memberitahu kamu seluruh rahasianya? Percaya dirilah dan berlatihlah tanpa henti."
"Hah? Cuma itu?" Hannah memasang wajah tidak percaya. Di saat yang sama, dia sama sekali tidak percaya sama sekali dengan apa yang dikatakan kakak iparnya itu. Pasti ada semacam rahasia yang membuatnya jago drift seperti sebelumnya.
Melihat Hannah yang terdiam membuat Randika menghela napas lega di hatinya. Selama ini bahunya terus ditarik-tarik dan telinganya tidak pernah berhenti bekerja. Meskipun tangannya itu masuk di lembah milih Hannah, Randika harus menjaga martabatnya sebagai kakak ipar.
Tidak mungkin kan dia akan terangsang?
Jika kau memaksa, setidaknya biarkan aku meremasnya!
"Hannah, semua kejadian hari ini itu berbahaya sebaiknya kau menghindari acara semacam ini. Lebih baik kau hanya menonton saja." Randika berusaha mencegah adik iparnya itu menjadi seorang pembalap.
"Tapi…. Aku senang balapan." Hannah tersenyum dan memeluk erat tangan Randika. Kedua dadanya itu menangkap tangan Randika dengan sempurna dan membenamkannya jauh lebih dalam daripada sebelumnya.
Oooo Tuhan, kenapa ini terjadi padaku?
Randika menelan air liurnya, Hannah benar-benar tidak jauh berbeda dengan kakak perempuannya.
Hannah menyadari bahwa Randika diam-diam melirik dan menikmati dadanya, dia lalu berbisik di telinga Randika. "Kak, jika kamu tidak mau mengajariku, aku akan beritahu kakakku kalau kamu merabaku."
"Siapa memangnya yang merabamu?" Randika terkejut, bukannya kamu yang menyodorkan buah melon itu?
"Kamu sendiri yang datang ke aku, aku tidak ngapa-ngapain." Randika langsung kelabakan.
"Terserah!" Hannah langsung berputar balik dan lari, ingin menjauh dari Randika. Namun, tiba-tiba ada mobil yang melaju kencang melewatinya dan Randika dengan cepat berusaha menyelamatkan Hannah.
"Awas!" Randika dengan cepat menjulurkan tangannya, berusaha menghentikan Hannah. Tetapi, tangannya merasakan sensasi empuk yang tiada duanya.
Sungguh perasaan yang nikmat.
Randika secara tidak sadar meremasnya, seketika itu juga Hannah langsung meraung marah.
Seketika itu juga, Randika tahu apa yang telah dia lakukan…. Dia beneran telah merabanya.
Sambil menoleh ke arah Hannah, yang mukanya tersipu malu sekaligus marah, mereka berdua masih berdiri membeku.
Namun dengan cepat Randika menarik tangannya dan mengatakan. "Maaf aku tidak sengaja!"
"Berani-beraninya kau meraba dadaku!" Hannah menjadi marah. Ternyata kakak iparnya itu benar-benar pria barbar.
"Aku harus melaporkannya ke kak Inggrid."
Randika tidak tahu harus berbuat apa. Namun, sebuah ide muncul dengan cepat. Karena dia mau dilaporkan ke Inggrid, apa salahnya bermain dengan dada adik iparnya itu sekali lagi?
Toh pada akhirnya saja dan lagipula sensasi nikmat yang dia rasakan tadi benar-benar luar biasa.
...…
Ketika mereka tiba di rumah, Hannah dengan buru-buru keluar dari mobil sambil ngamuk-ngamuk. Dia ternyata langsung berlari menuju kamar Inggrid!
Hari penghakiman segera tiba!
Randika hanya bisa lari ke kamarnya dan menguncinya.
Hari ini Inggrid tidak masuk kerja, tetapi dia masih membaca laporan perusahaan di kamarnya. Tiba-tiba, pintu kamarnya itu terbuka. "Kak! Kakak ipar tadi meraba dadaku!"
Inggrid mengerutkan dahinya, dia lalu melihat setetes air mata di mata adiknya itu. Dia lalu bertanya. "Coba kau jelaskan lebih lengkap."
"Kakak ipar dengan teganya meraba-rabaku saat aku tadi pergi bersamanya! Aku padahal hanya ingin mengenal pria yang akan menjadi keluargaku itu. Tapi…. Tega-teganya dia memanfaatkanku!" Hannah menjelaskan ini dengan antusias hingga berurai air mata.
"Tenanglah, aku akan menanyakan maksudnya ke dia." Inggrid lalu berdiri. "Tunggulah aku di sini."
Melihat bahwa kakaknya itu hendak mendengar kejadian sebenarnya dari kedua sisi, ekspresi Hannah menjadi rumit. Sejak kapan kakaknya itu tidak percaya dengannya?
Tidak lama kemudian, pintu kamar Randika terbuka.
"Hei Randika, kalau kau berani menyentuh adikku, kau akan ..... Ah!"
Bahkan sebelum Inggrid selesai bicara, dia sudah digendong oleh Randika.
"Lepaskan aku!" Inggrid tersipu malu sambil meronta-ronta, tetapi Randika tidak akan membiarkan dia lepas.
"Bisa-bisanya kau ragukan suamimu ini." Kata Randika sambil mengecup dahinya. "Kau itu istriku, jangan pernah ragukan kesetiaanku. Dia hanya ingin menguji cinta kita."
Setelah berkata demikian, tangan Randika meremas sedikit pantat Inggrid.
"Kau!" Muka Inggrid semakin memerah. Bukannya dia datang untuk menanyai pria ini? Bisa-bisanya dia malah diraba dan dahinya dicium?
"Lepaskan aku dulu!" Inggrid masih berusaha lepas.
"Aku akan melepasmu kalau kau menciumku!" Kata Randika sambil tersenyum nakal.
Inggrid langsung memalingkan wajahnya.
"Istriku, tadi semua itu hanya salah paham. Tadi aku pas nyetir, tiba-tiba ada mobil menerobos lampu merah dan aku langsung menginjak rem kuat-kuat. Aku langsung reflek melindungi Hannah dan secara tidak sengaja aku malah menyentuh dadanya itu." Tangan Randika mulai berenang di leher Inggrid.
"Lagipula, adikmu itu masih muda dan belum matang. Buat apa repot-repot menunggu pisang yang belum matang sedangkan aku punya dirimu yang menawan ini?"
Cuma dengan kata-kata manisnya itu Inggrid mulai luluh, membuat hatinya menjadi bimbang.
Wajah Randika penuh dengan kelicikan. Sebelum dia dimakan hidup-hidup oleh istrinya, dia akan meluluhkan hatinya!
Hahaha jika kau ingin menghukumku, akan kurebut hatimu terlebih dulu!
"Baiklah kalau begitu." Kata Inggrid sambil tersipu malu dan meminta Randika untuk menurunkannya.
Setelah itu Inggrid langsung keluar dari kamar Randika. Tak lama kemudian, Hannah memasuki kamarnya.
"Dasar pria barbar! Tunggu pembalasanku!"
Bisa-bisanya dia membuat kakaknya yang tersayang membelanya, dia pasti memegang kelemahan kakaknya!
"Hahaha jurus memanggil kakakmu itu sudah tidak berguna lagi!" Kata Randika sambil tertawa jahat. "Lain kali, aku akan menghadapi lelucon nakalmu itu dengan lebih bebas lagi."
Wajah Hannah semakin memerah, dadanya menggebu-gebu dengan perasaan balas dendam. Dia percaya suatu hari nanti Randika akan menerima ganjarannya.
Tidak butuh lama untuk Hannah membanting pintu kamarnya Randika.
Setelah tertawa puas, tiba-tiba handphone Randika berdering. Ternyata Safira yang meneleponnya.
"Hmmm kenapa dia tiba-tiba telepon?" Randika bertanya pada dirinya, seharusnya adiknya itu tidak akan menelepon kalau tidak ada sesuatu yang penting. Yang berarti adiknya mungkin butuh bantuan dirinya.
"Kak tolong aku!"