Randika dan Inggrid duduk di belakang, hari ini mereka memakai jasa si supir.
"Omong-omong, bukankah kemarin kamu ngomong kalau mau pergi sementara waktu?" Tanya Randika.
"Iya." Inggrid mengangguk. "Aku harus memastikan sendiri kelancaran kunjungan bisnis ini."
"Kapan kamu berangkat?"
"Besok." Kata Inggrid sambil memeriksa buku hariannya.
Melihat jadwal kerja Inggrid yang tebal di buku tersebut membuat hati Randika sedikit sedih lalu dia berkata sambil memegang tangan Inggrid. "Jangan terlalu keras bekerja, yang terpenting adalah kesehatanmu."
Melihat kekhawatiran di mata Randika, hati Inggrid terasa hangat dan dia pun mengangguk.
Pada saat ini, mobil mereka tiba-tiba mengerem.
"Kenapa?" Tanya Randika.
"Maaf tuan, sepertinya ada kecelakaan di depan. Semua mobil berhenti dan beberapa ada yang turun."
Inggrid mengerutkan dahinya ketika mendengarnya. Hari ini banyak urusan yang perlu dia kerjakan di kantor, kenapa hari ini justru ada musibah semacam ini? Mau tidak mau dia harus menunggu, karena menyalahkan orang lain juga tidak akan menghasilkan apa-apa.
Randika juga tidak berdaya, setidaknya istrinya ada di sampingnya untuk menghilangkan kebosanannya.
Namun, berkat pendengaran super Randika, dari arah depan justru terdengar suara tembakan.
Apa yang sedang terjadi?
Randika terkejut dan setelah mengamati keadaan dengan baik, orang-orang yang keluar dari mobil itu justru berlarian ke arah belakang. Dia mendapatkan firasat buruk.
"Tunggu di sini dan jangan keluar dari mobil, aku akan melihat keadaan." Randika dengan cepat keluar dan berlari ke arah suara tembakan itu.
Sekitar 150 meter di depan, beberapa orang bertopeng memegang erat senapan serbu mereka. Di tengah jalan terdapat mobil yang membawa uang sedang terguling. Kedua pintu depan tampak terbuka dan kedua pengawal yang menjaga mobil uang itu tampak terluka.
Dan polisi yang mengawal mereka sudah tergeletak di tanah. Meskipun mereka tidak mati, jika keadaan terus seperti ini mereka akan kehabisan darah.
Seluruh keadaan benar-benar kacau dan tembakan ada di mana-mana.
Lalu para penjahat itu berhasil melumpuhkan kedua pengawal tersebut dan mulai memindahkan uang tersebut ke sebuah mobil van.
Apabila diperhatikan dengan baik, terlihat 3 mobil menutupi jalan mobil uang itu.
Jelas ini adalah perampokan terencana!
Semua berawal dari ketiga mobil ini tiba-tiba menerobos lampu merah dan menghentikan laju mobil uang itu.
Para pengawal itu benar-benar kesal karena dia hampir menabrak gara-gara tindakan ceroboh ketiga mobil itu. Mereka ingin memaki dan ketika mereka keluar, para penjahat itu dengan cepat keluar dan menembaki mereka.
Pa pa pa pa!
Rentetan tembakan terdengar dan para pengawal mobil uang dan polisi yang mengawal mereka dihujani peluru. TIdak butuh waktu lama bagi para penjahat ini untuk melumpuhkan mereka.
Pengemudi-pengemudi yang mendengar suara tembakan itu segera keluar dari mobil dan melarikan diri.
"Ah!"
"Tolong ada perampokan!"
Para penjahat ini jelas orang-orang terlatih. Setelah berhasil melumpuhkan semua penghalang, mereka dengan cepat memindahkan uangnya ke mobil van mereka dan meninggalkan TKP secepat mungkin.
Tapi, tidak jauh di belakang mereka terdengar suara sirine polisi.
"Sialan! Kenapa reaksi mereka begitu cepat?" Salah satu dari mereka dengan cepat menjadi serius. Menurut rencana mereka yang telah mereka susun sejak lama, respon para polisi tidak akan secepat ini.
"Sepertinya itu mobil polisi yang patroli di dekat sini. Cepat habisi dia!" Penjahat itu dengan cepat mengeluarkan senjata serbunya dan membidik mobil polisi tersebut.
"Tiarap!" Polisi yang melihat penjahat itu mengeluarkan senjatanya langsung membanting setir dan rekannya langsung menunduk.
"Laporkan ini ke markas!"
Bersamaan dengan raungan keras, rentetan peluru kembali terdengar dan menembaki mobil polisi tersebut.
Mobil tersebut dengan cepat penuh dengan lubang dan menepi.
Merasa bahwa mereka telah berhasil, para penjahat itu tertawa lega.
Tetapi, yang tidak mereka kira adalah mobil patroli lain yang menabrak mereka dari samping. Hal ini membuat mereka berguling sebanyak 3x.
"Tersangka berhasil dilumpuhkan, laporkan markas lokasi kita dan suruh mereka mengirim bantuan sekaligus ambulans."
Polisi itu dengan cepat mengevakuasi dan mengecek temannya yang tertembak sebelumnya.
Di dalam mobil, para penjahat ini cukup terluka. Meskipun begitu, mereka semua masih bisa berdiri dan siap bertarung hingga mati.
"Bagaimana kita akan menghadapinya?" Beberapa penjahat ini mulai tidak bisa melihat jalan keluar. Para polisi sudah melumpuhkan mobil mereka dan terlihat 2 mobil polisi sudah mengepung mereka. Senjata para polisi itu sudah diarahkan pada pintu mobil van mereka.
"Bawa uangnya." Pemimpin mereka yang bernama Handoko segera mengisi ulang senjatanya dan ekspresinya menjadi serius. "Mulai dari sini kita akan lari."
Mereka semua berenam dan tas yang ada 15, jadi satu orang akan membawa satu senapan serbu dan 2 tas yang mereka bawa. Ketika mereka keluar dari mobil, mereka harus segera menembak agar mendapatkan ruang untuk melarikan diri.
Mereka akan menggunakan taktik hit and run, setelah 4 orang berhasil mencapai jarak tertentu maka mereka akan bergantian menembak dengan 2 orang yang melindungi mereka sebelumnya.
Karena mereka unggul dalam hal senjata, para polisi ini tidak akan bisa menahan mereka.
"Kak, bagaimana dengan 3 tas sisanya?"
"Lupakan saja, cepat kita keluar!" Teriak Handoko.
Kemudian 2 orang dengan cepat turun dan menembaki sedangkan 4 orang lainnya berlari dengan cepat.
Meskipun tadi para polisi sudah mengevakuasi tempat tersebut, karena kurangnya orang dan mereka juga harus waspada dengan mobil tersangka, masih ada orang yang duduk di mobil mereka dan mobil masih lalu lalang melewati mereka. Meskipun mereka melihat para polisi itu dan mobil van yang rusak parah, mereka hanya menganggap itu kecelakaan dan cuek dengannya.
Setelah rentetan tembakan pertama, barulah mereka semua ketakutan dan lari semburat ke segala arah.
Para penjahat ini menggunakan mereka sebagai samaran dan menggunakan mobil mereka yang tertinggal sebagai perlindungan.
Para polisi yang sedang ditembaki, mengetahui pergerakan para penjahat itu dan maju perlahan sambil terus menghubungi markas.
Inggrid yang masih menunggu Randika di dalam mobil tiba-tiba menjadi cemas. Dia melihat begitu banyak orang berlarian ketakutan dan mobil polisi yang banyak.
Apa memangnya yang sedang terjadi?
"Cepat!" Handoko dan teman-temannya mulai menghemat peluru karena mereka sudah memiliki jarak dengan para polisi. Karena hal ini, para polisi semakin dekat dengan posisi mereka dan dia mulai cemas. Jika mereka tidak bisa segera mengecoh mereka, maka mereka akan mengalami pengejaran skala besar.
Cuma gara-gara mobil patroli itu, rencananya benar-benar menjadi berantakan.
"Kenapa respon mereka cepat begini!"
"Bagaimana ini kak?" Para penjahat ini dengan cepat menjadi gugup.
"Tidak ada pilihan lain, culik dan sandera orang lain!" Handoko tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara agar mereka semua bisa selamat.
Selama dia memiliki sandera, para polisi tidak akan bertindak gegabah.
Mendengar saran kakak tertuanya ini, mereka dengan cepat mencari dan menarik orang yang masih duduk di mobil mereka.
Di sisi lain, para polisi sepertinya mengetahui niatan mereka dan mempercepat laju mereka sambil masih waspada.
Sambil menyembunyikan senjatanya, salah satu penjahat itu mengetuk jendela orang yang masih di dalam mobil.
Ketika jendela mobilnya diketuk, pengemudi itu ingin membuka jendelanya dan bertanya ada apa dengan keributan di luar ini. Tetapi ketika dia membuka sedikit jendelanya, tiba-tiba penjahat itu mengeluarkan senjatanya dan menodongnya.
Prang!
Penjahat itu berusaha memecahkan kaca jendelanya!
Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya kaca tersebut pecah dan dia berkata sambil menodong. "Keluar dari mobil!"
Pengemudi itu ketakutan dan menurutinya sambil gemetaran.
Namun, pada saat ini, bahu si penjahat itu ditepuk dan dia pun menoleh.
Ternyata itu adalah sebuah tinju yang melayang tepat ke arah wajahnya!
Dalam sekejap, hidungnya patah dan dia jatuh kesakitan. Ketika dia mulai sadar dari kesakitannya itu, dia melihat bahwa penyerangnya berdiri di hadapannya.
Dengan cepat, penjahat ini meraih senjatanya dan sebelum dia dapat menembakannya, pria itu melayangkan sebuah pukulan lagi ke wajahnya dan dia pun jatuh pingsan.
Randika lalu mempreteli senjata orang tersebut dan berkata pada pengemudi yang ketakutan itu. "Duduklah dan tiarap sampai keadaan membaik."
Dengan cepat dia masuk ke dalam mobilnya dan Randika berjalan menuju ke 5 penjahat lainnya.
Ketika Randika berusaha menghampiri salah satu dari mereka, orang tersebut menyadari Randika dan membidiknya.
"Berhenti!"
Namun, Randika dengan cepat menjadi gumpalan asap. Ketika senjata itu diarahkan padanya, dia sudah bergerak dan melesat tepat di hadapannya dan mencengkram pergelangan tangan orang itu!
Randika dengan kuat meremasnya hingga remuk dan memukulnya hingga pingsan.
Setelah mempreteli senjatanya, Randika kembali menghampiri yang lain.
Menyadari teman yang di depannya menghilang, salah satu penjahat dengan waspada mengawasi sekelilingnya. Ketika dia memperhatikan sekelilingnya dia tidak menemukan apa-apa, tetapi tiba-tiba terlihat bayangan dari belakangnya.
Dia terkejut dan langsung menoleh, namun tinju Randika sudah melayang dan dia terpental hingga menabrak sebuah mobil.
Randika dengan cepat menutup mulutnya itu agar teman-temannya yang lain tidak menyadarinya. Setelah membuatnya pingsan dan mempreteli senjatanya, Randika kembali menghampiri yang lain.
Dalam sekejap Randika berhasil menumpas tiga orang. Dia lalu menatap ketiga orang sisanya yang berkumpul menjadi 1.
"Sialan, mana bocah-bocah itu pergi?" Handoko menunggu ketiga bawahannya itu membawa sandera sambil berlindung di balik mobil.
"Kak, kita harus pergi dari sini!" Kata salah satu penjahat.
"Kenapa kalian buru-buru?" Tiba-tiba di arah samping mobil mereka berlindung terdengar suara.
Ketiga orang ini terkejut dan mengangkat senjata mereka. Mereka dengan cepat menembak ke Randika tetapi usaha mereka ini sia-sia.
Randika benar-benar terlalu cepat. Dalam sekejap dia sudah melompat dan berada di tengah-tengah mereka.
Handoko tiba-tiba merasa punggungnya patah dan dia pun hanya bisa jatuh tersungkur. Dan ketika kedua bawahannya itu melihat Handoko terjatuh, hal yang mereka ingat hanyalah sebuah kaki yang melayang ke wajah mereka.
Ketika salah satu dari mereka ingin melawan balik, Randika hanya menatap balik dan menghajarnya sekali lagi. Dengan begini misinya telah selesai.
Setelah membereskan keenam penjahat ini, Randika sudah ingin balik ke mobilnya. Namun, para polisi yang mengejar para penjahat ini berhasil mengejar dirinya dan terkejut melihat para penjahat ini sudah jatuh pingsan.
Pengemudi yang tadi diselamatkan oleh Randika sudah merekam semua kejadian ini. Dia ingin mengirimkannya ke media sosial, siapa tahu videonya akan viral dan cerita ini diangkat menjadi film Hollywood. Aksi orang itu benar-benar hebat!
Ketika baru berjalan beberapa langkah, terdengar suara perempuan yang lembut memanggilnya. "Randika!"